CHAPTER 81: TUHAN, KUMOHON KUATKAN AKU, KUATKAN KAMI!



Negeriku tengah dilanda lima badai hebat saat ini, yaitu disrupsi, pagebluk, resesi, industri agitasi dan informasi palsu, serta ancaman bencana alam. 

Ya, ini catatan di bulan November tahun 2020. 

Kucoba ingat-ingat lagi rekam jejak perjalanan selama enam bulan terakhir, dalam ombak kehidupan yang membuat kami terombang-ambing sangat, ke sana kemari. Kalaupun bisa bertahan sejauh ini, hanya karena sentuhan keajaiban dariNya. Kami hanya berusaha menjalani dengan rasa ikhlas dan rasa syukur sebisa. 

Ya, tentu saja ada rasa gentar sewaktu-waktu, jangan sampai badai yang lebih besar menghantam dan meluluhlantakkan kami, serta menyelesaikan chapter perjalanan kami dalam kisah yang tragis.

Sebenarnya, sudah kubilang beberapa kali pada diri sendiri, jalani saja sekuat-kuatnya. Kalau memang sudah waktunya berakhir, mau bagaimana pun takdirnya pasti harus berakhir. Kita sebagai mahluk ciptaan hanya bisa pasrah dengan suka cita menyambutnya, jika sekiranya panggilan terakhir sudah dibunyikan, pertanda untuk pulang selama-lamanya. 

-

Pagi ini, kulihat salah seorang tetanggaku akhirnya menyerah dan menutup kisah perjalanannya menetap di kawasan perumahan kami. Ia setahuku sudah cukup berjuang bertahan selama bertahun-tahun, tapi ternyata amunisinya memang sudah tidak cukup. 

Rumahnya beberapa bulan lalu akhirnya terjual, setelah beberapa kali berurusan sama tukang tagih hutang. Tragis dan sedih juga melihatnya, terenyuh, tapi itu nampaknya sudah jadi takdir hidup. 

Ia sempat mengontrak sebuah rumah, dan juga sebuah kios di depan perumahan. Awalnya jadi distributor buah-buahan, namun tidak lama. Setelah itu jualan jus buah, tapi juga tidak lama. Lalu, berjualan ketupat sayur, juga tidak lama. Hingga kemarin kiosnya akhirnya tutup, dan pagi ini sudah dibersihkan sama seorang tetangga yang lain. 

"Katanya mereka mau pindah ke Tugu Macan," kata tetanggaku itu sambil membersihkan kios tersebut.

Kucoba bayangkan perjalanan mereka yang sudah sejak lama bisa dikatakan menghadapi masalah finansial yang pelik, dengan tiga anak. 

Aku sendiri, sudah dua tahun terakhir juga cukup babak belur, dan bertahan sebisanya. Tidak mudah, sangat tidak mudah, tapi senantiasa kubisikkan semangat dan suluh ke diriku sendiri, "Jangan luruh. Memang bisa jadi tidak enak dan pahit, bahkan sakit, tapi hadapilah apapun yang terjadi."

-

Kusimak wajah anak-anakku saat mereka sudah tertidur di malam hari, kupandang juga wajah biniku tercinta yang juga sudah terlelap. Lalu ku berdoa pada Tuhan, "Semoga takdir mereka bersamaku sudah jalan yang tepat bagi kebahagiaan mereka ya, Tuhan."

Itu saja dulu.

Bogor, 5 November 2020


  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!