Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

CHAPTER 31: JANGAN SAMPAI KULDESAK

Gambar
Makassar, 1998 Pada suatu waktu, setiap orang akan berhadapan dengan rasa yang buntu seperti sore di Pantai Losari di hari itu. Angin kencang, hujan deras, dan bunyi ombak yang keras terutama saat menghantam bebatuan di pinggiran pantai. Itu adalah hari yang tidak biasa, menguji nyali dan keberanian setiap siapa saja di Kota Daeng. “Makassar sepekan ini seperti rasaku, badai berat,” kata Zolenk. “Hahahahaha..., hari gini masih bicara soal rasa,” kata Kampleng. Zolenk tidak menggubris respon sahabatnya, matanya masih melihat ke arah pulau Khayangan yang samar-samar masih terlihat dari areal Taman Safari. Keduanya hanya berteduh di tenda ukuran 3x3, jadi keduanya pasti tetap basah. Entah berapa batang rokok Marlboro dan Dji Sam Soe yang mereka habiskan di sore itu, jelang pukul empat sore. Dari tas selempang Zolenk masih ada beberapa kaleng bir bintang yang sengaja dibelinya hasil order motret kawinan di akhir pekan lalu.     “Apa yang kau rasa, kawan? S