CHAPTER 19: BUSANA YANG TERINSPIRASI KURT COBAIN



Selasa 20 Februari 2018, mendiang Kurt Cobain mestinya genap berusia 51 tahun di bumi manusia. Dan saat tulisan ini dibuat, cukup banyak media yang menuliskan tentang foto unggahan Courtney Love di Ignya tentang momen kebersamaan terakhir bersama almarhum. 


-

Dimulai di Tahun 1992

Zolenk memang bukan anak band tapi dia adalah penikmat musik sejati. Sejak SD dia sudah punya album God Bless. Dia juga suka Gito Rollies, Hari Moekti dan tentunya Ikang Fawzi. Sejak itu aliran musik yang bermuatan rock senantisa mengiringi perjalanan hidupnya. 

Di tahun 1992, setahun setelah album Nevermind dirilis (tahun 1991), Zolenk terilhami dalam waktu yang lama dan panjang pada sebuah lagu ikonik di era itu, “Smells Like Teen Spirit”. Bukan hanya beat dan lirik musiknya, tapi gaya pakaian Kurt Cobain yang memakai jaket buluk berwarna hijau mengilhami benaknya dalam waktu yang cukup lama. 

Di masa-masa kelam di Tamalanrea KM. 10 sebagai drug’s user, Zolenk senantiasa bangga mengenakan jaket coklat buluknya. Ada semacam sugesti yang membesarkan jiwanya jika mengenakan jaket buluk warna coklat tua itu. Dipakainya pula jaket belel warna coklat itu di momen-momen penting krusial, bahkan hingga di penghujung waktunya selesai di Tamalanrea KM. 10.

Hingga kini kenangan itu masih tersimpan di sebuah album foto bersampul hijau, termasuk saat jadi ketua panitia Munas IMIKI tahun 1999, dan saat KKN di Pare-Pare setahun setelahnya. 

Lirik abadi “Smells Like Teen Spirit” pun senantiasa mengiringinya dalam banyak langkah, sudah seperti mendengarkan sebuah ceramah yang mendinginkan hati dan pikirannya.  

...With the lights out, it's less dangerous
Here we are now, entertain us
I feel stupid and contagious
Here we are now, entertain us
A mulatto, an albino, a mosquito, my libido
Yeah, hey
I'm worse at what I do best
And for this gift I feel blessed
Our little group has always been
And always will until the end...

“Menikmati Smells Like Teen Spirit itu seolah mengamini jika orang tampil butek, kurus, dekil itu tetaplah sebuah kehormatan. Tinggal bagaimana kita melihat diri sendiri, menikmati dan menghargainya,” gumam Zolenk acap kali. 

Ya, teman-teman menjauh, cewek-cewek cakep juga pada jijik... hahahahaha...

Selain Kurt Cobain, Zolenk juga mengilhami gaya grunge  a la River Phoenix sahabat Keanu Reeves yang “pulang” duluan setahun sebelum pentolan super band Nirvana itu. Paling memorable buat Zolenk tentu “My Own Private Idaho” (1991) yang ia main bareng sahabatnya, Keanu Reeves. 

Meski kurus, dekil, (makin) jelek, dan super butek, plus lagi parah-parahnya recovery dari drugs, tapi momen-momen grunge  a la Kurt Cobain justru membuat Zolenk makin besar dalam prestasi di akhir tahun 1990an. 

-

Petinggi-petinggi jurusan kembali ngamuk dan protes keras pada Zolenk. Meski kemudian Munas IMIKI tahun 1999 adalah satu-satunya (menurut jurusan) menjadi kegiatan nasional kemahasiswaan yang tidak membebani jurusan, tapi amarah sudah terlanjur berkumandang. 

“Kau harus batalkan ini Munas, karena jurusan tidak ingin terbebani,” kata Pak Bulaeng, Kajur, sambil memukulkan telapak tangannya ke meja. Beliau didampingi oleh Pak Mansyur, sang Sekjur. Hanya mereka bertiga di dalam ruangan itu. 

“Tidak bisa, Pak. Pokoknya akan terus lanjut. Kalau sampai merugikan jurusan, silakan keluarkan saya sebagai jaminan,” kata Zolenk. 

Kedua dosennya itu pun hanya bisa terdiam. Mungkin di benak mereka, “Anak ini memang benar-benar super menjengkelkan.”

Keraguan terhadap kapabilitasnya pun datang dari banyak orang di lembaga kemahasiswaan. Wajar sih mengingat sosok Zolenk yang dekil, drug’s user, plus kepalanya yang super keras untuk kompromi itu. 

Saat pembukaan IMIKI di sebuah aula di seberang taman dan parkiran rektorat, di dekat danau dan masjid kampus, sudah menunggu para peserta munas dari beberapa kampus di negeri ini. Teman-teman, kakak-kakak serta adik-adik angkatan memperhatikan langkah si anak dekil yang kurus, hitam dan jelek itu lagi. 

Zolenk pagi itu belum mandi, dia pun menjauh seharian dari seluruh anggota kepanitiaan, jadi wajar kalau-kalau ada pertanyaan apakah si anak keras kepala itu bisa menyampaikan hal baik di momen pembukaan. 

Zolenk pun duduk di depan, di sebuah kursi yang disediakan untuk ketua panitia yang secara profil sangat tidak pantas. Tapi pagi itu dia sangat percaya diri, dengan jaket coklat kumal yang diinspirasinya dari mendiang Kurt Cobain. 

Dia pun mulai membuka mulutnya, mengeluarkan suara dan mulai nyerocos panjang lebar, dan di akhir saat mulutnya mulai terkatup, tepuk tangan pun membahana. 

Saat keluar dari aula itu, beberapa teman dan kakak angkatan sudah menanti untuk menyalami dan memberi ucapan, “Kami tadi sempat khawatir apakah kau bisa. Untunglah itu tadi pidato pembukaan yang keren. Terima kasih, Zolenk,” kata Vira mewakili. 

Zolenk hanya tersenyum kecil, tidak ada yang luar biasa, dia hanya menjalankan tugasnya. Hari itu adalah puncak kesuksesan kekuatan dan kekompakan lembaga kemahasiswaan bernama Kosmik. Padepokan terbaik yang pernah menjadi tempat Zolenk pernah berguru dan belajar banyak tentang hidup secara baik. 

-

Setahun setelah momen Munas IMIKI berlalu dan mengantarkan Ome sebagai Sekjen yang baru, Zolenk kembali berulah kontroversial saat menjalankan periode KKN dua bulan di Pare-Pare. Ia satu-satunya peserta yang malas bekerja. Di rumah yang ditumpanginya, ia hanya duduk di pekan pertama. 

“Hei, kenapa kau sendiri yang saya lihat tidak pernah kerja? Kasian teman-temanmu, katanya kau koordinatornya,” kata Pak Lurah Lapadde terlihat cukup gusar.

“Tidak boleh begitu kalau KKN. Saya juga lulusan kampusmu, dan saya juga pernah mengalami periode KKN. Kerjalah, bantu teman-temanmu,” imbuhnya. 

“Yang pilih jadi koordinator kelurahan adalah teman-teman, saya tidak mau, pak. Dan saya ke sini bukan untuk kerja fisik buat tanda-tanda jalan, itu pekerjaan tukang bangunan dan saya tidak ahli di bidang itu,” jawab Zolenk.

“Lalu maumu apa?” tanya Pak Lurah. 

“Saya ingin membantu hal yang sekiranya berguna untuk masyarakat sesuai bidang ilmu saya,” katanya.

“Baiklah, besok pagi datanglah ke kantor kelurahan,” pungkas Pak Lurah.

Keesokah harinya, dia bersama sembilan temannya datang ke kantor kelurahan. Sembilan temannya membersihkan areal kelurahan sambil memetik mangga dan ngerujak, sementara Zolenk sok sibuk mempelajari persoalan di sana.

Ada tiga hal krusial yang diinginkan kantor kelurahan itu yaitu pembangunan jalan ke sebuah areal wisata, pembangunan lahan tidur di jalan poros provinsi menuju Sidrap untuk mengurangi minat berangkat penduduk setempat untuk jadi TKI, serta satu lagi soal keinginan pembangunan pasar rakyat Lapadde yang sudah lama tertunda. 

“Ada apa dengan rencana Pasar Lapadde ini?” tanya Zolenk.

“Oh itu, jadi begini sejak tujuh tahun lalu, masyarakat Lapadde menginginkan adanya pasar Lapadde, karena kalau ke pasar Lakessi selain cukup jauh mesti keluar ongkos lagi. Lokasinya sih sudah ada yang diusulkan yaitu di belakang kantor kelurahan, tapi kendalanya saluran komunikasinya selama ini buntu,” kata Pak Lurah. 

“Siapa saja yang dibutuhkan terkait untuk membuka kebuntuan komunikasi ini?” tanya Zolenk lagi. 

“Banyak di antaranya perwakilan Pemda, Dinas Pasar dan Badan Pendapatan Daerah. Kenapa?” kata Pak Lurah.

“Bagaimana kalau saya buat kegiatan dialog resmi dengan pihak-pihak itu,” kata Zolenk. 

“Memang kamu bisa?” tanya Pak Lurah. 

“Nama tengah saya “orang gila”, pak,” jawabnya. 

Maka dia mulailah menyusun sebuah rencana dialog, dan ternyata itu menjadi satu-satunya program KKN di level kelurahan yang bisa menjangkau level kotamadya saat itu. 

Maka diadakanlah sebuah forum dialog di kantor Kecamatan Ujung. Diundangnya pula perwakilan Pemda, Dinas Pasar dan Badan Pendapatan Daerah. 

“Silakan duduk di depan,” kata Pak Camat.

“Tidak boleh, Pak. Ini kan kapasitasnya dialog bukan penyuluhan. Saya hanya memfasilitasi kebuntuan upaya pembangunan pasar Lapadde, jadi bapak-bapak ini duduk di sebelah kanan, perwakilan masyarakat kelurahan Lapadde duduk di sebelah kiri. Yang duduk di depan hanya boleh saya sebagai moderator,” kata Zolenk.

Meski nampak kaget dan jengkel, Pak Camat akhirnya mengiyakan aturan main yang dibuat sekenanya oleh Zolenk. 

Tidak lama setelah dialog itu, sekitar dua hari kemudian dengan pakaian cakar celana pendek hitam dan kaos Coca-Cola warna merah, Zolenk melihat dari kejauhan para pihak yang terlibat diskusi itu melakukan inspeksi ke lokasi di belakang kelurahan. Pak Lurah Lapadde dari kejauhan melihatnya, lalu tersenyum sambil melambaikan tangan. 

-

Menjelang pembubaran masa KKN dan momen perpisahan di kantor walikota, Pak Walikota memanggil Zolenk secara khusus dan berbincang sejenak. Dia rupanya cukup tahu juga mengenai usulan program pembangunan pasar rakyat di kelurahan Lapadde. 

Keduanya pun sempat terlibat perbincangan, hingga di satu waktu Pak Walikota bertanya tentang asal usul dan nama Papanya. Dia lantas tersentak, “Hey, saya tahu Bapakmu. Dia sahabatku sejak dulu. Dimana dia sekarang?” katanya.

Pembicaraan itu pun kemudian berlangsung lebih cair, meski tidak lama. Keduanya kembali disibukkan dengan hal-hal lain. 

Saat akan kembali ke Makassar, seseorang dari Dinas Pasar kota Pare-Pare datang menghampiri dan menasihatinya, “Tinggallah, ini proyek mesti ada yang awasi karena ada uangnya. Saya khawatir kalau kamu pulang, proyek ini tidak jadi.”

“Saya hanya fasilitator, pak. Kapasitas saya bukan terlibat di masalah aliran uang,” jawab Zolenk. Ya, ia harus pulang menyelesaikan studi yang tertunda di Makassar selama setahun terakhir karena tjap “Lenin” yang dilekatkan padanya dari seorang staf pengajar. 

Saat berkemas untuk kembali pulang ke Makassar, Pak Lurah Lapadde memberikannya dua lembaran kliping koran dimana Zolenk pernah diwawancarai oleh koran terbesar di sana mengenai rencana pembangunan pasar Lapadde. Kliping berita itu pun masih disimpannya hingga kini. 

“Terima kasih, Zolenk. Semoga ikhtiar ini bisa berbuah positif, sudah tujuh tahun keinginan adanya Pasar Lapadde ini diperjuangkan,” kata Pak Lurah memeluk Zolenk, sambil menitikkan air mata. 

Ya, hidup hanyalah pergerakan dari satu ruang perjuangan menuju ruang perjuangan yang lainnya...

(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!