CHAPTER 291: TERORISME, RASISME, BULLYING DAN PESAN KHAS A LA NICOLAS CAGE

 

Jakarta (Resensi Film) - Di antara aktor senior Hollywood yang filmnya seringkali meninggalkan pesan moral adalah Nicolas Cage. Dan pakem ini kembali dipegang baik oleh aktor yang kini telah berusia 54 tahun itu di film 211 (2018). 

Film yang kabarnya terilhami dari perampokan bank terpanjang dan paling berdarah itu sarat pesan moral. Alur film yang terilhami dari kisah nyata ini mengingatkan jbkderry.com pada salah satu film sarat pesan moral lain yaitu Crash (2004) yang diramaikan banyak bintang seperti Sandra Bullock, Don Cheadle, Matt Dillon, Thandie Newton, Brendan Fraser, Ryan Phillippe, Terence Howard dan Michael Penna.

Kembali ke soal film 211 yang disutradarai York Sackleton ini mengajarkan dalam kehidupan nyata kebenaran itu acap kali tersekat, ada fakta-fakta yang tidak mampu terlihat oleh manusia.

Kesan ketidakadilan inilah yang dialami Kenny (diperankan oleh Michael Rainey Jr), seorang pelajar kulit hitam di sebuah sekolah yang didominasi kulit putih. Kenny sebenarnya bukan anak yang biasa saja, ibunya digambarkan sebagai dokter senior di sebuah rumah sakit.

Singkat cerita, Kenny yang kerap di-bully dan suatu ketika kepalanya berusaha dimasukkan ke sebuah urinoir oleh seorang pimpinan anak kulit putih, akhirnya memilih menutup mata dan menghujamkan kepalan tangannya tepat di rahang pimpinan geng tersebut hingga jatuh pingsan.

Sang guru laki-laki yang melintas langsung membawa Kenny ke ruang kepala sekolah. Sang kepala sekolah yang dilukiskan perempuan kulit putih kemudian digambarkan tengah berbicara dengan ibu Kenny di scene berikutnya. Intinya, Kenny dihukum harus ikut di mobil patroli kepolisian selama satu hari sebagai hukuman, meski ibunya sempat protes jika asal muasal kejadian itu adalah akibat bullying.

Sang kepala sekolah bergeming, keputusannya bulat, "Kenny harus menjalani hukuman atau dikeluarkan dari sekolah."

Buat jbkderry.com, pandangan stereotip atau pandangan negatif kulit putih terhadap kulit hitam masih terjadi di negeri Uncle Sam, sama halnya di tanah air jika yang berpakaian religius dan mayoritas umumnya selalu benar ketimbang yang berpakaian umum dan minoritas. Padahal kebenaran kan tidak selalu melekat pada jumlah suara, tapi pada hakikat dan faktor kausalitas setiap kejadian.

Masih belum ngerti juga? Ah, sudahlah... Yuk, kembali ke pembahasan film 211.

Pesan moral lain di film ini adalah jika diam bukan berarti bersikap dingin dan tanpa rasa di hati. Mike Chandler (diperankan Nicolas Cage) seorang polisi senior yang sebentar lagi pensiun punya pasangan tugas yang unik. Ya, polisi pasangannnya adalah anak mantunya sendiri, suami dari anak tunggalnya.

Sang putri berpikir Mike Chandler adalah sosok kepala rumah tangga yang tidak punya perasaan, karena tidak terlihat berkabung dan bersedih di hari meninggalnya ibunya.

Sekali lagi film ini mengajarkan, bahkan di Amerika Serikat pun pandangan untuk melihat sekadar penampilan kulit luar. Orang yang nampak religius, nampak terpelajar dan punya pendidikan tinggi secara otomatis dinilai lebih baik secara umum. Kita lupa jika yang lebih autentik adalah yang nampak pada sikap, hasil pikiran, buah karya, ucapan dan gerak-gerak yang dihasilkan...

Mudah-mudahan sekali lagi kita bisa belajar soal kedalaman bukan mentok di permukaan biar bisa lebih pinteran dan bijakan dikit, cmiiaw...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!