CHAPTER 55: NGOPI TERAKHIR BERSAMA REZA ERLANGGA


20 Agustus 2020 bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriah, sebuah kabar menyesakkan dada sudah kuterima sejak pagi hari. 

Pukul 06:39 WIB, Reza Erlangga menyelesaikan narasinya di bumi manusia, meninggalkan dua orang puteri cantik yang baru kelas 6 SD dan kelas 1 SD. 

Kuterima pesan tentang hal itu dari Kang Benny, pukul 06:57 WIB. 

Hari ini pun, aku sukses menangis berkali-kali tanpa rencana, semua berjalan otomatis. 

Pagi dalam perjalanan ke kamar mandi, aku menangis. Lalu selepas belokan Kelapa Dua Depok, aku kembali menangis. Di perjalanan menuju rumah duka, aku kembali menangis. Di rumah duka pas ditanya Bang Chalil, aku kembali menangis. 

Lalu aku masuk ke dalam ruangan tamu, seorang diri sambil duduk bersimpuh dan kembali menangis. Lalu aku minta izin kepada keluarga dan istrimu tercinta untuk melihat wajahmu untuk terakhir kalinya, kembali sambil menangis. 

Lalu kuluapkan perasaanku pada istri dan ibumu, sambil menangis sesunggukan. Lalu istrimu bertanya namaku siapa, ketika kusebut, dia langsung berujar, jika mendiang suka menceritakan tentang diriku pada istrinya. 

Aku terharu, tersanjung, dan tambah sedih lagi. Siapalah aku, Rez, sosok yang gelap mudah terlupakan seperti warna kulitku yang juga gelap. 

Tidak lama aku di rumah duka, karena perasaan gemuruh sedih di dada makin terasa. Maka sesaat mungkin sekitar 10 menit, aku sudah pamitan pulang. 

Mungkin sekitar beberapa kilometer meninggalkan rumah duka, aku berhentikan motor di tepi jalan, kembali menangis. 

-

Seharian ini, aku merenung, kenapa dirimu sukses membuatku menangis berkali-kali, sedih yang mendalam. Lalu kucoba merangkai beberapa jawaban tentang mengapa...

1. Beberapa waktu terakhir, kuingat aku banyak menulis tentang perjuangan hidup yang tertatih-tatih di linimasa Facebook, dan dirimu suka sekali memberikan simbol suka serta terkadang memberikan simbol "love". 

Buatku itu agak terasa unik, karena sebelum-sebelumnya, dirimu jarang sekali memberikan simbol demikian pada status-statusku yang memang mestinya bukan narasi yang populer, ini lebih kepada soal kisah seorang semenjana yang berusaha bertahan hidup di tengah problematika yang ada. 

Lalu aku coba menduga, jika status-status itu juga bagian penyemangat dirimu yang ternyata sudah sedemikian kepayahan dalam sakit sejak bulan puasa lalu. 

Terima kasih untuk simbol-simbol pengiyaan dan dukunganmu itu, Rez. 

Kepergianmu sungguh membuatku sangat sedih, sekaligus jadi penyemangatku juga, meski sangat tertatih-tatih aku masih diberi kesempatan Tuhan untuk bertahan di bumi manusia ini, setidaknya untuk menjadi malaikat pelindung untuk anak-anakku. 

Untuk itu pula, aku sangat berharap istrimu bisa diberikan anugerah berlebih dari Allah SWT untuk lebih kuat membesarkan kedua orang puterimu tercinta. Perjalanan untuk keduanya insya Allah masih sangat panjang, semoga Allah SWT berkenan memeluk dan menjaga setiap derap langkah dan mimpi-mimpi kedua puterimu, Rez, Aamiin. 

2. Kepergianmu untuk selamanya dari narasi di bumi manusia juga seakan menyiratkan pesan kepadaku, jika rasa kehilangan tidak serta semata karena interaksi dan komunikasi yang melibatkan waktu yang panjang. 

Ya, kurasa, kita tidak banyak nongkrong bareng, tidak banyak pula waktu jalan bareng, tidak juga banyak diskusi panjang. 

Tapi meski sangat sedikit waktu berinteraksi, tapi rasanya itu banyak meninggalkan kesan dan kualitas yang ternyata mendalam. 

Dari situ, saya jadi terpikirkan satu hal baru, jika hubungan perkawanan yang baik dan berkualitas tidak harus selalu pararel atau inline dengan waktu yang banyak dan panjang.

Buktinya kita, hanya melintas berkelebat-kelebat saja dalam ruang waktu yang pendek dan terbatas, tapi kurasa hubungan perkawanan dan persahabatan kita ternyata berkualitas. 

Ku tiba-tiba ingat momen di sekitar tahun 2002 - 2003 di kawasan Blok M Jakarta, kita tanpa sengaja bertemu dari arah yang berlawanan lalu berbincang sejenak. 

Saat itu dirimu yang nampak stylish layaknya anak muda ganteng berkulit putih bersih layaknya perwakilan anak-anak muda kaya negeri ini, lengkap dengan cara berpakaian stylish bercelana sepanjang lutut, kaos dan kemeja yang kancing terbuka kalau tidak salah ingat berkata,"Der, kayaknya saya bakal diterima di AutoCar, nanti kalau ada hal-hal yang saya mau tanyakan, kasih taukka' nah, kan kau duluan yang masuk di bidang ini, ces."

"Kau kerja di mana sekarang memang, Rez?" kataku. 

"Di agensi, tapi kayaknya bukan duniaku di sana," katamu sebelum berpisah. 

Ya, hanya sejenak, sama halnya ketika duduk sebelahan beberapa bulan di CarMall, tapi malah jarang ngobrol malah. 

Ya, makna memang tidak bisa serta merta ditarik dari logika manusia biasa, makna hidup yang berkualitas ternyata memang datang dari momen-momen yang mungkin terasa sesaat dan singkat. 

Terima kasih atas hubungan perkawanan baik selama lebih dari 20 tahun ini, Rez. 

Sampai ketemu di kehidupan berikutnya, kawan baik.

Sampai nanti.

Bogor, 20 Agustus 2020

17:55 WIB 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!