CHAPTER 260: SEPEDAAN SENDIRI DAN MEMILIH RUTE TERSESAT

  

Ini perkebunan singkong di kawasan Sirojul Munir - Cibinong. Pas melihatnya nampak indah nian dan harus diabadikan. Semoga suka dan bisa menginspirasi Anda untuk terus berolah raga.[/caption]

jbkderry.com - Seperti biasa dalam beberapa waktu terakhir di akhir pekan, media kelas secangkir kopi jbkderry.com akan mengangkat artikel yang tidak harus terkait dengan dunia otomotif.

Katakanlah untuk jeda, sekaligus sebagai diferensiasi atau perbedaan, jika media kelas secangkir kopi jbkderry.com bukanlah diciptakan dengan tujuan menjadi media mainstream dan spesifik. Sekadar menyajikan menu yang diharapkan bisa menjadi tambahan inspirasi menyambut hari yang lebih segar bersama secangkir kopi.

Minggu di hari pertama di bulan Desember 2019, matahari belum juga terbit artinya pagi belum juga datang, tapi Derry Journey sudah bersiap dengan atributnya untuk bersepeda.

"Kita coba taklukkan jalur tiang bendera di Bukit Hambalang, sekaligus reunian lagi sama sesama komunitas gowes Kopi Ireng yang sudah semakin kendur sekarang," kata om Kis, juragan burung sekaligus penggawa komunitas gowes santai Kopi Ireng, lewat pesan WA pada Sabtu 30 November 2019.

Tapi asa tinggallah cerita angan semata, apalagi kemarin sore hujan sangat keras dan cukup lama mengguyur kawasan pemukiman mereka.

Sekitar 10 menit menuju pukul enam pagi WIB, Derry Journey nyamperin rumah juragan burung. "Hmm, kayaknya cuma kita duaan doang nih kalau jadi jalan," kata om Kis dengan nada ragu juga.

Singkat cerita, perjalanan pun batal, padahal badan yang sudah rutin berolah raga biasanya jadi mulai lelah dan memanggil untuk digerakkan, agar melawan rasa malas menjalani hidup.

Pulang ganti kostum dengan pakaian rumahan sembari rebahan, hingga selepas pukul sembilan pagi, bini pun nyerocos, "Daripada tiduran mending sepedaan."

Sebuah anjuran baik, biar hidup tetap semangat dan badan sehat, jalanlah. Derry Journey memilih rute sepeda biasa yang ditempuh dengan kisaran waktu 1,5 jam non-stop, namun kali ini untuk pertama kali mengambil rute kebalikan.

Arahnya jalan terus di belakang kantor tentara di jalan Tegar Beriman, nama jalannya Sirojul Munir - Cibinong. Dari situ jalan terus saja ngikutin jalan yang lumayan sempit, namun masih cukup lenggang, meski intensitas kendaraan yang lewat seiring waktu mulai meningkat. Apalagi di salah satu titik nampak persiapan dibangun sebuah kompleks perumahan baru yang cukup luas.

Tidak heran daerah resapan air semakin berkurang dan turut berimbas pada  cuaca di kawasan dekat pusat pemerintahan Kabupaten Bogor yang semakin panas sekarang.

Tiba hingga di perempatan ujung, kalau kiri ke arah Sentul, lurus ke arah kompleks perkemahan, dan kanan ke arah Kedung Halang. Derry Journey memilih rute kanan, di sini kadang-kadang juga rute para tentara sesekali bersepeda.

Tidak jauh dari tikungan kanan itu nanti ketemu jalur menurun sekaligus menanjak dan agak menikung yang lumayan panjang. Kalau belum biasa gowes, biasanya banyak yang dorong, karena butuh kekuatan dengkul, napas, dan mental buat menaklukkannya.

Selepas tanjakan akan ketemu jalan akses perkampungan menuju kawasan Kampung Pisang. Selepas jalur turunan lalu tanjakan yang lumayan panjang akan ketemu pertigaan. Kalau ke kiri ke arah Kedung Halang dan jalan Keradenan, dan kalau ke kanan ada petunjuk ke arah Sukahati-Pajeleran.

Biasanya Derry Journey ambil arah rute kiri ke Kedung Halang, tapi pagi jelang siang keputusannya lain, "Mari kita coba rute baru dan memberanikan diri menyesatkan diri."

Dan busyet, ternyata bener. Jalanannya rusak, becek, genangan air dan bebatuan. Mantaplah rute ini. Jarak antar kawasan perumahan satu ke yang lain cukup berjarak, disekat perkebunan singkong, tanah kosong, atau lapangan.

Di beberapa titik jalan, rasa kagum pun muncul, "Hmm, Indonesia ini memang indah, pohon rambutan liar bertumbuhan di beberapa titik tanpa tuan. Sayang buahnya masih pada hijau-hijau dan belum layak dimakan."

Menyusuri kawasan yang lumayan sepi itu, terdengar suara selera musik yang mengingatkan pada suasana pedalaman zaman dulu. Ada dendang lagu dari penyanyi lawas Ebiet G. Ade, lalu ada seorang bapak yang memanaskan mesin mobil tuanya dengan suara tape yang volumenya sengaja dibesarkan, lagunya bertema dangdut yang merana.

Di kesempatan lain, ada suara tape yang juga volumenya dikencangkan berisi ceramah dari pemuka religi terkenal yang kini sudah meninggal.

Semakin jauh rute sepeda kali ini, semakin muncul pertanyaan di benak, "Jangan-jangan benar-benar tersesat."

Hingga akhirnya tiba di sebuah pertigaan, cuma ada dua arah tersisa yaitu kalau terus lurus cuma jalan tanah yang lebarnya cukup untuk satu ban motor, sementara kiri jalanan becek dan sunyi sepanjang 150 - 200 meter di antara pepohonan dan ilalang tinggi, serem juga.

Keduanya rute percabangan itu seolah menyajikan tantangan masing-masing, namun Derry Journey memilih ke kiri. Di satu titik, ada seorang bapak duduk berjongkok dengan memegang arit. "Mudah-mudahan hanya seorang yang berkebun dan bukan orang jahat."

Sempat terlintas pemikiran mau putar balik, tapi pedal sudah terlanjur digenjot dan gak ada ceritanya putar balik hanya untuk tantangan seperti itu.

"Genjotttttttt."

Dan rasanya senang setelahnya karena kemudian setelah itu langsung ketemu jalan beton, dan sampai keluar sekitar dua km hingga tiba di jalan raya Keradenan.

Hmm, sebuah momen bersepeda yang cukup unik dan murah meriah. Badan sehat, hati senang, dan sekali lagi bahagia itu ternyata sederhana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!