CHAPTER 283: TONTONAN STREAMING AKHIR PEKAN: PEPPERMINT (MEMPERTANYAKAN KUALITAS HUKUM NEGARA SEKALI LAGI)

 

Jakarta - Jika Anda bingung mau kemana di akhir pekan ini, salah satu hal murah meriah yang bisa dilakukan adalah menonton streaming film. Pilihan film akhir pekan yang menarik di antaranya Peppermint (2018) yang dibintangi Elektra Natchios, eh maksudnya Jennifer Garner.

Film berdurasi 1 jam 41 menit ini memang masih ada gaya khas Hollywood yang berlebihan, misalnya bagaimana Riley North (tokoh yang diperankan Garner) bisa menjadi super tangguh dalam waktu lima tahun.

Terlepas dari benang merah yang hilang itu, narasi film ini terasa lebih realistis dan kekinian ketimbang film-film eksyen a la Hollywood kebanyakan, taruhlah dibanding The Expandables atau Fast and Furious. 

Hal yang paling menarik dari film ini versi jbkderry.com, adalah sekali lagi menjadi bentuk kritik pada sistem hukum negara yang transaksional dan penuh manipulasi, bahkan di negara adidaya seperti Amrik ataupun negara-negara maju di Eropa.

Seorang kawan sempat bilang, bagaimana mungkin hukum Jepang bisa lengah sepanjang lima tahun atas upaya manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Carlos Ghosn, Chairman aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.

Jika Jepang saja bisa lengah dan kecolongan, apalagi sistem hukum di negeri ini yang sudah menjadi rahasia umum punya pintu belakang untuk bernegosiasi. Hukum negara adalah bukan lagi alat untuk mencari keadilan, melainkan ajang bisnis untuk memperkaya orang-orang yang ada di dalamnya.

Hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas, seperti yang dikatakan oleh seorang politisi senior, namun putranya bisa lolos dari jerat hukum yang telah menewaskan beberapa orang di jalan raya.

Yup, itulah bentuk kritikan yang juga menjadi narasi film ini. Bahkan orang baik dengan wajah ganteng Detektif Stan Carmichael tidak lebih dari seorang cecunguk antek bandar narkoba yang bekerja di institusi hukum. Penonton di awal hingga nyaris di akhir film, mungkin juga berpikiran sama jika orang berwajah penjahat dengan karakter misterius seperti Detektif Moises Beltran adalah mata-mata kartel yang sebenarnya, namun keliru.

Ya, di era millenial ini, kita acapkali sulit lagi membedakan mana orang baik dan mana orang jahat. Terlebih jika perangkat filter kita hanya mentok sekelas tontonan grebek kamar Vicky Prasetyo.

Orang-orang cerdas pun dengan latar pendidikan tinggi, kekayaan mentereng, kelas bahasa yang mempesona pun ternyata punya niat lain dari wajah kebaikan yang ditampilkan di hadapan publik. Misalnya teriak-teriak mengkritisi, namun saat dipanggil aparat hukum akhirnya memilih mengembalikan uang gelap yang diterimanya.

Di balik duka yang mendalam dan keputusasaan yang tinggi, Riley North pun berubah menjadi malaikat cantik di jalan raya. Disapunya para jaksa kotor, hakim tua yang berprilaku tengik, para anggota kartel narkoba di kotanya, hingga detektif cecunguk seperti Carmichael.

Di sini hukum negara pun kembali dipertanyakan kualitas dan keberpihakannya pada siapa, pasalnya di jagat maya dan di dunia nyata aksi beringas Riley North justru mendapat simpati publik. Sederhananya, melalui aksi North, publik merasa terwakili jika hukum negara tidak bisa berlaku adil dan terus kotor, biarlah orang seperti Riley North yang membersihkannya.

Ya, sosok seperti Riley North tentu berwajah abu-abu, di sisi lain dia begitu biadap dalam membantai musuh-musuhnya, tapi di sisi lain pun dapat dikatakan sebagai malaikat penyelamat di jalan. Demi kedamaian lingkungan dan anak-anak bisa jauh dari bahaya narkoba.

Hmm, jbkderry.com jadi teringat serial televisi Street Justice di awal tahun 1990an, sambil membayangkan andai saja ada sosok Riley North beneran di negeri ini, bisa jadi suasana jadi lebih damai, bisa jadi lho...

Kalau menurutmu, bagaimana?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!