CHAPTER 241: BERSEPEDA DAN BERLARI UNTUK PEMULA DENGAN IRAMA

 Berlari dan bersepeda adalah salah satu cara untuk menembus batas kemampuan diri dan mengetahui titipan-titipan karuniaNya yang tidak kita ketahui selama ini. 

(Catatan secangkir kopi founder jbkderry.com)

 
Kami ber-11 di Bojong Koneng, Bogor, 16 Desember 2018.[/caption]

Minggu pagi 16 Desember 2018, komunitas sepeda suka-suka dimana founder jbkderry.com tergabung sedianya melintasi rute baru menuju titik nol kilometer Bojong Koneng, Babakan Madang, Bogor.

Sebelum berangkat ke rute yang tanjakan dan tikungannya lebih dahsyat ketimbang rute ke Bukit Hambalang, saya coba browsing teknis sepedaan di rute menanjak, dan hasilnya ketemu kata "cadence" yang kira-kira artinya goweslah dengan irama bukan otot. 

 
Jangan jatuh cinta dengan alam Bojong Koneng karena foto ini, BERAT, mending sempatkan waktu langsung ke sana dan lihat sendiri.[/caption]

Percobaan Pertama: Jumat 14 Desember 2018  (Sepedaan 20 KM+)

Jumat pagi 14 Desember 2018 dengan menempuh rute lebih dari 20 km, saya coba bersepeda dengan teknik baru tersebut. Hasilnya, efek ngos-ngosan bisa direduksi cukup signifikan.

Percobaan Kedua: Sabtu 15 Desember 2018 (Lari 11 KM+)

Ini adalah jarak lari terjauh yang pernah saya lakukan. Start dari rumah jam 07:27 WIB dan selesai jam 08:38 WIB, artinya berlari sekitar 1 jam 11 menit. Saya kembali mencoba teknik cadence, dan ternyata cukup berhasil juga. Waktu di tanjakan dengan level kemiringan 15 - 20 derajat dan panjang sekitar 150 meter, saya bisa melaluinya dengan cukup enteng ketimbang biasanya.

"Hmm, ternyata teknik cadence ini cukup ampuh dipakai buat berlari maupun sepedaan. Mungkin karena sifatnya gak maksa, jadi napas jadi bisa lebih teratur.

Persiapan Sepeda: Sabtu sore 15 Desember 2018

Dibanding sepeda umumnya kawan-kawan yang lain, sepedaku cenderung yang paling biasa saja. Sepeda beberapa teman bahkan sudah dicustom lebih apik untuk gear set dan setangnya. Dan lagi frame si Wolverine (nama sepeda kuning itu) agak kekecilan untuk posturku.

Dibanding om Kis si juragan burung, proses transisi gigi si Wolverine disetel ulang plus disemprot WD-40 biar lebih makyus buat sepedaan besok pagi. Sampai di rumah, saya juga kembali menyetel ulang posisi sadel yang agak tegak ke belakang dan bisa berpotensi menguras fisik lebih banyak jika tidak segera diperbaiki.

"Posisi sadelnya beresin dulu agak menurun ke depan," kata om Kis, yang selalu bertugas mencari rute kita sepedaan setiap akhir pekan.

Minggu pagi 16 Desember 2018

[caption id="attachment_9085" align="aligncenter" width="525"] 
Bersama Juragan Sukma di tugu nol Kilometer Bojong Koneng, Bogor.[/caption]

Sekitar jam tujuh pagi lewat dua hingga tiga menit WIB, 12 sepeda berangkat menuju Bojong Koneng. Salah satunya Rama, putra pak Naryo yang umurnya baru 12 tahun tapi sudah khatam tiga kali ke Bukit Hambalang dan sekali ke Gunung Pancar.

Di pertigaan Tegar Beriman dan jalan raya Bogor, salah satu sepeda peserta milik pak Haryanto masalah di pedal dan terpaksa balik kanan alias pulang.

"Ya, perjalanan masih jauh. Mending balik daripada lebih parah di jalan," kata juragan Sukma.

 
Bersama si Wolverine di titik nol kilometer Bojong Koneng, Bogor.[/caption]

Teknik cadence kembali saya praktikkan dan berhasil, hingga kawasan Sentul City saya masih bisa bernapas normal melalui hidung. Biasanya sudah kedodoran pakai buka mulut (baca: tanda kepayahan).

Di jalan menuju kompleks perumahan mewah Sentul City, salah satu kawan yang sepedanya paling oke oprekan (plus biayanya) nampak kedodoran.

"Ya, menurutku ini bukan soal seberapa keren sepedanya, tapi lebih keteguhan hati dan fisik sang penggowesnya. Meski lebih baik lagi kalau orang dan sepedanya sama-sama keren."

Alhasil, sebelum masuk kawasan tanjakan Bojong Koneng yang super ajib, kawan tersebut telpon bininya supaya bisa jemput pakai mobil.

Memasuk tanjakan Bojong Koneng di awal-awal jujur pemandangannya gak keren. Rutenya cukup berdebu, banyak pasir di jalan, ruas jalannya sempit (termasuk tikungannya), sering berpapasan dengan truk pengangkut pasir yang super pelan, plus bencana global anak-anak alay yang sudah dikasih motor sama orang tuanya padahal masih di bawah umur.

Oh iya, meski dua pulang, kami ketambahan satu peserta lagi om Tri yang nyusul sejam kemudian dengan sepeda legendarisnya Federal. Om Tri ini selalu stylish kalau sepedaan yang mengingatkan Joseph Gordon-Levitt waktu berperan sebagai Wilee di Premium Rush (2012).

Jadi total ada 11 pesepeda yang lanjut ke atas dan terbagi ke dalam 4 grup:

 
Bersepeda di rute menanjak itu sangat menguji fisik dan keteguhan hati.[/caption]

- Grup paling badak terdepan ada pak Timur, pak Wahyu dan pak Supri. Nah, nama terakhir ini sepedanya kualitasnya sama dengan si Wolverine, tapi tenaga dan napasnya paling badak. Sementara pak Timur dan pak Wahyu sepeda dan orangnya sama-sama oke kualitasnya.

- Grup 2 adalah founder jbkderry.com yang sendirian cukup lama gowes sendiri kebingungan di belakang mereka bertiga di atas yang sulit diimbangi.

- Grup 3 ada Juragan Sukma, om Kis dan pak Pinus.

- Grup 4 ada pak Puh dan om Tri.

- Grup 5 ada pak Naryo dan putranya Rama.

Kelima grup ini masuk ke sebuah warung pinggir jalan dengan pemandangan alam di ketinggian yang keren banget. Warung ini jaraknya masih sekitar 1,5 km ke tugu nol kilometer Bojong Koneng.

Lagi-lagi tiga peserta dari grup pertama yang duluan jalan menuju tugu nol kilometer. Selang beberapa saat ketiganya kembali dan om Supri buka suara, "Tanggung banget, Der. Tinggal sekitar 1,5 km lagi."

Saya pun tertantang, demikian pula dengan Juragan Sukma. Sementara yang lainnya sudah mager untuk sampai ke tugu nol kilometer. Matahari lagi terik-teriknya tapi udara di dataran tinggi di Bojong Koneng menjadi penyeimbang yang sempurna untuk memotivasi kami berdua bisa tiba di tugu nol kilometer Bojong Koneng.

Rasanya begitu senang saat akhirnya sekali dalam hidup dikasih kesempatan menembus batas kemampuan diri, sekaligus mensyukuri nikmat hidup dariNya.

Awrait, gaez. Untuk sementara sekian dulu artikel receh kali ini, semoga ada manfaatnya. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!