CHAPTER 28: HAL TEROMANTIS DI ERA 1990AN
Setiap orang punya gambaran kisah romantis terbaik yang
menginspirasi kehidupannya masing-masing.
“Kalau kau siapa?” tanya Danu, sahabat baik Zolenk.
“Tidak ada kisah seromantis tato “Winona Forever” di lengan Johnny Depp.”
“Setuju, tapi kenapa menurutmu, hal itu romantis?”
“Sederhana, itu tanda cinta terbaik dari bad boy terkeren ke cewek
cantik ter-cool seantero jagat.”
“Wuih, hati-hati statement, bro. Bisa-bisa digugat
teman-teman religius lho.”
“Lha, ini kan pertanyaannya kisah teromantis yang
menginspirasi, kan?! Nah, saya kan walaupun jelek, kusam dan hidup lagi, tapi
kan juga bad boy, jadi wajar dong bad boy mengidolakan bad boy.”
“Iya, iya, sudah, panjang lebar deh kalau sudah menjelaskan.”
“Kalau kisah romantis kedua yang menginpirasi apa tuh?” kata
Danu lagi.
“Tato Superman di lengan Jon Bon Jovi.”
“Kok bisa?”
“Yah, keren aja, tato Superman di lengan vokalis super band
yang paling menginspirasi.”
“Dari tadi tato melulu, apa dirimu akan membuat tato?”
“Enggaklah, kata agama gak boleh.”
“Ah, sok religius deh tiba-tiba. Nah, kalau itu tindikan di
telinga dan hidung, bagaimana dong?”
“Itu sudah terlanjur, kenaifan masa muda, bro.”
“Hahahahahaha, bisa saja dirimu buat alasan.”
Kedua sahabat baik itu tertawa lepas bersama, di tangan
mereka masih ada lembaran kertas AD/ART soal Aliansi Mahasiswa Tanpa Bunga, sebuah alibi untuk
menutupi ketidaklakukan di masa remaja.
“Menurutmu adegan paling romantis Johnny Depp dan Winona
Ryder dimana?” tanya Danu lagi.
“Di film Edward Scissorhand-lah.”
“Oks, bro, saya jalan dulu yah,” kata Zolenk lagi.
“Kemana?”
“Ada anak baru di Antro yang cantik, saya mau coba adu
peruntungan lagi. Doain yah.”
“Siap, pasti saya doakanlah.”
“Wuih, baik banget dirimu, bro. Doa yang baik, kan?”
“Pastilah, doanya agar dirimu tetap tabah dan kuat setelah
penolakan anak Antro itu nanti.”
“Kampret. Okslah, paling enggak mencoba, biar gak nyesel
walaupun gagal.”
Zolenk pun meninggalkan Danu, dengan rasa percaya diri dia
mendekati Yanti dan jawabannya ketebak, “Maaf yah, saya gak bisa.”
Dari jarak 30an meter, Danu tereak, “Kan saya juga sudah
bilang apa, brooooo.”
Alhasil lagu OST abadi versi Zolenk dari Sheila on 7 pun
kembali berkumandang di benaknya, “... Aku berhenti berharap, dan menunggu
datang gelap, sampai nanti suatu saat, tak ada cinta kudapat..., Aku pulang,
tanpa dendam, Kusalut kan kemenanganmu...”
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar