CHAPTER 162: NGOBROLIN PAGEBUK A LA SECANGKIR KOPI
Pagebluk makin meninggi, kemarin pecah rekor. Saya sih sudah menduga sebelumnya, arus mudik kemarin pasti jadi bom waktu. Yah, agitasi2 khususnya yang berbasis seolah-olah dalam kemasan "religi" menurutku jadi salah satu biang utama. Jadi ingat beberapa hari lalu ngobrol dengan seorang kawan yang agnostik. Daku sendiri juga dalam bereligi juga cenderung sebagai upayaku berterima kasih pada Pemilik Hidup atas segala berkahNya, tidak lebih. Tidak berharap Surga juga, masuk syukur, enggak juga yah mau bagaimana lagi. Toh, hidup sudah berulangkali membanting dan menghempasku, kalau terjerembab dalam kubangan mah bukan hal baru dan tabu. Apakah menyerah? Enggak juga, alhamdulillah Tuhan memberikanku kapasitas energi dan keyakinan yang cukup. Toh, per minggu ini juga aku mulai nguli yang pulangnya malam dan bersahabat dengan kesunyian dan kegelapan di antara kawasan Pengasinan dan Tugu Macan. Itu daerah yang gak bisa dibilang aman dalam banyak hal, karena lokasinya gak jauh da