CHAPTER 29: JANGAN BERSEDIH KAWAN, KELAK CINTA PASTI AKAN DATANG
Pagi baru saja menyapa bumi Tamalanrea di hari itu, namun si
Kipli dengan jaket a la – a la Che Guevara wannabe level kw. 35 sudah optimis
di tahun ajaran baru kali ini jika kedinginannya akan mencair.
Si bunciz target incarannya nampak menduduk malu-malu, entah
malu beneran atau lagi males liat si Kipli. Ya, Kipli berusaha nampak dingin seolah
tidak terjadi apa-apa di gemuruh jiwanya.
“Aku akan baik-baik saja,” gumamnya menutupi kegelisahan
sembari mengumbar senyum tipis khas di hadapan kawan-kawannnya.
Sedari awal, si Kipli memang kiri yang setengah hati, dia
nampak berani padahal penuh rasa sungkan dan malu.
“Kau pasti dapat, yakin saja,” kata Puang, senior Kipli yang
suka standar samping kalau lagi berdiri.
Kipli bergeming, dia nampak berusaha nampak tenang, meski
dalam analisis psikoanalisa, dia jelas gugup mau tapi gak yakin.
Dan benar saja, jelang tahun ajaran baru dimulai, si Bunziez
malah jadi sama si Joko yang justru tidak nampak dalam radar perang perebutan
hati yang sudah jadi budaya turun temurun pada setiap tahun ajaran baru.
Kipli pun kembali memeluk angin, tanpa sadar dia minum di
gelas kopi seniornya yang ajaib si Pak Lurah (saat tulisan ini dibuat seniornya
itu sudah Camat dan bininya sudah sama dengan jumlah anaknya, dua).
*****
Di ruang lain, kawannya si Katak tengah bergulat dengan
penyakit komplikasi lamanya, kali ini lebih parah. Di kamar kosnya yang ada di
lantai dua, Katak sakit beneran ditambah sakit patah hati ke-573 di tahun
keduanya kuliah.
Ya, beruntung si Katak suka nonton Dragon Ball, jadi dia
bisa sedikit mengilhami kisah manusia Saiyya yang semakin disakiti jadi semakin
kuat. Bedanya Katak bukan semakin kuat, tapi semakin terbiasa dengan kekalahan
tanpa rekor kemenangan. Paling hanya nyamuk kebun yang mau nempel, itupun kalau
waktu Magrib sudah lewat.
“Sudahlah, besok kita pergi kajian saja di kampus sebelah,
kali saja di sana ada cewek cakep lain buat digebet,” kata Chimenk dan Wawan,
dua senior si Katak.
Ya, salahnya Katak karena dia berusaha banget jadi kayak
Wawan yang sangat piawai beretorika dengan seuabrek wawasan dari buku-buku bacaannya,
sayangnya Katak belum mampu menghayati peran sebaik dan sedalam Wawan. Alhasil,
rekor Katak berburu dara pujaan selalu terhempas. Katak mentok seperti rekor
balap Doni Tata, dia gagal menjadi yang muda yang berprestasi internasional
seperti Galang Hendra Pratama di Brno.
Katak masih bergeming layaknya si Kipli, malah lebih parah.
Alhasil untuk kesekian kali, kawan-kawan dekatnya harus melarikannya ke Rumah Sakit
Umum di Pintu 2 untuk mendapat perawatan medis lebih lanjut.
*****
Dua bulan kemudian, suasana lembaga kemahasiswaan pun kembali
seperti semula. Si Kipli mulai kembali seperti sedia kala mulai melupakan upaya
pemburuannya mendapat si Bunciz, si Katak pun sudah kembali pulih seperti
biasanya.
Mereka tengah asyik main gaplek di Baruga, sembari
menyeruput kopi dan kepulan asap rokok masing-masing. Saking asyiknya main
gaplek, keduanya gak sadar kalau
gelas kopi mereka masing-masing turut dicicipi oleh Pak Lurah.
“Nikmatnya,” kata Pak Lurah penuh kemenangan, disertai batuk
dan dahaknya yang khas. Entah berapa banyak lendir cendol yang turun masuk ke
gelas si Kipli dan Katak. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar