Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

CHAPTER 105: MENUTUP TAHUN 2020

Gambar
Bingung mo nulis apa buat menutup tahun ini, tadi sejak Subuh sudah bantu bini buat persiapan pesanan ke HQ Auto2000 Sunter.  Mulai isi air di tempat masak yang gede banget sampe menuh2in kompor (gw gak tauk namanya apa, bini yang punya soalnya), terus ngangkat saat nampan nasi yang sudah nanak yang lumayan berat dan di bawahnya ada air mendidih (tapi hidup harus kuat, masak segitu doang nyerah), terus bakarin puluhan nasi buat menuhi target pesanan.  Sekitar jam 9 kelar, terus mandi dan bergegas pergi. Jalanan lumayan lancar tadi, nyaris gak temuin kemacetan.  Gw juga masih nimbang2 mau ngapain blog gw yang di wordpress di tahun 2021; dimatikan saja, dilupakan begitu saja, atau cukup diendapkan sekian waktu sampai ada keputusan yang lebih firm mau diapain... Di luar sana, situasi sosial makin riuh, banyak hal-hal yang di luar kemampuan gw menalar terjadi, semakin bising, sampe gw pikir mungkin saatnya berhenti menyimak dan merespon suasana.  Pada beberapa kawan, gw bilang nalar, mata

CHAPTER 104: DI TITIK MENJADI MANUSIA KELAS B

Gambar
Dalam narasi sebuah vlog di balik panggung persiapan Indonesia YouTube Rewind 2020, aku melihat istilah mengenai manusia kelas B yang belum merdeka bahkan dari dirinya sendiri.  Aku mendeskripsikan yang dimaksud pembuat narasi itu adalah anak manusia yang masih harus berjibaku untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, bahkan untuk hal-hal yang mendasar membayar tagihan-tagihan secara umum.  Dalam kamus hidup aku, itu mungkin seperti tagihan listrik, internet, biaya sekolah anak-anak, dan kebutuhan hidup harian secara umum.  Ya, hal seperti ini sepertinya sudah jadi problem atau masalah umum banyak orang, apalagi sejak badai disrupsi dan pagebluk datang dalam dua tahun terakhir sampai ada timbul istilah "manusia rebahan".  Hidup yang semakin sulit, bahkan untuk mengejar biaya kebutuhan dasar yang di sisi lain semakin meninggi di saat kemampuan atau amunisi diri ternyata tidak cukup tinggi untuk tetap bertarung di ranah sistem yang tengah berjalan, namun mungkin semestinya kita

CHAPTER 103: NAIK SEPEDA ITU MENGAJARKAN HIDUP TIDAK SEKADAR SEMATA BERPIKIR DAN RAGU

Gambar
Sabtu 26 Desember 2020, Naik sepeda pukul enam pagi tinggalkan rumah, menegaskan aku pada satu hal yang sudah sempat aku simpulkan sebelumnya.  "Naik sepeda itu mengajarkan hidup tidak sekadar semata berpikir dan ragu." Menggenjot pedal sepeda di tengah grafik pagebluk yang makin meninggi, bersama kendaraan-kendaraan bermesin yang melaju cepat, seperti sebuah narasi dungu tanpa makna.  "Ngapain juga elu sepedaan di saat-saat seperti ini, mending naik motor atau naik mobil cepet gak bikin capek?!" sebuah suara menggema di isi kepalaku.  Ya, naik sepeda memang cukup melelahkan dan membutuhkan kesabaran, plus memang gak usah banyak mikir waktu melakukannya. Biasanya aku pun kalau mikir, umumnya jadi batal tuh niat sepedaan. "Kalau sudah kebanyakan ngomong biasanya juga batal sepedaan," kata bini setiap kali aku bilang sebelumnya aku bakalan sepedaan.  Jadi cara jitu supaya niat sepedaan terlaksana atau kejadian, ya , selepas Subuh dan pagi datang alias Matah

CHAPTER 102: BELAJAR DARI KEJATUHAN KEVIN COSTNER

Gambar
Saya tidak akan pernah lupa dengan kisah di balik salah satu film termahal di Hollywood, Waterworld (dirilis tahun 1995). Bahkan seingatku, itu film dengan biaya termahal di masanya.  Bahkan Kevin Costner tentu sama sekali tidak pernah berpikir, kedigdayaan dan ketermahsyurannya di Robin Hood: Prince of Thieves (1991) dan The Bodyguard (1992) bareng salah satu diva terbaik dunia Whitney Houston, malah berujung pada ending dengan narasi salah satu film dengan kerugian terbesar sepanjang perfilman Hollywood.  Ya, alur hidup bisa membolak-balik kesuksesan dengan kegagalan dalam waktu seketika dan singkat.  Manusia normal secara umum tentu hanya senang dengan cerita kesuksesan dan pencapaian besar, tapi berapa banyak dengan kita yang siap dengan kejatuhan, namun berusaha tetap terjaga agar tidak terperosok lebih dalam?! Menjalani kejatuhan dari langit tertinggi seperti Kevin Coster hingga terhempas berdebam tentu tidak menyenangkan, tapi segala melupakan kenangan-kenangan pencapaian terbai

CHAPTER 101: AKU DAN IBUKU

Gambar
Tanggal 22 Desember 2020, banyak unggahan foto di sosmed tentang perayaan hari ibu di Indonesia. Jujur, aku cemburu, karena aku tidak merasakan dan tidak pula ingin merayakan hal yang sama.  Aku dan ibu adalah sesuatu yang jauh. Aku mungkin durhaka, tapi aku berkata jujur, sosok ibu jauh di hatiku, saat ini bahkan mungkin sejak lama.   Waktu aku masih kecil, ibuku yang aku selalu sapa "Mama" sering kali bilang, "Aku dan Derry itu gak mungkin cocok, kami sama-sama keras, karena wetonnya sama yaitu Senin Legi." Aku tidak tahu apakah itu memang kepercayaan yang sifatnya valid dalam budaya Jawa Timur (karena ibuku orang Malang), mitos Jawa Timur-an, atau malah kemudian jadi doa yang terkabulkan karena sering diucapkan Mamaku, tapi kami memang jauh pada kenyataannya.  Aku coba mengingat-ingat kapan aku mulai kehilangan sosok ibu yang penyayang, dan ingatanku selalu terpaku pada momen di Hartaco Indah, di rumah kontrakan kami yang ada di sebelah Selatan kota Makassar.  Sa

CHAPTER 100: DISRUPSI DAN AYAM CIPO

Gambar
21 Desember 2020 Sebenarnya ini karena Bu Yon dapat orderan pesanan nasi bakar selama tiga hari berturut, sehingga dia punya kelebihan dana buat jajan.  Jangan dipikir berlebih juga, karena ada beberapa hal mendasar yang justru belum dibayarkan. Maka berangkatlah kami; aku, Keanu, dan Bu Yon, ke kota Bogor selepas jam makan siang dan tiba di lokasi yang dituju di rumah makan Ayam Cipo sekitar pukul dua lewat WIB.   Saat tiba di lokasi, aku langsung seketika cukup terperanjat, karena di situ dulu adalah lokasi Bakso Budjangan di jalan Ahmad Yani, kota Bogor. Ternyata saya baru tahu kalau sudah tutup dan berubah jadi usaha kuliner lain, dan bisa jadi manajemennya tidak lagi sama.  Disrupsi, pagebluk, dan upaya transisi adaptasi kebiasaan baru di masyarakat memang mengubah banyak tatanan, bahkan sekelas sultan pun bisa runtuh.  Sebelumnya, saya sudah melihat Up Normal di Pajajaran - Bogor yang juga sudah tutup dan dipakai untuk usaha kuliner lain. Ya, jangankan mereka yang kelihatan mente

CHAPTER 99: 2020 YANG DEMIKIAN BERAT

Gambar
Aku baru saja sepakat dengan bini, jika tahun 2020 ini adalah tahun terberat selama kami menikah.  Betapa kami harus bertahan bahkan sejak sebelum tahun ini dimulai sebenarnya, dan saat kami berjejak di tahun ini sedemikian gelombang cobaan datang terus menyerang, hingga pedangku yang biasanya berkelebat menyerang berusaha menemukan jalan baru, di tahun ini pedangku lebih banyak dipakai untuk menangkis dan bertahan, dan bisa jadi ketajamannya jadi semakin tumpul.  Kucoba mengingat kesenangan berkah besar di tahun ini yang bisa dihitung kurang dari lima jari tangan kanan atau kiri.  Pertama yaitu bisa merayakan ulang tahun bini dengan makan duren dan menikmati keindahan alam di Kopi Daong, lalu bisa berkesempatan ke Lombok salah satu pulau impian yang ingin aku kunjungi sebelum mati, serta yang terbesar tentu kehadiran bayi di dalam kandungan bini yang insya Allah akan hadir di pertengahan tahun 2021 mendatang.  Semoga bisa berjalan lancar, selamat, dan aman bagi bini dan anak perempuan

CHAPTER 98: MEWUJUDKAN KEINGINAN BERSEPEDA KE SENTUL CITY

Gambar
14 Desember 2020, pukul 06:16 WIB meninggalkan rumah menuju kawasan perumahan elit Sentul City. Bukan rute yang berat buatku, cuma sudah cukup lama ingin melakukannya dan baru pagi ini kesampaian.  Modalnya pun cuma air putih dalam botol bekas Cimory, bawa eKTP, smartphone yang paketannya lagi habis, serta kantong plastik kecil warna putih buat bungkus eKTP dan HP kalau hujan.  Langit di atas diselimuti awan yang cukup gelap pertanda mendung, tapi badan kudu harus tetap sehat, jadi sebisa mungkin melawan rasa malas mumpung aktivitas memang lagi longgar banget di semester kedua tahun 2020 ini.  Protokoler standar sebisa mungkin tetap dipenuhi, pake buff dan kacamata.  Di turunan selepas perempatan Tegar Beriman dan Sukahati di Kabupaten Bogor, si little wolverine  (nama sepedaku) meluncur cukup cepat dan aku selalu berdiri dalam kondisi seperti itu. Rasanya masih seperti masa kanak-kanak zaman SD dulu, ketika meluncur pesat di atas BMX andalan. Sebuah memori yang senantiasa menarik untu

CHAPTER 97: KEANU JATUH CINTA LAGI!

Gambar
Untungnya rupa anak ini memang keren, masih tujuh tahun memang jelang delapan.  Alisnya bagus melayang kayak tokoh2 heroik di kisah Tiger Wong dan Sembilan Benua. Hidungnya mancung, matanya bagus, bibirnya tipis tapi cipokable, dan dagunya belah, setidaknya masih belah sampe sekarang.  Mungkin karena emaknya memang ada darah kompeni, setidaknya itu pula yang membuatku cukup intens memerangi emaknya, sehingga nomor lima insya Allah lahir tahun depan.  Kembali ke soal Keanu, untunglah dia gak serupa ayahnya, dia benar2 doa yang terkabulkan soal perbaiki kualitas keturunan.  Sudah sepekan terakhir ini Keanu jatuh cinta lagi pada anak gadis yang memang putih dan cantik, tapi parahnya itu adalah teman kelas kakak Oka yang sudah kelas 7, sementara Keanu masih kelas 2. Alamak, Keanu, Keanu, untunglah dirimu memang keren, nak... Keanu memang anak kami yang paling normal, bukan bermaksud membeda-bedakan, karena dulu ayah dan bundanya cukup berjibaku habis-habis banyak hal untuk membuat kakak Ok

CHAPTER 96: ALHAMDULILLAH!

Gambar
Panggilan telepon dari langit: "Der, ini rezekimu!" 🤲👍 Pesan menggembirakan masuk ke perangkat komunikasiku hari ini, dari seorang Senior yang saya kagumi kiprah dan karyanya dulu, serta membuatku lebih takzim setelah berkesempatan mendengarkan penuturannya tentang sebuah alur kehidupan di sebuah wilayah bagian timur negeri ini.  Alhamdulillah, beasiswa untuk biaya SPP anak-anak bisa berlanjut selama satu semester di tahun ajaran ini.  Pada seorang sahabat baik yang bersedia membaca alur ceritaku yang "gelap" di blogspot pun akhirnya mengakui, jika kalau diriku masih bisa ada sampai hari ini itu sudah anugerah banget.  Ya, saya mestinya sudah mati berkali-kali di masa lalu, tapi hidup seperti tetap memintaku hidup.  Mungkin saya salah mengidolakan, tapi slogan " As bad as I wanna be " a la sang messiah di masa mudaku Dennis Rodman seperti sebuah risalah yang justru menyelamatkanku hingga hari ini.  Bahkan, kalau saja reinkarnasi itu ada, saya dengan sena

CHAPTER 95: 5 BULAN 1 MINGGU CEWEK DAN ALHAMDULILLAH UTUH SEHAT

Gambar
Rabu malam, 8 Desember 2020 sekitar pukul tujuh malam, ayah mengantar bundamu ke klinik di pertigaan Ken Arok dekat stasiun Citayam. Kami menunggu beberapa saat, mungkin sekitar 30 menit, sebelum ketemu ibu dokternya.  Saat alat USG bayi itu menyentuh perut bundamu, ayah kembali seketika takjub melihat engkau terdeteksi utuh sehat di situ, nak.  Biar bagaimanapun kondisi perekonomian di rumah kita saat ini, kehadiranmu insya Allah tetaplah sebuah keajaiban, sebuah anugerah buat ayah dan bundamu tanda cinta kami, karunia dari Surga.  Ayah bisa dibilang terkesima, takjub, ketika alat USG itu diputar-putar di sekitar perut bundamu dan bu dokternya berkata, jika dirimu utuh dan sehat. Tulang-tulangmu kata bu dokter itu utuh dan strukturnya baik normal, semoga seterusnya saat dirimu lahir di pertengahan tahun depan dan sepanjang usia kehidupanmu di bumi manusia ini. Kata bu dokter, dirimu cewek, nak, di usia kehamilan 5 bulan 1 minggu.  Kubayangkan usia dirimu nanti cukup terpaut dengan kak

CHAPTER 94: DI PENGHUJUNG LANGKAH

Gambar
Jumat siang 4 Desember 2020 Sebuah angkot jurusan Depok - Kampung Rambutan tiba-tiba melaju kencang dan melanggar lajur di jembatan jalan di depan pintu gerbang Universitas Indonesia. Saking kencangnya, hampir saja aku tertabrak dan bisa bakal super repot ceritanya kalau sampai kejadian.  Ya, hujan keras dan kemacetan jalan di titik itu, tentu mestinya otomatis mereduksi batas kesabaran super angkot di trek itu yang memang rata-rata sudah pendek sumbunya.  Usut punya usut penyebab kemacetannya adalah para pengemudi motor yang berteduh di bawah jembatan sebelum Halte Bus UI. Bangkelah kebiasaan kayak gini, karena bisa menyebabkan kemacetan dan potensi kecelakaan lalu lintas meninggi. Aku sendiri yang hari itu hanya membawa jas hujan bagian atasan saja, sudah tidak peduli. Pesanan dari Dapur Bu Yon harus diantarkan sebelum pukul tiga sore. Jadi kalau sampai celana jins ini basah sih itu mah hal kecil. Hidup sudah jauh lebih sulit dan menantang ketimbang persoalan remeh temeh seperti itu.

CHAPTER 93: BERUSAHA MENIKMATI SETIAP JENGKAL WAKTU DI BULAN DESEMBER

Gambar
Hari-hari terakhir di tahun 2020 tinggal berhitung sebentar lagi di bulan Desember ini. Cukup banyak dialektika di dalam isi kepala dan hati mengenai langkah-langkah apa yang semestinya diambil, di waktu ke depan pada lembaran tahun baru yang akan datang sebentar lagi? Sempat terpikirkan untuk meminta bini dan anak-anak menetap di Ciamis, jika keadaan tidak segera membaik ke depan. Sementara aku balik ke Makassar, entah ngapain di sana, cuma kepikiran enggak pengen bini dan anak-anak mengalami situasi yang lebih sulit.  Tapi tidak lama, aku kemudian bergegas sadar, jika di masa-masa sulit seperti ini mestinya bukan lari mundur dan berpisah. Justru semestinya saling bergandengan tangan, saling memeluk, dan saling menguatkan.  Apapun yang terjadi, di rumah ini adalah benteng pertahanan kami. Pergi ke Ciamis dan Makassar justru adalah langkah mundur yang lebih parah, bukan sebuah upaya untuk mundur lalu punya visi untuk maju lagi.  Jadi apapun yang terjadi, tetap ada di sini di rumah ini,

CHAPTER 92: MENELUSURI JALAN TAKDIR

Gambar
Waktu terus berdetak dan malam pun terus meninggi, percaya atau tidak sudah nyaris 24 jam kondisi keuangan di rumah hanya ada delapan ribu perak alias rupiah. Ada lebihnya pun tidak sampai seribu, termasuk logam dua ratusan rupiah yang kalau dikasih ke Pak Ogah di perempatan dijamin akan dilemparkan kembali dengan tidak sopan.  Rasa optimisme akan adanya denting bel penyelamat di saat-saat akhir seperti biasa dalam 14 tahun ini pun nampaknya kali ini tidak akan datang. Selesai sudah, nampaknya, tinggal menunggu kedatangan sahabat yang telah lama dinanti, sang malaikat pencabut nyawa.  Tenang, tenanglah, Der. Tak usah gentar, ini adalah proses alami. Jujur sih, pasti ada rasa gentar juga, namanya juga manusia biasa tapi sebisa mungkin jangan berlebihan dan hadapi sealami mungkin. Tapi tidak usah grasak-grusuk, tarik napas yang dalam dan lepaskan. Rasanya memang sakit pasti, tapi bukankah sakit itu adalah bagian dari pertanggungjawaban hidup itu sendiri?! Menjelang Isya, sebuah pesan dat

CHAPTER 91: ENTAH BERAPA LAMA

Gambar
Hari ini, atau mungkin sudah setahun terakhir setidaknya, aku kerap termangu dan bertanya pada Tuhan, "Kira-kira berapa lama lagi badai ini terus akan menerpaku dalam posisi bertahan?" Rasanya, jujur melelahkan dan sangat menguji kesabaran.  "Apa lagi yang bisa dan harus kulakukan ke depan, agar bisa dapat kembali melangkah dan tidak hanya semata bertahan?" Jujur, aku mulai lelah dan seperti kehabisan ide, mesti bagaimana selain hanya bisa pasrah. Bukankah Engkau bilang, setiap manusia ciptaanMu tidak boleh berputus asa, akan ada harapan lagi nanti buah dari kesabaran... Dan aku masih tetap sabar, ditengah lelahku dan kehabisanku. Berat, tapi aku tidak ingin mengembik. Aku yakin ujian seperti ini belumlah apa-apa, Engkau pasti bisa mengujiku lebih berat lagi jika berkenan.  Jadi aku hanya bisa memupuk rasa sabar, karena setiap langkah yang bisa kulakukan telah kulakukan, sepertinya. Ini memang sudah seperti di luar batas kemampuanku, anugerah kemampuan yang telah En

CHAPTER 90: KEPUTUSAN TERBAIK DALAM HIDUP

Gambar
Entah seperti tidak kunjung lelah kukatakan jika dirimu adalah keputusan terbaik dalam hidupku, anugerah terindah yang pernah kumiliki.  Kehadiranmu telah membuatku hampir setiap saat bersyukur, betapa baiknya Tuhan telah mengirimkanmu dalam kehidupanku.  Kehadiranmu pula yang membuat lebih berlapang dada dan ikhlas, bahwa apapun yang terjadi ke depan, semoga aku telah semakin siap menghadapinya. Aku telah mendapatkan yang terbaik di dalam hidup, sisanya adalah memeluknya sebaik mungkin selama mungkin, meski cepat atau lambat kisah ini akan berakhir di bumi manusia ini.  Kelak, aku berharap di kehidupan berikutnya dirimu akan juga menjadi mahadewi yang disandingkan Tuhan untukku di sepanjang jalan, dimanapun, insya Allah aku dengan senang hati berbahagia denganmu, berbagi cerita dan kisah kebahagiaan selama-lamanya.  Aku tentu tidak ingin memujamu secara berlebihan, karena takut Tuhan marah dan merasakan aku mengkhianati posisi tersuci di semesta raya ini. Aku memujamu secara pas, seba

CHAPTER 89: MENGADU DI UJUNG SAJADAH

Gambar
Pernahkah dirimu merasa berada di ujung jalan dalam ketidakberdayaan? Ingin terus bertarung menghadapi hidup dengan segala tantangannya, namun perlawanan di luar sana terasa semakin berat, sementara dirimu merasa kehilangan amunisi yang mumpuni dan belum kunjung menemukan strategi seperti apa yang bisa dipakai untuk kembali bertarung... Apa kira-kira pilihannya; tetap keluar rumah bertarung membabi buta, atau berusaha menenangkan diri sebaik mungkin menanti musuh kehidupan merangsek ke dalam kediamanmu, benteng terakhirmu, dan kemudian menghabisimu? ******* Dalam tidurku, aku kemudian terjaga di ujungnya. Ada rasa kekhawatiran, meski tidak lagi terasa besar dan menakutkan. Bukan mengecilkan, tapi sudah sekian lama kuhadapi situasi sulit ini, jadi sudah semakin terbiasa dan ikhlas pasrah sepertinya menjadi jalan terbaik sementara ini.  Karena kupercaya, tidak ada keputusan terbaik dalam isi jiwa kepala yang keruh. Lalu aku bangun, saat kudengar petugas keamanan perumahan memukul tiang l

CHAPTER 88: PERDEBATAN DENGAN SEORANG KAWAN

Gambar
Rabu pagi 25 November 2020, saya sempat berdiskusi dan berdebat dengan seorang kawan baik secara virtual, dan berikut petikannya.  ******* Perdebatan Virtual Dengan Seorang Kawan Lama Rabu pagi 25 November 2020, saya sudah memulai diskusi dan perdebatan virtual dengan seorang kawan lama.  Berikut petikan perdebatannya... Kawan (K) : "Menurut Imam Ali, seandainya kemiskinan dalam wujud manusia, maka itu yang pertamakali aku bunuh." Aku (A) : "Untuk hal ini kayaknya menurutku perlu diurai lebih lanjut, karena kemiskinan secara umum diidentikkan dengan kemampuan materi." K : "Menurut Ali Bin Abi Thalib tidak begitu sepenuhnya." A: "Kalau begitu harus dijelaskan lebih lanjut, karena implikasinya disadari atau tidak, orang secara umum jadi menghindarinya dengan segala cara bentuk kemiskinan materi, dan menurutku salah satu pemicunya adalah statement seperti ini. Menurutku yang gagal dalam mengejar pencapaian materi, belum tidak berusaha keras dan melupakan

CHAPTER 87: CATATAN TIGA HARI

Gambar
Inilah adalah catatan dua hari di tanggal 19, 20, dan  21 November 2020.  ***** Kamis 19 November 2020:Sedemikian Kejamnya Dunia Ini? Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, ketika si little wolverine nama sepedaku diajak lemesin lutut ke rute datar ke arah Cilodong - Kota Kembang - Jembatan Gantung Pondok Rajeg, sebelum kembali pulang.  Durasinya sekitar 1,5 jam jika non-stop, atau kalau pakai istirahat bisa makan waktu dua jam.  Di sebuah kawasan Masjid yang arsitekturnya keren di wilayah Cilodong, saya sempat jeda sejenak minum dan foto-foto jika saya sudah pernah ke sini bersepeda.  Selesai foto-foto sejenak saya sudah bergegas pergi, tiba-tiba ada seorang ibu bercadar dengan seorang anak gadis yang juga bercadar, menghampiri. Rupanya keduanya yang tengah berboncengan naik motor melintasi Masjid itu juga ingin berfoto.  "Boleh tolong fotokan gak , Pak?" kata ibu tadi. Saya sebenarnya ingin menolak awalnya, karena pertimbangannya agak riskan menerima barang orang di tenga

CHAPTER 86: UJIAN BESAR NEGERI INI

Gambar
Dalam beberapa kali kesempatan, saya bilang di negeri ini saat ini setidaknya ada 5 (lima) badai besar yang tengah menghempas; disrupsi, pagebluk, resesi, industri agitasi yang semakin menggurita, dan potensi bencana alam yang semakin tinggi.  Tapi saya paling khawatir dengan poin badai ke-4, karena itu langsung terintegrasi dengan cara pandang dan pola pikir.  Beberapa waktu lalu, saya ngobrol sama seorang dekat yang sudah cukup lama masuk ke dalam relung-relung kajian kadrun.  Dalam diskusi itu, orang dekat saya itu bilang, "Kita tidak boleh menyalahkan Habib Rizieq, meski saya tidak setuju, tapi ulama tidak boleh disalahkan." Wow, saya tercengang, saya kaget karena sedemikian parah brainwash di kajian-kajian tersebut, dan kali ini sudah merangsek merasuki orang orang dekatku sendiri. Saya coba meresponnya, "Kira2 tauk tidak sejarah kapan kemunculan seorang Rizieq Shihab? Setahuku, dia tidak punya sejarah kajian mendalam sebelum era reformasi." Responnya, "K

CHAPTER 85: MELAWAN DENGAN HALUS

Gambar
Baru saja puyeng kembali, 3 ayam kampung yang diambil tadi pagi, salah satunya tua. Ini berarti sudah dua ayam tua dalam dua hari terakhir. "Bilangin ke abangnya ini tua," kata bini sambil menaruh ayam yang sudah diungkep ke plastik putih. Saya pun berangkat kembali ke penjualnya. Dalam perjalanan ke sana, saya berpikir bagaimana negosiasinya, kalau disampaikan dengan komplen marah-marah dengan filosofi "pembeli itu ian kasela, eh, radja) atau pakai emosi, pasti abangnya melawan balik. Sepanjang jalan menuju sana, kepalaku berpikir. Lantas aku berkesimpulan mending pasrah saja dengan teknik nego halus yang persuasif. Alhamdulillah, abangnya gak pake lama langsung suruh anak buahnya ganti, lebih gede lagi. Ya benar juga, gak semua persoalan memang bisa diselesaikan dengan tensi tinggi.  Mungkin kiat jitu ini juga bisa dipalai untuk merespon si Zonk atau ayah naen, artinya gak perlu terjebak dengan cara super bego seperti dirinya. Ya, orang kayak Zonk memang bisa kaya raya

CHAPTER 84: CATATAN PERJALANAN KALI KEDUA KE PASAR KEMIS KABUPATEN TANGERANG

Gambar
Ini adalah kali kedua, saya mengantar pesanan Pak Ari ke kawasan industri di Kabupaten Tangerang. Tepatnya di Pabrik Gajah Tunggal Tbk yang menurut data Google Maps ada di wilayah Kecamatan Pasar Kemis.  Setahuku, Pak Ari sudah menjadi sosok petinggi di sana, tapi orangnya masih sama seperti dulu; ramah dan berpembawaan yang riang.  Perjalanan ke Cikupa lumayan jauh dari rumahku, eh , tepatnya rumah Bu Yon, jaraknya 53 km kalau berdasarkan dari Google Maps per sekali perjalanan.  Berbeda dengan waktu ngantar pertama kali, perjalanan kali ini terasa lebih dekat dan singkat. Mungkin juga karena perjalanan kali ini ditemani Kakak Oka.  Dalam perjalanan pulang setelah antar pesanan, kami sempat berpapasan di lajur yang berlawanan rombongan buruh yang demonstrasi menuntut kenaikan upah.  Banyak sekali, sampai memacetkan jalan lumayan panjang.  Saya tidak ingin membela pengusaha, juga bukan karena tidak lagi mengandalkan gaji sejak 14 tahun lalu, tapi kebayang kalau buruh nuntut ke pengusaha