CHAPTER 236: APA SIH ENAKNYA NAIK SEPEDA DI JALUR TANJAKAN?

 

Bogor - Minggu 31 Maret 2019, founder jbkderry.com bersepeda dengan delapan kawan dari komunitas gowes Kopi Ireng. Tujuannya menaklukkan rute terberat mereka sejauh ini, Leuwi Hejo di kawasan Bogor.

Di sebut terberat, karena sekitar 5 km menuju lokasi yang dituju adalah harus menaklukkan beberapa rute tanjakan yang panjang dan terjal, turunan yang curam dan panjang, tikungan-tikungan yang menantang adrenalin, kondisi jalan yang basah karena air pegunungan di beberapa titik, serta beberapa kontur jalan yang rusak.

Belum lagi kalau ada semacam ular kobra hitam yang melintasi jalan, seperti yang dilihat seorang kawan.

Tapi keberhasilan menaklukkan medan tanjakan dengan bersepeda itu seperti candu. Keberhasilan menaklukkan sebuah medan tanjakan yang berat seakan menuntut atau menjadi pangilan berikutnya untuk menaklukkan medan tanjakan lain yang lebih berat dan menantang.

Dan hari itu adalah hari ini, dimana dari beberapa kali survei yang telah dilakukan, tidak ada seorang pun dari kesembilan orang pesepeda di Minggu pagi itu ada yang yakin bisa menaklukkan beratnya medan menuju kawasan wisata Leuwi Hejo.

Ini bukan soal mengubur optimisme dan rasa keberanian, bukan. Klasik dan mungkin sudah banyak kali diucapkan orang lainnya, jika menaklukkan medan berat penuh tanjakan, turunan dan tikungan dengan bersepeda itu adalah upaya menaklukkan diri sendiri, menembus keterbatasan diri, melawan rasa malas, serta membunuh rasa manja dan cengeng yang menari-nari di dalam diri.

Hanya satu pemuda lajang (under 20) di Minggu pagi itu, selebihnya adalah para pria yang telah beranak-pinak. Bahkan sang road captain pun harus rajin mengoleskan balsem ke lutut kanannya yang bermasalah. Lantas apa untungnya bersepeda di tanjakan?

Selain yang sudah disebutkan di atas, manfaat lain melibas rute tanjakan yang berat adalah terciptanya ruang yang banyak dan luas untuk berbicara pada diri sendiri yang intinya, "Sampai di mana kita hari ini dan mau ke mana selanjutnya?"

Saat kedua kaki bergantian menggenjot pedal sepeda, pertanyaan itu umumnya akan muncul. Buat para petarung sejati yang berhati keras, itu adalah salah satu momen yang tepat dalam hidup untuk menguji batas maksimal kemampuan diri di hari itu.

Tidak mudah melakukannya memang, selain masalah harus menghadapi medan yang berat, tantangan lainnya adalah cuaca yang panas, dehidrasi, serta rasa gentar melihat alam yang menjulang tinggi dan angkuh menanti di depan mata.

Bagaimana cara melaluinya? Nah, cara umum dan bisa dipakai sebagai tips menghadapi hidup ke depan adalah menundukkan kepala, jangan melihat terlalu ke depan, lakukan proses menggenjot pedal sepeda dengan irama dan keyakinan. Gunanya adalah supaya hati tidak gampang tergetar dan kendur menatap banyak hal-hal yang menjulang yang menanti di depan.

Lalu apa relasinya dengan kehidupan? Begini, dalam banyak hal dan situasi umum, kita terkadang gentar ketika menghadapi situasi sulit dan terlihat besar menanti di kehidupan ke depan, hingga akhirnya kita hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun karena sudah takut duluan.

Itu tentu adalah hal yang salah, karena syarat utama menjalani kehidupan adalah menjadi petarung sejati. Tidak perlu harus dengan langkah-langkah besar dan megah, terkadang cukup lakukan dengan lakukan dengan langkah-langkah kecil yang intens dan berkelanjutan, jangan pernah berhenti.

Hingga suatu saat Anda sudah tiba di puncak tujuan kehidupan, Anda bisa tertawa puas tiada tara akan proses berat yang sudah dilalui. Bersenang rasa atas kemampuan diri bisa merealisasikan tujuan yang diharapkan, tapi ingat jangan berpuas diri dan berhenti dulu.

Istirahatlah sejenak, menghirupkan betapa segar dan mulianya udara sejuk negeri ini, dipadu dengan pandangan pada paras-paras cantik yang menyapa di beberapa titik lajur yang dilalui. Nikmatilah kemenangan itu cukup di hari ini, karena di waktu besok medan tanjakan berat berikut sudah menanti, kembali untuk menguji kebesaran ego dan super ego yang ada pada tiap diri manusia.

Hingga mungkin suatu saat nanti jika kita semakin terbiasa melakukannya, kita bisa merasakan makna dari sebuah petuah berharga dari Sir Isaac Newton, "If I have seen further than others, it is by standing upon the shoulders of giants." (Jika saya bisa melihat lebih jauh dibanding yang lainnya, itu karena saya telah berdiri di bahu para raksasa).

Atau interprestasi sederhananya, "Kesuksesan di hari ini dan di masa depan itu bergantung pada kemampuan diri untuk menaklukkan hal-hal besar dan sulit selama menjalani hidup."

So, gowes terus, gaeeezzzzz. Gowes, jangan kasih kendor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!