CHAPTER 89: MENGADU DI UJUNG SAJADAH



Pernahkah dirimu merasa berada di ujung jalan dalam ketidakberdayaan? Ingin terus bertarung menghadapi hidup dengan segala tantangannya, namun perlawanan di luar sana terasa semakin berat, sementara dirimu merasa kehilangan amunisi yang mumpuni dan belum kunjung menemukan strategi seperti apa yang bisa dipakai untuk kembali bertarung...

Apa kira-kira pilihannya; tetap keluar rumah bertarung membabi buta, atau berusaha menenangkan diri sebaik mungkin menanti musuh kehidupan merangsek ke dalam kediamanmu, benteng terakhirmu, dan kemudian menghabisimu?

*******

Dalam tidurku, aku kemudian terjaga di ujungnya. Ada rasa kekhawatiran, meski tidak lagi terasa besar dan menakutkan. Bukan mengecilkan, tapi sudah sekian lama kuhadapi situasi sulit ini, jadi sudah semakin terbiasa dan ikhlas pasrah sepertinya menjadi jalan terbaik sementara ini. 

Karena kupercaya, tidak ada keputusan terbaik dalam isi jiwa kepala yang keruh.

Lalu aku bangun, saat kudengar petugas keamanan perumahan memukul tiang listrik tiga kali, itu juga menunjukkan pukul berapa saat itu. 

Dan inilah cara perlawanan terakhir; mengadu di ujung sajadah, karena seyogyanya keputusan apapun dalam hidup ini ada di tanganNya. 

11 rakaat Tahajjud dan Kwitir, kusampaikan seluruh hal yang bisa kusampaikan padaNya. Lalu menunggu sekitar setengah jam, hingga adzan Subuh datang, lalu kulanjutkan dengan dua rakaat wajib, ditambah qunut setelah rukuk kedua. Setelahnya, kubukalah kitab suci religi keyakinanku. Ya, tidak banyak lembar, sedikit sekali malah. 

Kubaca dalam dua bahasa, termasuk artinya dalam bahasa Indonesia, supaya aku bisa lebih mengerti dan memahami isinya. 

Dan selesailah, setidaknya hatiku bisa kembali tenang.

Di luar sana, baik di negeri ini maupun di dunia, persoalan hidup memang nampak semakin sulit. Bukan berarti aku menyerah sama sekali. Hanya saja keadaan memang teramat berat sekarang. Hidup dan perjuangan aku pastikan berlanjut. Melanjutkan pertempuran menghadapi hidup dengan sekian banyak tantangannya.

Apapun itu, kuberharap menghadapinya dengan hati yang tenang. Semoga ada jalan terbaik dariNya, Amin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!