CHAPTER 313: SELAMAT JALAN DIDI PETET

 Terima kasih sangat, Mas Didi Petet. Saya sangat senang Anda pernah memberi warna perfilman Indonesia.  

Terima kasih sangat, Mas Didi Petet. Saya sangat senang Anda pernah memberi warna perfilman Indonesia.[/caption]

Saya merupakan moviergoers sejak kecil, bahkan sejak kelas tiga SD saya sudah berani nonton sendiri naik pete-pete (angkutan kota) di kota Makassar. Padahal jarak bioskop itu lumayan jauh dari rumah saya yang ada di ujung Selatan kota. Saat turun pete-pete, saya juga masih harus berjalan kaki dan menyeberang jalan, meski lalu lintas saat itu tentu tidaklah seramai sekarang. Bioskop-bioskop yang ada di Makassar saat itu umumnya berada di wilayah Utara kota. Untungnya cukup sekali naik pete-pete untuk sampai.

Saat itu di kota Makassar, bioskop mewah itu hanya ada Makassar Theater, diikuti Artis Theater. Ada juga bioskop kelas dua yang namanya Mitra Theater yang berada di sekitar Lapangan Karabosi. Bioskop Mitra Thater itu dulu paling sering memutar film Indonesia, sementara bioskop kelas dua lainnya ada yang namanya Dewi yang suka memutar film India.

Nah, di bioskop Mitra saya ingat sering diajak sama Papa (almarhum) dan Mama untuk nonton film Indonesia. Biasanya kalau bukan Warkop, yah, cerita tentang Catatan si Boy. Salah satu pemeran yang memikat perhatian adalah Didi Petet, aktor idolaku yang meninggal hari ini Jumat 15 Mei 2015. Saat itu yang aku tahu, Didi Petet yang berperan sebagai banci bernama Emon disebut mendapat bayaran tertinggi Rp 50 juta, melebihi bayaran yang didapat Onky Alexander yang memerankan tokoh ikon Mas Boy.

Di tengah kejayaan sekuel film Catatan si Boy, aktor kelahiran Surabaya 12 Juli 1956 itu malah memutuskan berhenti memerankan peran Emon. Sejak itu sekuel berikutnya dari Catatan si Boy tidak lagi sama alias responnya tidak setinggi era Didi Petet. Alasan Mas Didi, karena ia tidak ingin masyarakat mempersepsikannya sebagai banci beneran. Ia khawatir hal ini akan mempengaruhi pandangan anak-anaknya.

Saya mengikuti cerita perjalanan Didi Petet saat itu melalui sebuah tabloid full colour yang bercerita khusus tentang film (saya lupa namanya)...:d

Bagi saya, langkah Mas Didi saat itu merupakan sebuah langkah kehormatan. Uang merupakan hal penting, tapi bukan segalanya. Kekaguman saya pada beliau kemudian semakin tinggi, karena ia berhasil mengubah persepsi masyarakat pecinta film tentang citra dirinya, setelah sukses memerankan tokoh legenda dari Tanah Sunda, Kabayan.

Sejak itu, Indonesia makin mengenalnya sebagai salah satu aktor terbaik sepanjang sejarah perfilman negeri ini. Bagi saya pribadi, almarhum adalah aktor terbaik, setelah satu aktor lain yang menjadi idola juga pindah penjadi politikus dan wakil gubernur di sebuah wilayah, kekaguman saya luntur dan sirna.

Pagi ini 15 Mei 2015, saya mendapat kabar Didi Petet meninggal dunia dalam usia 58 tahun. Beberapa hari lalu, saya sempat melihat sebentar episode terakhir “Preman Pensiun”. Di adegan terakhir, dia sempat berbicara dengan teman main mainnya Epy Kusnandar yang berperan sebagai tangan kanannya di sinetron tersebut, bahwa dia pamit dan minta Epy untuk melanjutkan bisnis preman mereka.

Adegan dialog yang dilukiskan di kawasan pinggiran dengan jalan tanah yang becek dan deretan ilalang tinggi itu ditutup dengan adegan Didi Petet yang meninggalkan Epy menggunakan sedan Mercy tuanya. Adegan itu sekaligus cerita penutup "Preman Pensiun" musim pertama. Adegan yang kemudian menjadi adegan penutup sungguhan bagi (alm) Didi Petet.

Jujur saya bukan pecinta sinetron dan karena kesibukan kerja jelas tidak mungkin mengikuti secara tekun dan intens akting Mas Didi di salah satu karya terakhirnya tersebut.

Terlepas dari hal tersebut, kepergian Didi Petet hari ini seperti melepas salah satu fase pembelajaran penting yang mengiringi perjalanan hidupku. Terima kasih Mas Didi Petet, meski tidak pernah mengenal langsung, Anda mengajarkan makna penting tentang kerja keras, rasa cinta keluarga, dedikasi dan kebersahajaan dalam hidup.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan ruh almarhum tempat terbaik di sisiNya, Amin Ya Rabbal Alamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!