CHAPTER 270: BAGAIMANA BILA BELAJAR HIDUP DARI JOKER DAN GENG BEBAS

jbkderry.com - Selasa 8 Oktober 2019, jbkderry.com berkesempatan nonton dua film langsung di sinema XXI; Joker dan Bebas. Keduanya masing-masing jbkderry.com beri nilai 9.

Narasi kedua film ini mengalir, menarik dinikmati, serta berakhir pada sebuah pesan premis, "Bagaimana bila hidup...?"

Joker: Bagaimana bila hidup dimulai dari rangkaian ketidakadilan?

Menonton film berdurasi 2 jam 2 menit ini, narasinya mengalur halus dan mudah dimengerti alur cerita yang ingin disampaikan oleh Todd Phillips selaku sutradara sekaligus penulis skenarionya.

Narasi film Joker (2019) yang dibintangi sangat apik oleh Joaquin Phoenix ini mengingatkan jbkderry.com pada sosok Vulture di Spider-Man Homecoming (2017).

Benang merahnya adalah tekanan hidup dari orang yang lebih kuat, bahkan jauh lebih kuat, terkadang memaksa kita merasakan perlakuan yang tidak adil.

Adrian Toomes yang jadi cikal bakal Vulture sebenarnya adalah orang baik, ia melakukan investasi yang cukup besar untuk sebuah proyek yang tiba-tiba dipotong oleh Stark Industries tanpa kompensasi apapun.

Buat yang hidupnya lurus-lurus saja belum pernah banyak masuk ke lorong-lorong gelap dan berinteraksi di sana secara cukup lama mungkin tidak akan mengerti hal ini.

Sederhananya, film ini mengajarkan atau setidaknya menyentak kita bagaimana kalau kita yang terlahir sebagai Arthur Fleck, yang sedari kecil merasakan hidupnya tidak pernah bahagia dan menganggap hidup adalah sebuah tragedi. Bahkan dia berharap jika kematiannya nanti bisa lebih menyenangkan dibanding kehidupannya di bumi manusia.

jbkderry.com ingat beberapa kepingan puzzle kehidupan di masa lalu, di antaranya ada seorang kawan kecil yang lebih suka dipanggil sebagai "Bisot" yang akronim alias singkatan dari "Bikin Susah Orangtua".

Kawan itu merasa rumah bukanlah rumah dalam arti yang sebenarnya, dia merasa tidak menemukan kedamaian di sana dan melalui nama yang dibuatnya sendiri, ia telah membentuk identitas baru layaknya Arthur Fleck menjuluki dirinya sendiri sebagai Joker.

Ya, diakui atau tidak, dalam kehidupan di bumi manusia ini begitu banyak warna-warni kehidupan yang jauh melebihi kemampuan kita menalar sesuatu, ada banyak hal-hal yang menjadi karakter manusia yang bagi manusia lainnya adalah sebuah hal yang ajaib, unik, dan langka. Padahal manusia yang menjalani kehidupan itu sendiri merasa biasa-biasa saja.

Nah, film Joker itu seperti menyampaikan pesan singkat, "Bagaimana sikapmu sekiranya dari kanak-kanak, kehidupan di bumi manusia telah memperlakukanmu sangat tidak adil dan kejam?!"

Kalimat retorik itu bisa ditemui dalam kehidupan nyata saat ini, begitu banyak orang tua yang kandung yang kejam pada anak-anaknya sendiri, atapun sebaliknya anak yang kejam pada orang tuanya. Itu adalah potret nyata yang membuat kisah kehidupan Arthur Fleck bukanlah sebuah hal yang jauh dari kehidupan kita sehari-hari.

Arthur hanya menyentak kita semua, jika dirinya adalah sebuah hal yang sangat mungkin terjadi di antara kehidupan keseharian kita, meskipun mungkin skala kejahatan dan kekacauan yang ditimbulkan tidak sebesar musuh abadi Bruce Wayne itu.

Di film Joker (2019) ini penonton diajak lebih mengenal jika sosok Thomas Wayne yang menjadi ayah Bruce ternyata tidak berbeda dengan karakter politikus kebanyakan, termasuk yang selama ini kita kenal di parlemen-parlemen.

Bebas: Bagaimana bila hidup berjalan tidak sesuai keinginan, cita-cita, dan harapan?

Film berdurasi 1 jam 59 menit yang diadaptasi dari film berjudul Sunny di Korea Selatan ini juga narasinya berjalan halus dan mudah dimengerti pesan yang disampaikan oleh Riri Reza selaku sang sutradara.

Buat anak-anak di tahun 1990an, khususnya yang besar di Jakarta, rasanya jangan sampai melewatkan film satu ini. Banyak kenangan masa itu yang bisa terkenang kembali saat menonton film ini, termasuk parade lagu-lagunya yang acap kali masuk dan mampu membuat para penontonnya yang tumbuh di era 1990an tersenyum senang mengingat momen-momen istimewa di masa lalu.

Persahabatan para anggota Geng Bebas; Vina, Kris, Jessica, Jojo, Gina, dan Suci, dilukiskan sangat dekat dengan kehidupan keseharian remaja di era 1990an, dan ketika tiba di masa sekarang semuanya berjalan dengan takdirnya masing-masing.

Tidak ada satupun yang sukses secara penuh, dalam arti semuanya bisa dimiliki. Kris yang cantik dan berjiwa pemimpin, kelak kemudian di saat dewasa juga tetap cantik jadi perempuan yang mandiri dan sukses secara materi, namun harus mati dalam kesendirian.

Kris telah mengingatkan juga pada efek negatif dari emansipasi kaum perempuan yang  bisa menjulangkan egonya setinggi mungkin, serta bisa melebihi atau setidaknya menyetarai derajat lelaki pilihannya.

jbkderry.com punya beberapa kenalan seperti sosok Kris yang sangat sukses dalam karir dan kekayaan materi, namun tidak sukses dalam kehidupan rumah tangganya.

Lalu ada juga sosok Vina yang saat dewasa punya suami yang tampan dan sangat mapan serta dikarunia anak yang cantik, namun saat suami dan anaknya pergi berutinitas, Vina kembali ke dalam ruang kehidupan yang monoton sepanjang hari.

Lalu ada sosok Jessica yang suka dandan di masa SMA, namun setelah dewasa harus merasakan bagaimana terlilit utang dan kemudian berusaha menata hidupnya lagi sebagai representasi kelas menengah pada umumnya di negeri ini.

Lalu ada sosok Jojo yang cenderung feminim sewaktu SMA, namun saat dewasa harus terjebak dalam melanjutkan bisnis dari ayahnya, dan berusaha mengubur masa lalunya sebagai laki-laki yang berkarakter feminim.

Lalu ada sosok Gina yang punya ibu yang kuat, seorang kutu buku, namun hidup di kehidupan dewasa alur hidup membawanya pada kehidupan yang serba sembawut untuk bertahan hidup. Harus ditinggal kabur suami yang menikah laki, sementara Gina harus menghidupi kedua anak dan ibunya yang terpukul karena bisnisnya runtuh.

Lalu ada sosok Suci dari keluarga broken home, super cantik, jutek menjalani hidup, namun suatu ketika sebuah insiden di kantin sekolah telah merusak wajah cantiknya dan sempat membuatnya ingin bunuh diri, serta lantas menjauh dari teman-temannya di Geng Bebas.

Secara sederhana, film Bebas ingin menyampaikan pesan sederhana dalam hidup, jika sesukses dan sebesar apapun kita rasanya ada hal-hal yang tidak bisa sepenuhnya.

Untuk hal yang satu ini mungkin rumah tangga Raffi Ahmad dan Nagita Slavina bisa dijadikan contoh yang paling keren; suaminya keren, istrinya cantik, anaknya rupawan, kekayaannya melimpah, tapi itu kan yang terlihat di media, mana tahu tetap ada persoalan-persoalan yang tidak nampak dari luar dan hanya bisa dilihat dari dalam.

Kira-kira apa yah? Silakan tinggalkan komentar Anda di bawah jika berkenan. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir. Semoga ada manfaatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!