CHAPTER 234: MEMAKNAI HENING PAGI BERSAMA SECANGKIR KOPI DI CIAMIS

 

Ciamis - Senin 10 Juni 2019 pukul 05:36 WIB, Derry Journey merayakan hari berlari yang ke dua dari Babakan - Sindang Rasa ke arah alun-alun kota Ciamis. Kali ini rutenya sedikit lebih jauh, yaitu ke kantor BCA buat ngambil duit di ATM.

Berdasarkan data Google Maps, jarak sekali berlari ke lokasi yang dituju yaitu 4,1 km dan berhasil dilalui Derry Journey dalam waktu 39 menit. Info di Google Maps, kalau jalan kaki dibutuhkan waktu sekitar 47 menit, atau dengan kata lain laju lari Derry Journey lebih cepat sekitar delapan menit ketimbang jalan kaki, lumayanlah.

Menikmati waktu sesekali di kota Ciamis masih menyimpan beberapa tanya di benak Derry Journey, terutama soal bagaimana kota kecil ini bisa tetap angkuh dan bertahan setelah Banjar dan Pangandaran melepaskan diri. Bagaimana trend sepeda dan warung-warung bakso favorit seperti warung H. Oding senantiasa ramai dimana banyak mobil dan motor antri terparkir di sana.

Menurut ibu Yonna, harga sayuran di sini pun lebih mahal ketimbang di pinggiran Bogor. Lantas bagaimana sebenarnya kota ini tumbuh? Derry Journey tidak punya jawaban pasti soal ini, meski ketika memasukkan kata kunci "PAD Ciamis" di Google, ditemukan informasi jika kabupaten yang berbatasan dengan Tasikmalaya ini tengah mengandalkan pendapatan dari sektor pariwisata dan berupaya menggenjot pendapatan dari pajak reklame.

Dalam pandangan Derry Journey selama 12 tahun terakhir cukup sering ke Ciamis kota, tidak banyak hal yang berubah. Kawasan pertokoan modern seperti Giant pun tidak lama ada di sini dan akhirnya tutup seperti di banyak tempat seperti di Cibinong dan Sentul City.

Beberapa ruas jalan utama terhitung bersih, tapi alun-alun khususnya setelah perayaaan Idul Fitri 1440 H dan biasanya setelah akhir pekan cukup kotor dengan sampah, nampak masih banyak warganya yang belum cukup disiplin turut menjaga kebersihan kotanya.

Senin pagi 10 Juni 2019 saat matahari pagi mulai terlihat, para ASN mulai beraktivitas, pedagang-pedagang makanan gerobak sudah mulai menunggu datangnya rezeki dari pengunjung, serta penjual sandal anak mulai menjajakan dagangan dan harganya pun terhitung mahal. Di sebuah toko paling murah sandal anaknya nyaris Rp 200 ribu, sementara di pasar harganya paling murah Rp 50 ribu, baru kalau nyelip ke dalam pasar ada yang harganya Rp 20 ribu.

Ya , itulah sepenggal cerita pagi dari Ciamis di tanggal 10 Juni 2019, di saat di dunia lagi ribut soal perang teknologi 5G antara Amrik dan Cina, ataupun putusan hukum mantan Dirut Pertamina, Ciamis masih bergerak dengan isyarat tersendiri.

Di sini, mungkin soal disrupsi digital belum terlalu terasa dampaknya, masih lebih terpaku pada iklim klasik jika rezeki pasti yang slotnya masing-masing dan gak bakal tertukar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!