CHAPTER 239: KEREN SEPEDAAN DITEMANI KABUT DI PUNCAK 0 KM BOJONG KONENG BOGOR

 

Bogor - Namanya Little Wolverine, sebuah sepeda gunung yang dibeli seken, tapi jangan tanya soal ketangguhannya menjelajah beberapa jalur tanjakan di seputaran Bogor. Termasuk ketika Sabtu pagi 19 Januari 2019, diajak melibas jalur menanjak sekitar 12 km ke titik nol kilometer Bojong Koneng, Bogor.

Delapan sepeda yang bertemu di kawasan Sentul City pagi itu menunjukkan jika Little Wolverine punya spesifikasi yang terendah, belum lagi jika menyinggung banderol harga. Belum lagi jika menyinggung customized yang sudah dilakukan pada tujuh sepeda lainnya.

Saat melintasi jalur lurus, kelihatan sekali ketertinggalan kemampuannya dibanding tujuh sepeda lainnya. Tapi tenang, ini adalah rute tanjakan. Dibutuhkan bukan hanya spesifikasi sepeda yang tinggi dan harga yang lebih mahal. Ada beberapa faktor lainnya, dan tiga yang terpenting adalah kekuatan hati, isi kepala yang keras, serta kerjasama antara sepeda dan gowesernya.

Ya, soal ketangguhan fisik juga menjadi faktor krusial lainnya. Dan benar saja, satu harus berhenti setelah melewati Bukit Pelangi Bogor. Sang kawan harus berbesar hati untuk menunggu di bawah. Tidak lama kemudian, satunya pun mesti berjuang cukup berat agar bisa sampai di atas, menciptakan sejarah dan pembuktian pada diri sendiri jika bisa berfoto di sebuah informasi batas jalan yang sudah usang tapi maknanya sangat sakral, titik nol kilometer Bojong Koneng Bogor. 

 
Asyik, dapat kawan baru, guys...[/caption]

Bagaimana dengan Little Wolverine? Hari itu sebenarnya tidak cukup berjalan baik. Pertama urusan sadel yang masih bermasalah dan cukup mengganggu sang penunggangnya untuk menjaga momentum gowes di jalur tanjakan 12 km tersebut. Kedua, adalah isi perut sang goweser keroncongan minta diisi yang tidak lain dari founder jbkderry.com sekitar dua kilometer menuju titik nol kilometer Bojong Koneng Bogor.

Tujuh goweser yang tersisa pun berjalan bukan lagi sebagai kawan serombongan. Masing-masing gowes sendiri di jalan meliuk-liuk dan menanjak ke atas. Rute ini memang bukan rute yang mudah, karena atlet pun kabarnya bersepeda di sini untuk menjaga fisik dan kemampuannya.

Saat melibas rute menuju titik nol kilometer, para pesepeda umumnya pasti berbicara dengan diri sendiri. Salah satunya bertujuan untuk menciptakan sugesti untuk dapat menaklukkan rasa gentar dan dapat menyelesaikan misi bersepeda hingga atas sana.

 
Bro Harlie, kawan baru juga di gowes kali ini.[/caption]

Keinginan yang kuat untuk menjaga rasa pembuktian pada diri sendiri pun menjadi bahan bakar yang sangat manjur. Tiba di puncak nol kilometer Bojong Koneng, suasana terasa mulia dan indah dengan turunnya kabut. Semua yang ada di situ seketika merasa lebih gembira. Ya, alam Indonesia seperti ini adalah keindahan khas yang semestinya dapat selalu disyukuri, sebagai tanda terima kasih atas nikmat Sang Pencipta.

Banyak yang kemudian mengabadikan momen tersebut dalam format foto dan video, termasuk jbkderry.com. Tapi memang tidak boleh lama terlena, karena seiring kabut yang makin tebal, itu pertanda hujan keras akan datang. Dan benar saja, baru sekitar satu kilometer meninggalkan lokasi, rintik telah berubah menjadi hujan deras.

Mencekam? Jangan tanya, karena selain dingin, jalanan pasti jadi licin. Trek turunan dengan tikungan-tikungan tajam tentu bukan rute yang nikmat, apalagi beberapa sepeda menggunakan ban yang tapaknya kecil. Belum lagi genangan air yang tentu dapat mereduksi kemampuan grip ban untuk dapat bekerja maksimal.

Selain perlu lebih ekstra hati-hati, juga perlu fokus, tidak perlu terburu-buru. Teknik pengereman pun jadi krusial, agar dapat kembali pulang ke rumah masing-masing dengan selamat. Hujan dan dingin seketika mengubah makna basah di pakaian, dari sebelumnya lusuh karena keringat kini berubah kuyup karena kucuran air dari langit yang begitu derasnya.

Ya, pulang adalah sebuah perjuangan, tapi kami yang berhasil sampai puncak hari ini tentu tidak akan melupakan momen ini. Sebuah rasa yang indah untuk dapat diingat selalu, sebuah rasa mendalam tentang kenangan bersepeda bersama kabut tebal di puncak nol kilometer Bojong Koneng, Bogor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!