Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

CHAPTER 23: JALAN KAKI MALAM DI PINTU 2 SELALU SYAHDU

Gambar
Cerita syahdu tidak hanya terjadi ketika berjalan dengan kekasihmu. Kalau masih tidak percaya, cobalah berjalan di saat malam pada pertengahan 1990an dari arah ramsis menuju pintu 2. Semakin malam semakin romantis berjalan di samping deretan pepohonan besar, serta pendaran lampu-lampu merkuri jalanan kampus, meski sekalipun kau berjalan seorang diri. Saking syahdunya hampir tidak pernah terdengar ada orang yang melintas itu kesurupan. Mungkin setan-setan juga tersentuh hatinya saat melintasi jalan itu, mungkin... - 1992 Awal Kelas 2 SMA “Kau tidak jadi antar Dian pulang?” kata Farly, seorang kawan Zolenk asal dari Sulawesi Utara. Dia kos di dekat sekolah saat itu. “Kayaknya ciu (minum keras khas Manado) darimu ini lumayan keras, kepalaku pusing berat, bro. Mau numpang tidur dulu. Boleh, kan?!” kata Zolenk. Farly hanya geleng-geleng kepala, “Bagaimana caranya mau dapat pacar kalau hidupmu lebih banyak nenggak alkohol,” kata Farly sambil tertawa keras. Ke

CHAPTER 22: ARTI SEBUAH KAMAR DI ERA 90AN

Gambar
Kuasa kita sendirilah yang bisa membuat kehidupan di bumi manusia menjadi laksana orkestra yang berkelas, meski realitasnya sering kali tidak pernah semegah narasi film-film kategori Oscar. Beruntunglah semasa tumbuh menjadi remaja, Zolenk sudah mengenal erat Whitney Houston dari masa masih di era seragam putih celana pendek biru, ia sudah sangat dekat dengan single “I Wanna Dance with Somebody” (1987) ataupun OST The Bodyguard (1992) “ I Will Always Love You ”. “Saya mulai mendengar I Wanna Dance with Somebody setahun setelahnya di tahun 1988, dan masih dari model kaset mix atau kompilasi dengan musisi lainnya. Whitney juga mungkin perempuan pertama yang mengenalkan saya pada hidup itu bisa indah laksana orkestra yang megah. Dia pulalah mungkin yang bisa membuatku bisa merasakan damai selain mendengarkan ceramah Kosim Nurseha,” kata Zolenk. Di meja belajar di kamarnya yang ada di lantai dua di ujung selatan Cendrawasih tidak banyak buku pelajaran yang bisa ditemui,

CHAPTER 21: THE KING MAKER

Gambar
Selama lima tahun berada di Tamalanrea KM. 10, Zolenk sukses menaikkan empat kawan baiknya ke singgasana nomor satu. Kalau pun tidak diakui secara aklamasi, setidaknya berperan penting. Yang pertama tentu untuk sahabat terbaiknya sepanjang masa, Igor. “Saya mau naik jadi ketua Korps kira-kira bisa, tidak?” kata Igor. “Bisa, asal kau betul-betul mau,” jawab Zolenk. “Tapi kayaknya anak-anak akan lebih pilih Qwink atau Husni. Yang cewek-cewek pasti pilih Qwink, yang alim-alim pasti pilih Husni,” kata Igor meragu. “Tenang saja, kau pasti naik, Gor,” kata Zolenk meyakinkan. - Ini kali pertama Zolenk mau masuk ke ruangan seminar atau aula pemilihan, sebelumnya dia tidak peduli sama sekali. Dia duduk di kursi paling belakang sebelah kanan, paling dekat pintu keluar, tepat di sampingnya duduk Igor yang berusaha nampak tenang. “Tenang, kau pasti naik,” kata Zolenk sambil menepuk paha sahabatnya untuk meyakinkan dan lebih meningkatkan rasa kepercayaan di

CHAPTER 20: KISAH KERJASAMA BURSA BUKU YANG MENGUNTUNGKAN

Gambar
Menulis cerita tentang kisah Zolenk di era 1990an itu cukup melelahkan setelahnya; menguras emosi, memaksa pikiran yang sakit untuk mengingat baik dan erat kejadian-kejadian masa itu, serta menyederhanakan hal-hal yang cukup menguras emosi guna menyuguhkan konsep penyampaian pesan yang sederhana dan agar mudah untuk dimengerti. Beberapa Chapter ke depan rencananya akan berusaha merangkainya dengan tensi yang lebih rendah, tanpa berupaya mereduksi unsur keasyikannya. Berpikir berat, kuat dan hebat si Zolenk pasti gak bisa, biarlah itu tugas teman-teman baiknya yang dianugerahi kemampuan setinggi dan sedalam itu. Zolenk akan berusaha menyapu di bagian permukaan saja sebagai prolog yang menghibur, sebelum konser utama dimulai oleh para bintang. - TAHUN 1997 Kala itu hubungan perkawanan dengan kawan-kawan 97 masih sangat erat, rekat dan mesra, sebelum momen horor suksesi pemilihan ketua lembaga kemahasiswaan di tahun 1999. Akan ada cerita khusus mengenai upaya Zolenk menebus

CHAPTER 19: BUSANA YANG TERINSPIRASI KURT COBAIN

Gambar
Selasa 20 Februari 2018, mendiang Kurt Cobain mestinya genap berusia 51 tahun di bumi manusia. Dan saat tulisan ini dibuat, cukup banyak media yang menuliskan tentang foto unggahan Courtney Love di Ignya tentang momen kebersamaan terakhir bersama almarhum.  - Dimulai di Tahun 1992 Zolenk memang bukan anak band tapi dia adalah penikmat musik sejati. Sejak SD dia sudah punya album God Bless. Dia juga suka Gito Rollies, Hari Moekti dan tentunya Ikang Fawzi. Sejak itu aliran musik yang bermuatan rock senantisa mengiringi perjalanan hidupnya.  Di tahun 1992, setahun setelah album Nevermind dirilis (tahun 1991), Zolenk terilhami dalam waktu yang lama dan panjang pada sebuah lagu ikonik di era itu, “Smells Like Teen Spirit”. Bukan hanya beat dan lirik musiknya, tapi gaya pakaian Kurt Cobain yang memakai jaket buluk berwarna hijau mengilhami benaknya dalam waktu yang cukup lama.  Di masa-masa kelam di Tamalanrea KM. 10 sebagai drug’s user, Zolenk senantiasa bangga me

CHAPTER 18: KUPAS KISAH DI BALIK DAPUR SIAPA ZOLENK SEBENARNYA

Gambar
Cerita kali ini bukan kelanjutan kisah Zolenk, lebih kepada upaya menjawab beberapa pertanyaan, kritikan dan usulan untuk adonan kelanjutan kisah si Zolenk. Biniku nanya lagi pas hari Minggu kemarin, “Kenapa sih namanya Zolenk, yah? Itu nama panggilan ayah waktu muda yah?” Saya katakan, "Tidak dan sama sekali gak pernah aku dipanggil Zolenk. Cuma aku pengen pilih sebuah nama dan sosok yang sesuai jiwanya. Nama Zolenk itulah yang paling mendekati. Toh, tidak harus semua tokoh itu keren dan romantis kayak Galih Rakasiwi, Mas Boy, Rangga atau Dilan. Mungkin karena memang Zolenk anaknya gak  percaya dirian, agak minderan, kurang rupawan, dan bisa dilbilang kisah cintanya lebih buruk (bahkan jauh lebih buruk) dibanding Gusur dan Boim Lebon.” Zolenk itu adalah simbol manusia yang tetap berjalan meski dalam gelap, ataupun di bawah pendaran setengah cahaya yang temaram. Ada seorang sepupu dari salah satu sahabatku sejak SMA yang dulu pernah beberapa kali menyebut sebuah aliran

CHAPTER 17: HARMONISASI ANGKATAN DAN CIKAL BAKAL JADI MUSUH ABADI JURUSAN

Gambar
Paruh kedua tahun 1990an menjadi awal muasal Zolenk menjadi musuh abadi jurusan dan kemudian ditjap sebagai “kiri”. Seorang dosen muda yang dibanggakan oleh banyak orang di jurusan pun memberikan stempel abadi untuk dirinya, Lenin. Sebutan ini pun berkumandang sepanjang lima tahun Zolenk berada di Tamalanrea KM. 10. Dan dari kisah inilah sumbu permusuhan itu dimulai... Belum genap setahun masa perkuliahan, mayoritas kawan angkatannya menginginkan adanya sebuah forum diskusi dan membangun nuansa kebersamaan di Malino. Keinginan yang membuat gusar para pengurus lembaga kemahasiswaan.   “Tidak boleh, pokoknya tidak boleh,” kata para pengurus lembaga kemahasiswaan. Namun niat kawan-kawan seangkatannya ternyata sudah bulat. Beberapa tokoh kuntji di angkatannya pun coba melobi melalui lembaga kemahasiswaan lain untuk pinjam kop surat biar bisa meminjam bus kampus menuju lokasi. Kemudian dari lembaga kemahasiswaan jurusan Pemerintahan, surat permintaan peminjaman bus