CHAPTER 88: PERDEBATAN DENGAN SEORANG KAWAN



Rabu pagi 25 November 2020, saya sempat berdiskusi dan berdebat dengan seorang kawan baik secara virtual, dan berikut petikannya. 

*******

Perdebatan Virtual Dengan Seorang Kawan Lama

Rabu pagi 25 November 2020, saya sudah memulai diskusi dan perdebatan virtual dengan seorang kawan lama. 

Berikut petikan perdebatannya...

Kawan (K) : "Menurut Imam Ali, seandainya kemiskinan dalam wujud manusia, maka itu yang pertamakali aku bunuh."

Aku (A) : "Untuk hal ini kayaknya menurutku perlu diurai lebih lanjut, karena kemiskinan secara umum diidentikkan dengan kemampuan materi."

K : "Menurut Ali Bin Abi Thalib tidak begitu sepenuhnya."

A: "Kalau begitu harus dijelaskan lebih lanjut, karena implikasinya disadari atau tidak, orang secara umum jadi menghindarinya dengan segala cara bentuk kemiskinan materi, dan menurutku salah satu pemicunya adalah statement seperti ini.

Menurutku yang gagal dalam mengejar pencapaian materi, belum tidak berusaha keras dan melupakan serta tidak berterima kasih pada Tuhannya. Pada kenyataannya, perjuangan hidup tidaklah mudah dalam praktiknya." 

K : "Hanya memang bahwa kemiskinan materi mendekatkan kepada kemiskinan spritual."

A : "Untuk hal ini, saya kurang sepakat, karena kekayaan materi pun bisa jadi jalan menjauhkan manusia dari Tuhan. Membuatnya tergoda untuk pongah dan menjadikan dirinya "tuhan" baru. 

Secara grafik piramida, orang miskin yang ada di dasar piramida memang populasinya jauh lebih banyak, dibanding orang kaya yang populasinya lebih sedikit di puncak piramida. 

Tapi melihatnya tidak bisa semata demikian, karena kalau dipersentasikan bisa jadi lebih besar orang kaya secara materi yang lebih dekat dengan kemiskinan spiritual.

Klaim seperti ini menurutku salah satu bentuk arogansi orang-orang kaya dan terpelajar, karena bisa lebih bisa speak-up mengenai pendapat mereka ketimbang orang kecil di pelosok yang memang tidak terlatih untuk berbicara secara verbal dan bisa mengekspresikan segala endapan dalam dirinya dalam bentuk bahasa verbal."  

K : "Potensialnya demikian, bahwa ada yang tidak itu kualitas manusianya. Potensi Manusia bisa berbuat salah dan khilaf,  bahwa ada yang bisa menjaga diri dan tahan ujian itu kualitas personalnya. Makanya ibadahnya orang kaya yang dermawan sama dengan orang yang susah dalam kesabaran."

A : "Saya pikir sih perjalanan setiap orang tidak bisa diukur dengan hasil pemikiran manusia lainnya yang terkesan lebih berpendidikan dan bisa mengemukakan pendapatnya." 

K : "Ada hal potensial dan yang aktual, yang bisa diukur/dinilai aktualnya, walaupun itu bukan satu-satunya ukuran, karena keimanan dan hal spritual itu personal dan privat, dan itu urusan mahluk dan khaliknya. Makanya urusan mengkafirkan/menyesatkan, menyalahkan nilai keberagamaan/spritual org lain itu bukan ranah manusia.

A : "Ini sepakat, tapi sekaligus nampak membantah premis sebelumnya, "Hanya memang bahwa kemiskinan materi mendekatkan kepada kemiskinan spritual."

K : "Secara potensial antara kemiskinan dan kelaparan kemunginan untuk kekufuran itu lebih besar."

A : "Kita tidak pernah tahu bagaimana setiap individu berbicara pada Tuhannya, mungkin hal yang dia sampaikan pada Tuhan tidak bisa dia sampaikan pada manusia lainnya. Ini yang menurut saya sekarang, kita cukup berbeda melihatnya, sob."

K : "Itulah keterbatasan medsos, karena tulisan tidak bisa mengambarkan emosi pernyataan secara lansung."

A : Mungkin tidak terlalu berkorelasi langsung atau tidak dengan diskusi kecil di atas, tapi saya melihat pondasi negeri ini hingga hari ini justru kabarnya ditopang oleh sektor UMKM yang semakin menjamur, dan justru unsur negara melalui perbankan kabarnya hanya di kisaran 10 persen dari total populasi yang semakin berkembang."

K : "Saya sederhana melihat Indonesia ini, "Tidak ada samanya dengan negara LAIN kekayaannya. Beruntung Kita lahir di wilayah NKRI ini."

A : "Siap, justru itu makin ke sini kok saya melihat bangsa ini dengan segala kelemahannya justru bisa bertahan karena orang-orang kecil yang tidak terdeteksi oleh negeri dan orang-orang pintar. Yakin dan percaya Bro, Indonesia ini ada yg jaga dan penuh keberkahan. Seandainya tidak sudah lama hancur berkeping-keping, makanya menjaganya adalah pekerjaan manusian, terutama dari upaya untuk menjadikannya seperti di Timur Tengah dan negara-negara konflik yang mengalami konflik internal sampai saat ini."

Diskusi virtual ini pun harus terhenti di sini dulu, karena saya harus bergegas menjemput abang Rasy pulang sekolah. Semoga ada manfaatnya buat yang telah menyempatkan menyimaknya. Terima kasih telah mampir. 

Terima kasih pada kawan baikku Bro Idham yang berkenan diskusi pada kesempatan itu. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!