CHAPTER 216: STAND UP COMEDY VERSI ACTION

 Film-Comic-81Hari Rabu, 15 Februari 2014, menjadi momen yang saya tunggu lebih dari seminggu. Ya, sebagai moviegoer sejak usia kelas 3 SD, film seperti “teman setia” yang mengiringiku tumbuh. Sayang sejak beranak pinak dalam jumlah banyak, tradisi terpaksa saya singkirkan sementara. Entah berapa banyak film – film favorit yang terpaksa saya tonton dari piranti DVD, tidak lagi berkesempatan ke theater atau bioskop.

Namun saat melihat trailer film “Comic 8 ” di You Tube, saya sangat berkomitmen untuk menonton film ini. Delapan komedian muda lepasan program “Standing Up Comedy” berpadu akting dengan aktor komedian senior Indro Warkop, dan beberapa cameo kelas wahid, seperti Pandji Pragiwaksono, Cah Lontong, Nikita Mirzani, Kiki Fatmala, Agus Kuncoro, Candil, Jeremy Teti, Joe P Project hingga Cowboy Junior, menjadi satu kesatuan yang meningkatkan rasa penasaran saya.

Kupas Film “Comic 8”

Comic-8-BannerSecara alur cerita tidak ada kisah luar biasa pada film ini, bahkan terkesan agak tersendat. Kenapa menurut saya tersendat, karena kedelapan tokoh utama belum lepas atau dilepaskan dari karakternya sebagai invidual comedian. Dialog bersahut – sahutan di antara para pelakon yang dapat menaikkan antusiasme penonton tidak terjadi di film ini.

Sebagaimana diketahui oleh Anda yang telah menontonnya, adegan film ini dibuka dengan 3 kisah pemuda brandalan kampung yang berencana untuk merampok sebuah bank. Tak dinyana, sesampainya di dalam bank, ada 3 remaja yang datang kemudian dengan senjata api lengkap dengan niat yang sama.

Menurut saya, masuknya 3 remaja yang dipimpin oleh Ernest Prakasa ini merupakan penggalan adegan terbaik dengan permainan warna dan ritme yang apik. Mulai dari ketika Ernest Prakasa yang menggunakan masuk dari pintu dengan adegan slow motion, hingga kemudian melepaskan tembakan dan jalan di atas meja bank, mengingatkan saya pada gaya The Joker yang diperankan oleh Heath Ledger di film The Dark Night (2008).

Penggalan ini pula yang dikemas secara apik di trailer-nya untuk memikat penonton datang ke bioskop.

Setelah itu, alur cerita cenderung datar. Kehadiran Nirina Zubir sebagai Kapten Polisi yang cantik dan Nikita Mirzani yang seksi sebagai komplotan penjahat yang menyamar cenderung sebagai pemanis film. Ataupun Boy William yang hadir sebagai bagian Polisi muda di tim Nirina juga seperti sebagai tempelan pelengkap yang kehilangan esensi. Boy digambarkan sebagai polisi muda yang suka bercakap dalam bahasa Inggris dan tidak lebih. Tidak ada kelucuan, keseriusan ataupun makna penting dari perannya, kecuali wajah gantengnya yang dapat membuat para gadis belia histeris.

Di tengah cerita, muncul dua perampok lain lagi yang juga berniat merampok bank. Alhasil ketiga kelompok ini pun bentrok satu sama lain dan hampir saling menghabisi. Beruntung muncul peran Indro Warkop yang mengingatkan mereka untuk saling kompak sebagai perampok. Dan akhirnya kedelapan perampok ini menyetujuinya dan bersatu.

Dari luar gedung bank, Nirina dan para stafnya polisinya berusaha menyelidiki latar belakang kedelapan perampok. Tak dinyana kedelapannya ternyata disinyalir sebagai orang gila didikan dokter kejiwaan Pandji Pragiwaksono yang melarikan diri. Inilah asumsi pihak kepolisian. Padahal ide perampokan ini sebenarya diotaki oleh dokter Pandji yang bekerjasama dengan Cah Lontong, Nikita Mirzani dan Agung Hercules untuk mensugesti kedelapan orang itu untuk merampok bank.

Kedok ini akhirnya terbongkar, dokter Pandji dan para kroninya akhirnya ditangkap pihak kepolisian. Bagaimana dengan kedelapan orang perampok itu? Saya menangkap kesan, jika sang penulis skenario dan sutradara film Comic 8 ingin membuat ending cerita yang tidak mudah tertebak, karena ternyata kedelapan perampok itu adalah para agen utusan Indro Warkop yang disusupkan ke rumah sakit jiwa asuhan Pandji Pragiwaksono. Tugasnya adalah untuk membongkar skenario kejahatan dari pihak rumah rumah sakit jiwa tersebut.

Adegan akhir ini sedikit mengingatkan saya pada ide cerita a la Ocean Eleven (2001), dengan teknik – teknik penyusupan yang rumit.

Secara keseluruhan, saya melihat Comic 8 lebih pas digambarkan sebagai sebuah film action komedi, dengan kualitas adegan tembak menembak yang mengingatkan pada film “Heat” (1995). Sayang pada adegan peledakan brangkas masih terlihat kasar pembuatannya. Buat Anda yang penyenang dunia otomotif, dapat tersegarkan dengan kehadiran mobil – mobil keren seperti Hummer dan Chevy Camaro, lalu deretan sedan Volvo yang menjadi tunggangan para aparat polisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!