CHAPTER 86: UJIAN BESAR NEGERI INI



Dalam beberapa kali kesempatan, saya bilang di negeri ini saat ini setidaknya ada 5 (lima) badai besar yang tengah menghempas; disrupsi, pagebluk, resesi, industri agitasi yang semakin menggurita, dan potensi bencana alam yang semakin tinggi. 

Tapi saya paling khawatir dengan poin badai ke-4, karena itu langsung terintegrasi dengan cara pandang dan pola pikir. 

Beberapa waktu lalu, saya ngobrol sama seorang dekat yang sudah cukup lama masuk ke dalam relung-relung kajian kadrun. 

Dalam diskusi itu, orang dekat saya itu bilang, "Kita tidak boleh menyalahkan Habib Rizieq, meski saya tidak setuju, tapi ulama tidak boleh disalahkan."

Wow, saya tercengang, saya kaget karena sedemikian parah brainwash di kajian-kajian tersebut, dan kali ini sudah merangsek merasuki orang orang dekatku sendiri.

Saya coba meresponnya, "Kira2 tauk tidak sejarah kapan kemunculan seorang Rizieq Shihab? Setahuku, dia tidak punya sejarah kajian mendalam sebelum era reformasi."

Responnya, "Kan banyak yang orang yang memang tidak harus nyantri dulu supaya jadi pakar agama."

Wow...

Saya pun kembali bertanya, "Lantas darimana sih referensi kajian-kajian yang dipelajari saat ini? Setahuku dulu tidak ada kajian-kajian seperti ini di Nusantara."

Dijawabnya, "Ini hasil temuan para ilmuwan-ilmuwan agama di seluruh dunia, dan memang kebenaran ini baru masuk ke Indonesia."

Saya pun bilang, "Lantas, dimana contoh kalau hasil kajian ini berhasil?"

Tidak bisa dijawabnya tegas, hanya berkata dalam keyakinan di kajiannya tidak boleh ada bantah-bantahan, tidak boleh ada debat, dan hanya memikirkan tentang surga. 

Wow, saya sungguh terperanjat, sungguh, saya berkesimpulan siapapun, entah itu pemerintah, atau siapapun mungkin NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas Islam tertua dan terbesar di negeri ini tidak boleh tinggal diam. 

Negeri ini tengah dihinggapi aliran deras pandangan yang menurutku sangat tidak mencerahkan, munafik, dan sangat merusak. 

PS:

Jujur, saya semakin jengah dengan pandangan-pandangan soal mengejar surga, saya bingung apa sih yang kita cari di surga? Kebahagiaan yang hakiki tanpa henti dari Tuhan Sang Penguasa Hidup?!

Begitu takutkan kita dengan hukuman atas kesalahan-kesalahan kita sendiri?!

Seorang sahabat baik tanya beberapa waktu lalu, "Apa yang kau inginkan dalam hidup ke depan, Der?"

Jawaban padanya kusampaikan juga ke bini semalam, "Saya rasa Tuhan sudah sedemikian baik pada saya, 14 tahun terakhir ini, saya sudah mendapat karunia terbesar dalam hidup saya, ada Yonna dan anak-anak. 

Untuk hidup selebihnya, saya sudah tidak terlalu memikirkan kebahagiaan saya sendiri, tujuannya kini cuma supaya anak-anak dan istri semakin bahagia ke depannya menjalani hidup, dan setiap langkah mereka senantiasa dalam lindungan Allah SWT. 

Saya sendiri berharap kelak kalau saya mati, saya ingin masuk neraka dulu mempertanggungjawabkan semua kesalahan yang pernah saya buat di bumi. 

Ya, saya tahu katanya neraka sangat kejam dan perih, tapi saya berjanji pada diri sendiri untuk tetap berbesar hati dan tidak lari dari tanggungjawab setiap kesalahan di bumi ini. 

Setelah Tuhan anggap aku bersih, aku tentu berharap bisa masuk ke dalam surganya. Buat apa ke surganya? Hmm, yang kepikiran cuma pengen surga pinggiran dimana gw bisa hidup mandiri sama bini dan anak-anak.

Kalau kenalan lain mau mampir ke surgaku nanti, silakan, yang penting asyik, dan yang pasti elu-elu bawa kartu pembuktian elu bukan anggota genk ketombe. 

Itu saja."

Bogor, 25 November 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!