Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

CHAPTER 32: NYANYIAN SUNYI SEORANG RONIN

Gambar
Suatu saat di masa depan, kita harus bisa menentukan langkah dan jalan yang dipilih. Dan menjadi seorang Ronin menurut seorang kawan baik yang sangat tercerahkan adalah bukan langkah bijak, karena begitu mudah dipatahkan oleh jejaring. Kira-kira begitu pesan kawan itu. “Ya, ini adalah soal pilihan hidup, dan bukan soal tawa orang lain. Ini lebih ke soal jalan meraih kebahagiaan yang aku inginkan, menjadi seorang Ronin,” kata Zolenk. Pernah suatu waktu, seorang kawan baik yang usianya lebih tua sekitar 10 tahunan di masa depan akhirnya “pulang” duluan. Dia selalu banyak menyetujui pandangan dan ide yang Zolenk kemukakan. “Jarang tuh kawan kayak gitu, soalnya pikiran dan pandanganmu jarang yang sama dengan selera umum,” kata Semut, seorang kawan Zolenk. “Yup, makanya pas dengar kabar dia “pulang” tadi pagi, suara nanyian sunyi tentang kehidupan seorang Ronin kembali menggema kembali di benakku. Menyentakku kembali soal pertanyaan apa makna dan tujuan hidupku,” kata

CHAPTER 31: JANGAN SAMPAI KULDESAK

Gambar
Makassar, 1998 Pada suatu waktu, setiap orang akan berhadapan dengan rasa yang buntu seperti sore di Pantai Losari di hari itu. Angin kencang, hujan deras, dan bunyi ombak yang keras terutama saat menghantam bebatuan di pinggiran pantai. Itu adalah hari yang tidak biasa, menguji nyali dan keberanian setiap siapa saja di Kota Daeng. “Makassar sepekan ini seperti rasaku, badai berat,” kata Zolenk. “Hahahahaha..., hari gini masih bicara soal rasa,” kata Kampleng. Zolenk tidak menggubris respon sahabatnya, matanya masih melihat ke arah pulau Khayangan yang samar-samar masih terlihat dari areal Taman Safari. Keduanya hanya berteduh di tenda ukuran 3x3, jadi keduanya pasti tetap basah. Entah berapa batang rokok Marlboro dan Dji Sam Soe yang mereka habiskan di sore itu, jelang pukul empat sore. Dari tas selempang Zolenk masih ada beberapa kaleng bir bintang yang sengaja dibelinya hasil order motret kawinan di akhir pekan lalu.     “Apa yang kau rasa, kawan? S

CHAPTER 30: AKHIR MASA ITU CATATAN PENUTUP DI PERSIMPANGAN JALAN

Gambar
Akhirnya masa kebersamaan itu akan segera berakhir, kita sudah tiba di persimpangan jalan untuk mengambil masing-masing jalan. Masa lima tahun itu seketika terasa begitu pendek, lalu mulai merekah menuju cerita barunya masing-masing. Rumah kakak Husein akan menjadi ruang terakhir cerita keakraban kami, bersama kotakan mie rebus ataupun mie goreng yang jauh dari faedah yang bergizi. “Masih ada dua dus lagi, fee dari hasil nulis kemarin,” kata Ilo, yang meski berpostur paling kecil tapi ukuran itunya katanya paling besar di antara kawan-kawannya. “Sip, nanti dimasak lagi sebelum masuk kampus bimbingan,” kata Husein. Kompleks perumahan itu juga menjadi cerita manis, karena Tika anak fakultas ekonomi yang super putih dan manis beberapa kali mampir, membuat kami senang selalu sembari berpikir membuatnya lebih lama untuk tinggal, entah dengan cerita-cerita yang dibuat semenarik mungkin, sajian teh yang dibuat setawar mungkin karena kalau dia minum pasti jadi manis, atau den

CHAPTER 29: JANGAN BERSEDIH KAWAN, KELAK CINTA PASTI AKAN DATANG

Gambar
Pagi baru saja menyapa bumi Tamalanrea di hari itu, namun si Kipli dengan jaket a la – a la Che Guevara wannabe level kw. 35 sudah optimis di tahun ajaran baru kali ini jika kedinginannya akan mencair. Si bunciz target incarannya nampak menduduk malu-malu, entah malu beneran atau lagi males liat si Kipli. Ya, Kipli berusaha nampak dingin seolah tidak terjadi apa-apa di gemuruh jiwanya. “Aku akan baik-baik saja,” gumamnya menutupi kegelisahan sembari mengumbar senyum tipis khas di hadapan kawan-kawannnya. Sedari awal, si Kipli memang kiri yang setengah hati, dia nampak berani padahal penuh rasa sungkan dan malu. “Kau pasti dapat, yakin saja,” kata Puang, senior Kipli yang suka standar samping kalau lagi berdiri. Kipli bergeming, dia nampak berusaha nampak tenang, meski dalam analisis psikoanalisa, dia jelas gugup mau tapi gak yakin. Dan benar saja, jelang tahun ajaran baru dimulai, si Bunziez malah jadi sama si Joko yang justru tidak nampak dalam radar pera

CHAPTER 28: HAL TEROMANTIS DI ERA 1990AN

Gambar
Setiap orang punya gambaran kisah romantis terbaik yang menginspirasi kehidupannya masing-masing. “Kalau kau siapa?” tanya Danu, sahabat baik Zolenk. “Tidak ada kisah seromantis tato “Winona Forever” di lengan Johnny Depp.” “Setuju, tapi kenapa menurutmu, hal itu romantis?” “Sederhana, itu tanda cinta terbaik dari bad boy terkeren ke cewek cantik ter-cool seantero jagat.” “ Wuih , hati-hati statement, bro. Bisa-bisa digugat teman-teman religius lho.” “Lha, ini kan pertanyaannya kisah teromantis yang menginspirasi, kan?! Nah, saya kan walaupun jelek, kusam dan hidup lagi, tapi kan juga bad boy, jadi wajar dong bad boy mengidolakan bad boy.” “Iya, iya, sudah, panjang lebar deh kalau sudah menjelaskan.” “Kalau kisah romantis kedua yang menginpirasi apa tuh?” kata Danu lagi. “Tato Superman di lengan Jon Bon Jovi.” “Kok bisa?” “Yah, keren aja, tato Superman di lengan vokalis super band yang paling menginspirasi.” “Dari tadi tato melulu

CHAPTER 27: GUGUR DENGAN CARA BERBEDA

Gambar
Pada akhirnya di ujung kehidupan, dirimu akan berdiri mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang telah dilakukan. Hadapilah dengan tegar dan senang hati, apapun itu, setiap insan telah berjuang sesuai perannya. - Tamalanrea KM. 10 (pertengahan 1990an) Hari masih pagi di terminal Petek-Petek di di belakang Baruga APP. Masih kurang dari jam enam pagi, tapi Aco preman sudah menjalankan tugasnya mengatur kedamaian di sana. Sementara warung nasi di ramsis masih beberes, ada sajian menu yang ditawarkan namun masih minim, tapi cukuplah buat sarapan para mahasiswa berperut keroncongan karena habis begadang nonton bareng Liga Champions di tivi 14-inci yang warnanya mulai pudar. Nanti jelang siang, baru seluruh menu makanan spektakuler siap dipilih. Pagi itu seperti biasa, semesta masih selalu memeluk Tamalanrea KM. 10. Ya, ini adalah negeri antah berantah, tempat dimana dongeng dan kidung kedamaian selalu berkumandang. Meski sesekali riuh juga kalau lagi musim ajaran

CHAPTER 26: ZOLENK, MUSIK DAN NADA

Gambar
Terlalu banyak hal yang bisa menjadi bahan pertengkaran dan kontroversi di ruang bumi manusia, tapi Zolenk percaya pilihan musik dan nada yang tepat bisa menentramkan hatimu dari amarah. Jika salah, memang bisa fatal pula karena bisa menjadi suluh yang semakin membarakan suasana. - Tamalanrea (di akhir 1990an): Sebagian kisah dimodifikasi supaya lebih seru “Berhentilah mendengarkan musik, mending dirimu mengaji,” kata Bije, teman kosan Zolenk yang memang terkenal religius. Zolenk masih tidak beranjak, dia masih duduk diam di kursi plastik warna hijau sambil melihat jalanan di depan kosan sana. “Hey, kau mendengarku tidak? Ah, sudahlah, susah memang kalau orang sesat diberitahu.” Bije pun meninggalkan Zolenk yang masih duduk diam. Sebagian penduduk kosan sudah beranjak meninggalkan areal kosan sekitar 40 – 50 kamar penyewaan itu. Ya, waktu sudah tidak lagi muda, sudah lewat jam sembilan pagi. Setengah sepuluan malah... “Woi, Zolenk. Kuliah kau, jangan

CHAPTER 25: LINDUNGI OTAK YANG ADA DI KAKI

Gambar
“Membacalah buku, biar dirimu pintar dan otakmu terpakai,” sudah beberapa kali petuah itu sampai ke telinga Zolenk. Entah dari teman, guru, adik kelas, bahkan penjual buku di pelataran Kopma. “Kalau tidak baca buku apa dampaknya?” tanya Zolenk. “Maka otakmu akan mandek di dengkul kayak udang,” kata kang Taufik, pedagang buku di depan kopma, yang juga merupakan salah satu kawan baiknya selama di Tamalanrea Km. 10. “Emang udang punya kaki?!” “Ah, sudah ah. Kebanyakan zat adiktif tuh di kepalamu jadi susah dikasih tahu,” kata kang Taufik sedikit gusar dan kembali menata dagangan buku-bukunya. Meski kemudian agak dicuekin, Zolenk belum menyerah diresponnya lagi kata-kata kang Taufik. “Aku tahu kok letak otakku.” “Jangan becanda ah, masih pagi nih, lagi gak mood ketawa pagi-pagi.” “ Yeh , beneran nih.” “Dimana memangnya?” “Di kaki.” “Tuh kan, becanda lagi. Mending kamu cepat pergi masuk kelas sana, biar bisa cepat selesai dan cari kerja.” “