Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

CHAPTER 58: MABUK 4 DIMENSI (CERITA BETAPA BURUKNYA AKU DI MASA LALU)

Gambar
Catatan Kelas Secangkir Kopi, Kamis 27 Agustus 2020 - Tadi pas pulang dari antar pesanan, aku tiba2 ingat dengan kisah ini... Kisah dimana salah satu seburuk-buruknya aku sebagai manusia, dan sebaik-baiknya kalian... Ini kejadian nyata di akhir tahun 1990an.  Ceritanya, Iwan Fals pertama kalinya datang ke Tamalanrea selama aku ada di sana.  "Besok, saya tanggung mabuk 4-dimensi, biar pas nonton konser lebih asyik, all by me," kataku.  Almarhum sahabat terbaiku dalam hidupku, Igor, bilang, "Saya ajak satu temanku, Der nah, dia preman Makassar Utara dan fans beratnya Iwan Fals." "Sip." Singkat cerita besoknya di lantai 2 FIS, adalah sekitar delapan atau sembilan orang, termasuk aku.  Semuanya tinggal buka mulut dan nikmati momen.  Baru di barang kedua, kawannya almarhum Igor itu jalan mundur sambil bilang, "Sudah mi, Der, ampun mak kodong." Saya heran sejenak lalu ketawa ngakak, "Kenapa ko, bro? Nah ndak dipukuli jako, diajak senang-senang ji.

CHAPTER 57: KEANU DAN PERTANYAAN DUNIA TIDAK SEINDAH SURGA

Gambar
Siang ini, saya ajak Keanu dan kakak Oka antar pesanan Om Dosen di Universitas Pancasila.  Pulangnya, kami sempat lewat tempat kerja Bundanya hingga 10 tahun silam.  Suatu saat ke depan di kawasan Beji di pertigaan lampu merah, kami berhenti dan ada seorang pengamen yang nyanyikan lagu "Laskar Pelangi".  Rupanya Keanu perhatikan pas di bagian lirik, "...Dunia tidak seindah surga." Pas, kami melaju lagi, Keanu nanya, "Emang dunia tidak seindah surga, ayah?" Aku dengan santai jawab, "Kata banyak orang sih gitu, nak. Cuma kalau bagi ayah, surga yah kalau sama kalian dan bunda." Keanu pun manggut2 dan tidak bertanya lagi.  Ya, buatku, surga bukan sekadar tempat yang katanya indah dimana kabarnya semua keinginan bisa dikabulkan, dan banyak bidadari.  Buatku, surga seperti itu tidak menarik, apalagi jika lihat trend tabiat orang-orang pengejar surga saat ini, membuatku semakin kehilangan minat.  Seorang kawan baik kemarin bertanya, "Elu beneran ng

CHAPTER 56: BELAJAR HIDUP DARI PEBASKET SOMBONG DENNY SUMARGO

Gambar
Hidup ini menurutku seperti menangkap kepingan-kepingan puzzle makna yang melintas. Apa yang menarik di benak kita saat melintas akan ditangkap, diurai, dan dijadikan pelajaran hidup.  Beberapa hari lalu sempat melihat vlog Deddy Corbuzier yang lagi ngobrol dengan pebasket sombong Denny Sumargo.  Dari vlog tersebut, jadi punya idola "bad boy" baru dan jadi tertarik mengetahui lebih lanjut soal Denny Sumargo.  Dan berikut hasil penelusurannya... Ia terlahir dari seorang ibu muda yang berusia 19 tahun di Makassar, dan saat masih di dalam kandungan kedua orang tuanya telah berpisah. Densu sapaan akrabnya baru ketemu sama Papanya saat usianya 25 tahun, dan sehari setelah pertemuan pertama itu Papanya meninggal dunia.  Dari batu nisannya, nampak jika mendiang Papanya adalah seorang Muslim berdarah Tionghoa.  Dari beberapa vlog tentang Densu yang membahas kehidupan pribadinya, pebasket sombong itu mengatakan kehidupannya di masa kanak-kanak dengan kondisi ekonomi yang bisa dibilang

CHAPTER 55: NGOPI TERAKHIR BERSAMA REZA ERLANGGA

Gambar
20 Agustus 2020 bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriah, sebuah kabar menyesakkan dada sudah kuterima sejak pagi hari.  Pukul 06:39 WIB, Reza Erlangga menyelesaikan narasinya di bumi manusia, meninggalkan dua orang puteri cantik yang baru kelas 6 SD dan kelas 1 SD.  Kuterima pesan tentang hal itu dari Kang Benny, pukul 06:57 WIB.  Hari ini pun, aku sukses menangis berkali-kali tanpa rencana, semua berjalan otomatis.  Pagi dalam perjalanan ke kamar mandi, aku menangis. Lalu selepas belokan Kelapa Dua Depok, aku kembali menangis. Di perjalanan menuju rumah duka, aku kembali menangis. Di rumah duka pas ditanya Bang Chalil, aku kembali menangis.  Lalu aku masuk ke dalam ruangan tamu, seorang diri sambil duduk bersimpuh dan kembali menangis. Lalu aku minta izin kepada keluarga dan istrimu tercinta untuk melihat wajahmu untuk terakhir kalinya, kembali sambil menangis.  Lalu kuluapkan perasaanku pada istri dan ibumu, sambil menangis sesunggukan. Lalu istrimu bertanya namaku

CHAPTER 54: BUKAN UNTUK DIKASIHANI PUN UNTUK MENUAI SIMPATI

Gambar
Hmm , ada pandangan jika menceritakan tentang kejatuhan seperti yang saya lakukan beberapa waktu terakhir adalah bagian untuk mendapat belas kasih dan simpati. Tidak bisa disalahkan karena opini umum pasti terbuka. Tapi biar saya ceritakan sekali lagi. Beberapa saat lalu sebelum badai pagebluk bernama Covid-19 datang, rasanya sejak 2018 kalau ndak salah, saya mulai intens menulis tentang badai disrupsi yang banyak mengubah lanskap berusaha di dunia. Di era pertarungan yang cenderung horizontal seiring perkembangan dunia digital, maka medan pertarungan semakin terbuka. Siapun pun bisa kalah dan menang kapan saja, dalam hitungan yang sangat singkat bahkan. Kemarin sore waktu antar pesanan ayam bakar taliwang ke rumah salah satu sahabat paling akrab di tanah batavia, saya sempat mengemukakan kalimat pertanyaan retorik, "Seberapa banyak dari kita yang masih menggunakan SMS (short message service) di HPnya, sejak era WA hadir?!" Ada banyak pertanyan serupa soal itu, sebutlah Frien

CHAPTER 53: HARI YANG TIDAK KUNJUNG USAI

Gambar
Hari ini 12 Agustus 2020 sudah aku mulai sejak pukul 5 pagi; ambil duit di ATM, isikan bensin si Bendera, dan ngambil pesanan 4 ekor ayam kampung di langganan bini. Setengah 6 pagi, aku sudah berada di depan losnya sang bapak itu, dan baru 20 menit kemudian dia nyampe. Pukul 06:10 WIB, aku tinggalkan losnya buat bergegas mengantarkan keempat ekor ayam kampung itu diolah oleh Bu Yon. Sudah minggu ke-5, aku support Bu Yon sebisa yang aku bisa, dan alhamdulillah nyaris tanpa jeda. Pukul setengah sembilan malam tadi, Bu Yon laporan, 1 dari 4 ekor ayam pesanan besok dagingnya keras. "Apa aku cari tips buat empukin di YouTube, yah?" kata bini semata wayang. "Jangan, coba kontak kenalanmu siapa tauk ada yang punya stok ayam kampung," kataku. Beberapa saat dia sibuk dengan HPnya, dan ngabarin ada di Perdep tinggal satu bisa ambil di rumahnya. Maka berangkatlah aku mengendarai si bendera. Anaknya laki-laki umur 10 tahunan yang menyambutku dari balik pagar, "Ini, ayamnya

CHAPTER 52: BERHENTI BERANDAI SEJENAK LEBIH BAIK

Gambar
Beberapa hari lalu, seorang kawan lama yang dapat dikatakan sukses secara finansial atawa bahasa kerennya " financial freedom " bercerita, "Gw pernah berbeda pendapat dengan ibu sendiri. Menurut ibu gw, duit gak dibawa mati, gw sepakat. Tapi gw bilang, setidaknya dengan duit yang berlebih, kalau gw mati, anak-anak dan bini gw gak lantas ikutan mati. Banyak kan yang begitu?!" Sebuah pertanyaan retorik yang menohokku, cukup telak seperti kena (angin) hantaman kepalan Mike Tyson di masa jayanya. Mohon dicatat kata "angin"nya yang, karena kalau kena hantaman beneran Mike Tyson tentu aku sudah koit, minimal koma.  Seketika narasi perjalanan hidup yang sudah lalu membentang di imaji. Anjrit, gw lahir dari orang tua yang sulit dijadikan inspirasi, dan setelah itu start-ku bahkan hingga jelang sepertiga usia hidup di bumi manusia doeloe sangatlah sembrawut.  Aku sudah terlanjur rusak lama, dan kini ada seorang bini serta tiga anak manusia yang menjadi amanat tangg

CHAPTER 51: DAPUR BU YON & NARASI TUKANG OJEKNYA

Gambar
Perjalanan hidup ini terkadang seperti terik di kala pagi yang hangat menyelimuti, ada pula kalanya seperti hujan deras yang menggetar hingga ke dalam sukma, ada pula masa di tengah malam di dalam hutan belantara yang mencekam.  Demikian perjalanan belasan tahun dengan Bu Yon, ritmenya seperti roller-coaster dengan bentukan rel-rel yang sangat menguji adrenalin.  Seperti pagi itu, rute peta digital seperti menandakan ini mah rute perjalanan yang mudah, namun jangan mudah membuat persepsi di awal. Nikmati saja alurnya, menuju dua tempat dimana 5 - 6 menit terakhir adalah sebuah petualangan.  Ya, sebagian orang menyebut hidup laksana petualangan, tidak perlu banyak dipikirkan, cukup dijalani saja sebisa-bisanya.  Daerah Susukan Bogor selama ini menurutku adalah masuk ke dalam negeri antah berantah, meski pembangunan rumah tinggal semakin banyak dan rapat, demikian pula dengan rute jalanannya yang sebagian besar sekarang sudah mulus seperti kulit Mariana Renatha, ikon kecantikan di satu d

CHAPTER 50: RELIGI, KEYAKINAN, DAN PILIHAN KENDARAAN

Gambar
Situasi enam tahun terakhir sejak 2014, negeri ini nampak menyampaikan pesan perubahan pesat dan drastis, khususnya mengenai religi dan keyakinan.  Jika dulu di era periode Orde Baru, masyarakat negeri ini cuma kenal wajah religi mayoritas melalui NU, Muhammadiyah, dan PPP, kini dalam satu dasawarsa terakhir, masyarakat di dalam negeri juga akrab dengan nama MUI, FPI, GPNF-MUI, PKS, hingga Hizbut-Tahrir Indonesia.  Lalu muncul pula adagium "Islam 212" dari para pendukung gerakan di Monas, Jakarta, yang menisbihkan Habib Rizieq Shihab sebagai Iman Besar Umam Islam versi mereka.  Diskursus dan wacana pun berkembang, wajah religi pun terpecah pada tataran implementasi. Sama halnya pasca wafatnya Rasulullah SAW, terdapat perbedaan pendapat siapa yang akan melanjutkan tongkat komando pemerintahan Islam.  Sebagian percaya amanat mestinya dipercayakan pada sahabat utama dalam hal ini Abu Bakar Ash-Shiddiq, namun ada kalangan yang berpandangan Ali Bin Abi Thalib lebih pas.  Fenomena

CHAPTER 49: SECANGKIR KOPI PENGHORMATAN UNTUK OM KIKI

Gambar
Senin malam 3 Agustus 2020, seorang kawan baik "pulang" duluan. Selamat jalan, Bro Kiki Fajar, terima kasih atas segala sharing pengalaman atas nilai kebaikan, sikap yang hangat, dan keramahanmu selama berada di bumi manusia. Klasik memang, tapi saya berdoa dan berharap, semoga Sang Pemilik Kehidupan Semesta Kesempurnaan berkenan memberimu tempat terbaik di Surga sana, Amin.  - Suatu ketika di pertengahan tahun 2000an, entah kapan tepatnya mungkin di tahun 2003, sebuah panggilan telepon masuk ke telepon genggamku. Dari dirimu, mungkin saja telah kau telah melupakan pembicaraan kala itu, tapi buatku itu masih membekas, hingga kini.  "Der, gw butuh bantuan neeh, elu kan jago, gw lagi tes neeh di majalah (gw lupa majalah apa waktu itu, kalau tidak salah AutoCar Indonesia atau MobilMotor)," kira-kira itu awal pembicaraan yang dirimu sampaikan padaku.  Buatku itu sebuah apresiasi yang besar, karena sebenarnya saya hanyalah penulis kelas secangkir kopi.  Tanggal 16 Mei 20