CHAPTER 224: RESENSI THE RAID 2: BERANDAL

 the-raid-2-berandal-teaser-poster

Sebagai orang Indonesia, saya merasa bangga bisa menonton film “The Raid: Berandal”. Meski sutradaranya adalah seorang bule berkebangsaan Inggris bernama Gareth Evans, namun statusnya sebagai film Indonesia tetap membanggakan.  Gareth Evans sendiri telah menetap di Jakarta saat ini dan menikahi wanita Indonesia bernama Rangga Maya Barack-Evans.

Indikator kesuksesan The Raid 2: Berandal sudah tercermin saat pemutaran perdananya di Sundance Film Festival di Amerika Serikat (16 – 26 Januari 2014), dimana film ini berhasil mendapat standing applaus dari para penonton.

ef6a8f6ff99ccbc7c012c2f17d3f7ff1

Saya menonton film ini hari Selasa, 1 April 2014 di Platinum Cineplex di Cibinong Square. Berbeda dengan film sebelumnya, The Raid 2: Berandal, jauh lebih kaya ide cerita dan latar pengambilan gambar. Jika di The Raid: Redemption (2011), lokasi syuting hanya terpaku di sebuah gedung yang menjadi markas mafia, maka pada The Raid 2: Berandal lokasi pengambilan gambar selama tujuh bulan masa syuting sangat bervariasi.

4801527_20140217070938

Ada plot  di dalam penjara yang syutingnya dilakukan di benteng tua Van Der Wijck di Gombong, Jawa Tengah. Pada bagian setting di penjara ini, adegan aksi dibuka dengan pertarungan di dalam sebuah bilik sempit antara Iko Uwais yang berperan sebagai Rama/Yuda melawan puluhan orang napi lainnya. Namun menurut saya, adegan paling dramatis adalah pertarungan massal yang brutal di lapangan penjara.

Adegan pertarungan dengan lumpur dan hujan di lapangan penjara, jujur mengingatkan saya pada plot pertarungan geng Irlandia pimpinan Amsterdam Vallon (diperankan oleh Leonardo Di Capprio) dengan geng Bill the Butcher (diperankan Daniel Day-Lewis) pada film “Gangs of New York” (2002).

Urusan adegan brutal, bisa dibayangkan dari penjelasan pihak produksi film the Raid 2: Berandal, jika ada sekitar 60 tipe senjata api yang bersileweran sepanjang  film berdurasi 150 menit ini. Teknik koreografi pertarungannya pun lebih kaya dan lebih detail dibanding versi pertama. Menurut Yayan Ruhian selaku kordinator koreografi adegan perkelahian, persiapan koreografi The Raid 2: Berandal sudah dimulai selepas film “Merantau” (2009).

Untuk pertarungan tangan kosong dan senjata tajam, The Raid 2: Berandal disebut melibatkan sekitar 150 petarung handal dari negeri ini, termasuk atlet beladiri berprestasi nasional dan internasional dari Indonesia.

Hanya saja tetap ada unsur dramatisasi yang berlebihan, saat Prakoso (diperankan Yayan Ruhian) yang merupakan tenaga pembunuh bayaran andalan keluarga Bangun (diperankan Tio Pakusadewo) harus tewas di tangan pembunuh bayaran lain yang tidak kalah saktinya dalam bersilat, The Assassin (diperankan Cecep Arief Rahman). Pada bagian ini, kematian Prakoso terjadi  di tengah musim salju. Ya, salju! Anda tidak salah baca.

Urusan darah yang berceceran dan teknik pembunuhan yang sadis, seperti gorok leher dan wajah dipanggang di pemanas masih kental menghiasi sekuel The Raid ini. Jadi buat yang ngeri melihat darah, sebaiknya jangan nonton The Raid 2: Berandal.

Tangan Dingin Gareth Evans

Kedekatan Gareth Evans dengan Iko Uwais sebagai aktor dan Yayan Ruhian sebagai aktor sekaligus kordinator koreografi perkelahian sudah berjalan sejak film Merantau. Sementara The Raid 2: Berandal merupakan film ketiga hasil kerjasama mereka.

Sejak itu tiga sekawan ini menjelma sebagai era baru film eksyen modern di Indonesia. Evans sendiri menyebut The Raid 1 dan 2 tidak akan sukses tanpa keberadaan Iko dan Yayan. Dan masa syuting selama tujuh bulan untuk ukuran film Indonesia tentu sudah menunjukkan tangan dingin dari sutradara kelahiran tahun  1980 ini.

Eksyen Otomotif

Sebagai penggemar dunia otomotif sejak kanak – kanak, saya tentu sangat memperhatikan adegan eksyen yang melibatkan kejar – kejaran mobil dan moge di film The Raid 2: Berandal.

Ada beberapa sedan BMW berseliweran di The Raid 2: Berandal. Lalu kabarnya ada 10 mobil dan 2 moge 250cc yang dikorbankan untuk mensukseskan film eksyen ini.

Lokasi pengambilan gambar untuk adegan kejar- kejaran mobil dan moge pun menunjukkan keseriusan narasi cerita film ini, di antaranya Kemayoran, Senayan, SCBD, hingga menutup pintu keluar terminal bus Blok M mulai pukul enam pagi hingga enam sore. Adegan di Blok M ini diperlukan untuk aksi kejar – kejaran sebuah taksi yang dinaiki oleh Iko Uwais oleh para polisi yang jahat suruhan Reza (diperankan Roy Martin) sebagai pimpinan polisi yang korup.

Untuk adegan eksyen otomotif ini, pihak produksi film ini melibatkan car stunts yang langsung dipimpin oleh Bruce Law dari Hong Kong yang pernah menjadi pemeran pengganti Jacky Chan.

Raid+2+Portraits+2014+Sundance+Film+Festival+KqSTYLqXEUAl

Iko Uwais

Tidak salah jika Gareth Evans memuji Iko Uwais. “Ada banyak mungkin orang yang bisa bertarung, namun kemampuan Iko dalam mengatasi emosi dalam bertarung dan cara membangun karakter, serta pemahamannya bagaimana ia harus terlihat saat disorot kamera merupakan salah satu aktor laga terbaik yang pernah saya lihat.”

Julie Estelle

Tokoh antagonis Hammer Girl yang diperankan Julie Estella menjadi pesona lain dari The Raid 2: Berandal. Meski berwajah cantik dan berkulit super mulus, keberadaan Hammer Girl tidak bisa dikatakan sebagai pemanis.

Julie Estelle pun cukup serius mempersiapkan diri untuk berakting sebagai Hammer Girl. Hal ini ia tunjukkan dengan persiapannya untuk belajar beladiri setiap hari selama enam bulan, agar dapat maksimal berperan sebagai Hammer Girl.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!