CHAPTER 156: EVERYTHING HAPPENS FOR REASON (KISAH TRAGIS SEORANG IBU)
Foto di rumah kontrakan Pak & Bu Tobiin di Malam Takbiran, 12 Mei 2021 |
Catatan ini lama kupikirkan untuk kuunggah di blog ini, ada keraguan beberapa kali pasalnya. Padahal sudah ada di linimasa FBku sejak 6 Mei 2021 lalu.
Tapi hari ini, Minggu 6 Juni 2021, kupikir kunaikkan saja setidaknya sebagai pengingat dan penguatku untuk melanjutkan sisa perjalanan hidup yang masih ada di depan.
Ada kata-kata bijak sesuai judul yang ingin kukutip sebagai prolognya, "Everyhing happens for reason" atau kira-kira artinya "segala hal terjadi untuk suatu alasan" (itu versi Google Translate), kalau menurutku, "Tidak ada kebetulan yang terjadi dalam hidup, pasti ada hikmah dan pesan yang tersurat ataupun tersirat".
Jadi mari mulai...
Kisah ini dimulai pada tanggal 30 April 2021, ketika Bu Yon biniku tercinta semata wayang mengalami pendarahan hebat akibat ari-arinya nempel setelah melahirkan Wyatt. Ia terpaksa dilarikan ke RSUD Cibinong menggunakan angkot.
Singkat cerita di sana, Alhamdulillah, Bu Yon bisa selamat berkat penanganan suster di IGD, dan akhirnya dipindahkan ke ruangan kelas III, sebuah gedung baru di kompleks rumah sakit itu. Di sana, Bu Yon sekamar dengan seorang ibu yang baru saja harus kehilangan anak keempatnya, seorang anak perempuan pertamanya, di usia kandungan kesembilan bulan.
"Saya terus puasa, ternyata bayinya tidak dapat pasokan gizi, sehingga harus meninggal," katanya.
Saya awalnya geram dalam hati mendengar ceritanya, namun
seiring waktu dari bini, saya tahu jika ibu itu harus terpaksa berpuasa karena
keterbatasan ketersediaan dana.
Tiga anak lakinya sehari-hari terpaksa makan tahu, seiring
usaha TKI suaminya terpukul hebat karena dampak pandemi.
Ibu itu seperti harus memilih antara anaknya yang hidup atau
anaknya yang masih dalam kandungan. Hidup seperti menakdirkannya menjalani
narasi pilihan yang sangat pahit.
Hidup memang terkesan kejam menempa alur hidup manusia.
"Biasanya sih duit gak masalah, tapi sejak covid usaha suami anjlok
parah," kata ibu itu.
Saya dan Bu Yon hanya bisa memotivasinya untuk tetap kuat,
beberapa kali juga saya pinjamkan HP tuaku untuk menelpon suaminya.
Ya, selama 3 hari 2 malam, ibu itu tidak ada yang menemani.
Katanya suaminya lagi sibuk cari pinjaman buat mengeluarkannya dari rumah
sakit.
Hingga Minggu pagi 2 Mei 2021, saya tinggalkan ruangan kamar
Anggrek dengan Bu Yon, ibu itu masih di kamar itu. Saya memberinya ucapan
penyemangat terakhir kali sebelum kami pulang ke rumah.
Ada rasa haru dalam dadaku, semoga ibu itu kuat dan suaminya
bisa segera menemukan jalan untuk mengeluarkan istrinya dari rumah sakit, serta
semoga rezeki kembali menyirami kehidupan mereka, Aamiiiin 🤲
Buat saya, kisah prihatin ibu itu jadi penyemangat juga
untuk teruskan alur hidup yang terasa makin keras jika dirasakan, namun terasa
lebih damai jika dijalani ikhlas.
Beberapa hari sebelumnya, saya juga melihat seekor induk
kucing yang tengah hamil berjalan sendiri di waktu yang menjelang malam.
Ya, di ruang sunyi, saya jadi semakin terbiasa belajar
banyak makna, meresapi hidup tanpa merasakannya dalam lagi, cukup jalani saja
sekuatnya dengan semakin taktis.
Ada saatnya diam akan lebih baik, ada saatnya bersikap
lantang jika sudah keterlaluan, for whatever it takes...
(Bogor coret, 6 Mei 2021 - 12:42 WIB)
-
Nah, setelah postinganku di tanggal 6 Mei 2021 lalu, sudah ada tiga kawan baik yang meminta daku untuk menghubungi ibu itu dan suaminya. Niatnya sama dari ketiga kawan baik itu, yaitu turut meringankan beban materi keluarga ibu itu.
Dari niatan ketiganya, akhirnya Jumat kemarin saya coba
menghubungi suami ibu tersebut, dan akhirnya tahu kalau pada hari Senin 3 Mei
2021 akhirnya sang suami bisa dapat pinjaman dana untuk mengeluarkan istri
tercintanya dari rumah sakit.
Alhasil, pasutri itu pun sudah kembali ke rumah kontrakannya lagi untuk melanjutkan hidup, cuma yah pesan moralnya, hidup memang ini misterius, apalagi Sang Pengelolanya. Kebaikan itu ternyata lebih universal dan sangat bisa tidak terduga, melebihi banyak persepsi ego manusia tentang klaim kebenaran, bahkan ilusi kekerabatan terbaik adalah hubungan darah.
(8 Mei 2021 - 12:47 WIB)
-
Kisahku dengan keluarga sang ibu itu ternyata masih berlanjut kemudian, setidaknya pada tanggal 12 Mei 2021 tepat di Malam Takbiran di saat Umat Muslim merayakan Hari Kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.
Di malam itu, selepas Shalat Magrib dan berbuka puasa, aku dan Keanu menjalankan misi mulia dari seorang senior yang sudah sangat baik hati, memberikan donasi beras, hampers, kue kering, dan minuman ringan kepada keluarga sang ibu yang telah kehilangan bayinya sekitar dua pekan lalu.
Kami naik Bumblebee gak yang alhamdulillah gak jadi dijual.
Terharu sekaligus bersyukur akan banyak hal melalui kejadian
petang jelang malam ini.
Daku juga belajar lebih dalam tentang kebaikan hati yang
datangnya memang misterius, seperti halnya khas kinerja Tuhan.
Satu di antaranya adalah kebaikan hati bisa datang dari mana
saja, dan bisa terjadi tiba-tiba, jadi jangan pernah terus-terusan merutuki
nasib, apalagi sampai geremeng pada Semesta.
Bersyukurlah, dan bisa jadi hidup akan indah segera
setelahnya, Amin, Amiiiiin, Aamiiiin. Semoga Allah SWT mengabulkan segala niat
baik di hati kita semua.
(12 Mei 2021, 20:46 WIB)
-
Jujur, aku ingin terus mengingat narasi ini. Tentu, aku ingin hidupku berakhir baik. Kucetuskan empat keinginan saat bersepeda Sabtu 5 Juni 2021.
Kubilang sebagai doaku pada Allah SWT, "Kesehatan, rezeki finansial yang cukup, kebahagiaan, dan kedamaian" untuk keluarga kecilku di rumah. Untuk biniku semata wayang dan untuk keempat anakku.
Semoga kelak hidupku berakhir dengan catatan baik untuk mereka.
Lalu pada relasinya dengan kisah ibu di atas? Pertama, Alhamdulillah Bu Yon dan Wyatt bisa terlahir selamat sehat tanpa kurang satu apapun.
Kedua kisah ibu itu harus bisa menjadi hal yang menguatkanku, setelah begitu banyak cerita kegagalan dan kekalahan dalam hidup, semoga tidak meluruhkan melemahkanku.
Kisah ibu itu, kisah pulang duluannya kawan-kawan perjuangan mulai Igor dan Reza, bini dari sabahat baikku Bima, pulangnya beberapa kawan jurnalis otomotif yang kukenal baik mulai Kiki Fajar, Virko, Nurfil, hingga yang terbaru Resa, harus bisa menjadi penyemangatku, menjadi hal yang bisa menguatkanku dan bersyukur masih bisa ada di sini dengan bini dan anak-anak.
Semoga dalam waktu yang lebih lama, dan dalam keadaan baik, Amin, Amiiiin, Aamiiiin.
(Sehat, Rezeki Finansial yang Cukup, Kebahagiaan, dan Kedamaian)
Komentar
Posting Komentar