CHAPTER 226: MOTIVATOR, PEMUKA AGAMA, DAN PENJUAL AYAT TUHAN

 Sumber foto: http://images6.fanpop.com/image/photos/32800000/space-wallpaper-space-32897730-1920-1080.jpg 

Sumber foto: http://images6.fanpop.com/image/photos/32800000/space-wallpaper-space-32897730-1920-1080.jpg[/caption]

Rasanya sudah banyak yang tahu dengan nama - nama motivator berikut; Mario Teguh, Tung Desem Waringin, James Gwee, atau Andrie Wongso. Para motivator tersebut semakin dikenal karena kemampuannya menggugah semangat hidup para pendengarnya.

Tidak heran jika kemudian mereka dibayar mahal, karena secara makro dapat disebut wawasan yang disampaikan oleh para motivator tersebut untuk kepentingan kiat mencapai kesuksesan di bumi manusia.

Maka dunia sebagai motivator kemudian menjadi industri dan komersil. Motivator kemudian menjadi sebuah ruang eksistensi kehidupan yang menjanjikan kemapanan, dan terbukti mampu menghadirkan kesuksesan. Ya, sukses, sebuah kata yang akan di-amini oleh banyak manusia tentu.

Pada ruang yang lain, adapula sebuah ruang yang dipilih oleh sebagian manusia lainnya, dengan kemampuan memotivasi yang tidak kalah hebatnya dengan para motivator di atas. Bahkan dapat dikatakan lebih hebat. Ya, para pemuka agama.

Melalui ayat - ayat Tuhan di kitab suci, mereka menisbikan diri sebagai para utusan Tuhan dalam mencerahkan para manusia. Ya, sebuah jalan yang suci idealnya, karena mereka merelakan diri untuk menjadi penjaga koridor kebenaran. Berbeda dengan kepentingan para motivator yang lebih menekankan hubungan yang sifatnya horisontal, para pemuka agama hadir demi kepentingan vertikal atau transedental.

Ya, idealnya memang kita butuh Tuhan, karena hidup penuh dengan probabilitas dan ketidakpastian. Ada banyak pintu di depan sana, dan kita butuh kunci untuk membuka, untuk itu kita perlu senantiasa berdoa.

Tuhan adalah manifestasi kesempurnaan, pemilik seluruh jawaban semesta. Untuk itu, para pemuka agama idealnya adalah orang - orang yang mulia. Lantas bagaimana jika para pemuka agama memilih jalan seperti layaknya para motivator di atas, dan memiliki rate harga yang tinggi untuk jasanya?

Tidak dapat dipungkiri, jika para pemuka agama juga memiliki kepentingan duniawi, untuk kebutuhan anak dan istri seperti manusia lainnya. Namun jika diurai, semestinya agama bukanlah komoditas duniawi semata dan sebagai prioritas utama, karena agama adalah representasi Tuhan. Bagaimana mungkin kesempurnaan meminta alat pembayaran dari manusia berbentuk uang? Sedemikian materialnya kah Tuhan, sehingga untuk bertemu dengannya kita perlu bayar?!

Saya jadi ingat cerita seorang kawan, jika di Indonesia agama bisa jadi jalan hidup untuk menjadi kaya raya dalam hal materi. Sebuah cerita yang ada benarnya.

Saya pribadi tidak paham kitab suci, namun sedikit - sedikit saya tahu. Dari agama yang saya anut, Islam, dari kisah yang pahami, Nabi Muhammad SAW tidaklah mencari nafkah dari syiar-nya. Beliau dikenal sebagai pedagang ulung. Dan dari Al-Quran yang saya baca artinya, Nabi Muhammad SAW sendiri hanya diposisikan sebagai pembawa pesan dari Allah SWT, agar manusia tidak berpaling dan menyekutukan-Nya dalam beribadah kepada Tuhan.

Allah SWT merupakan Tuhan Yang Maha Esa. Nah, jika Nabi Muhammad sendiri hanyalah sebagai pembawa pesan kebenaran, bagaimana mungkin para pemuka agama memasang tarif seolah - olah dirinya adalah utusan Tuhan yang lebih mulia daripada Rasulullah SAW?!

Kemudian menjadi pertanyaan dakwah itu adalah tujuan mulia untuk menyiarkan agama dan jalan kebenaran, atau dakwah lebih berprioritas pada upaya mencari rejeki untuk kebutuhan dunia Anda? Para pemuka agama yang bergaya selebiritis saat ini, apakah ini representasi jalan kebenaran, kemunafikan, atau keserakahan? Wallahu a'lam bissawab (Dan Allah SWT lebih mengetahui yang sebenar- benarnya).

Sebuah renungan...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!