CHAPTER 99: 2020 YANG DEMIKIAN BERAT



Aku baru saja sepakat dengan bini, jika tahun 2020 ini adalah tahun terberat selama kami menikah. 

Betapa kami harus bertahan bahkan sejak sebelum tahun ini dimulai sebenarnya, dan saat kami berjejak di tahun ini sedemikian gelombang cobaan datang terus menyerang, hingga pedangku yang biasanya berkelebat menyerang berusaha menemukan jalan baru, di tahun ini pedangku lebih banyak dipakai untuk menangkis dan bertahan, dan bisa jadi ketajamannya jadi semakin tumpul. 

Kucoba mengingat kesenangan berkah besar di tahun ini yang bisa dihitung kurang dari lima jari tangan kanan atau kiri. 

Pertama yaitu bisa merayakan ulang tahun bini dengan makan duren dan menikmati keindahan alam di Kopi Daong, lalu bisa berkesempatan ke Lombok salah satu pulau impian yang ingin aku kunjungi sebelum mati, serta yang terbesar tentu kehadiran bayi di dalam kandungan bini yang insya Allah akan hadir di pertengahan tahun 2021 mendatang. 

Semoga bisa berjalan lancar, selamat, dan aman bagi bini dan anak perempuanku, Aamiiin. 

Tapi meski sedemikian berat, tidak boleh tidak untuk tetap bisa bersyukur. Dalam perjalanan masih banyak rezeki-rezeki kecil dalam perjalanan yang hadir tanpa terduga. 

Di luar sana dari sekian literasi yang aku simak tentang dampak disrupsi dan perubahan tatanan hidup dengan upaya pemaksaan alami mengenai adaptasi baru, sudah banyak yang terhempas. 

Ada yang bisa tidak punya lagi cukup materi untuk sekadar makan dan minum, Ada lagi yang masih punya kelebihan ekonomi, tapi tidak siap dengan kejatuhan kepingan puzzle yang sudah dia bangun sedemikian rupa, sehingga membuatnya sangat terpukul.  

Pada akhirnya, kita harus kembali pada kemampuan pada diri sendiri, untuk menciptakan jawaban yang menenangkan diri menghadapi setiap prahara yang tengah dihadapi. 

Selepas Subuh tadi (17 Desember 2020), aku coba meneruskan kebiasaan beberapa waktu terakhir, membaca Al-Qur'an meski hanya selembar. Subuh ini tiba pada Surah ke-13 di ayat ke-12, dimana artinya kira-kira dalam bahasa Indonesia, "Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung." 

Kalau mengacu pada narasi di Ayat tersebut, kira-kira aku bisa ambil kesimpulan, "Sekuat apapun kita memberikan pemahaman pada diri kita mengenai cara menghadapi situasi terburuk sekalipun, tapi kita tidak kuasa menyingkirkan rasa takut itu sama sekali, karena itu ternyata alami untuk menyertai."

Meski demikian, kita masing-masing diberi kekuasaan dan kewenangan olehNya untuk mengelola dan menata rasa takut itu, agar tidak berlebihan keluarnya. Toh, sebagai manusia kita tidak bisa memilih mati alami yang seperti apa, itu semua otoritasNya. 

Jadi jalani saja dengan damai dan tenang, sebagaimana aku selalu berusaha percaya jika jalan dan takdir dariNya itulah yang terbaik buat setiap umatNya. 

Lantas kembali ke ide utama narasi kali ini, mengenai 2020 yang sedemikian beratnya, seakan kembali mengingatkan aku beberapa kali jika aku tidaklah besar dari apapun di alam semesta ini. Untuk itu aku hanya perlu terus berhembus sepanjang waktu yang disediakan, dengan tetap berharap semoga segala sesuatunya bisa berjalan berakhir lebih baik ke depan, hingga akhirnya lonceng untuk pulang telah datang. 

PadaMu Tuhan, izinkanlah dan mohon ingatkanlah aku untuk selalu berterima kasih atas apapun itu, atas pahit manis kehidupan, atas rezeki dan cobaan yang telah Engkau berikan di sepanjang hidup. 

Tahun 2020 ini memang sedemikian berat, semoga mengajarkan aku untuk bisa lebih tangguh, lebih ikhlas menerima dan menjalani, serta bisa menangkap esensi pesan dari situasi ini sedalam-dalamnya untuk jadi pembelajaran lebih baik ke depan. 

Itu saja dulu. 

Bogor, 17 Desember 2020

16:30 WIB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!