CHAPTER 201: AWAL PRESTASI OKA

 “That which does not kill us makes us stronger.” (Friedrich Nietzsche)

Oka dan Piala Juara Pertama miliknya 
Oka dan Piala Juara Pertama miliknya

Sudah ada beberapa orang yang menyampaikan kritiknya padaku akan kemampuan putri sulungku dalam berbicara. Di usianya yang ke-5 tahun, kemampuan artikulasi Oka untuk berbicara memang belum sehandal teman – teman sepermainannya. Dokter tempatnya berkonsultasi selama dua tahun terakhir pun mengingatkanku dan bundanya, agar kelemahan ini diterapi lebih lanjut. Sang dokter khawatir, Oka akan dilabel negatif sama teman – teman sepermainannya, di rumah dan di sekolah.

Dalam hal artikulasi, Oka sebenarnya hanya belum bisa mengucapkan huruf “r” dan “s”. Di luar itu, ia akan berusaha membuat lawan bicaranya untuk mengerti hal yang ingin disampaikannya dengan gigih, meski terkadang dengan tambahan gerak tubuh.

Bagiku, dengan segala ujian yang pernah menimpanya, Oka adalah dewi bidadari. She is the best daughter. Sebagai ayah yang sangat menyayanginya, aku selalu berdoa dan berharap, agar Allah SWT berkenan senantiasa mendampingi dan menerangi jalan Oka di sepanjang hidupnya, Aamiin.

Sekilah Aktivitas Oka Kini

Saat ini, Oka tidak lagi bersekolah di sekolah yang cukup mahal dan bagus seperti dua sekolah sebelumnya. Ya, ia telah tiga kali pindah sekolah. Alasannya berulang. Di sekolah pertama, Oka terpaksa pindah sekolah, karena pengasuhnya memutuskan berhenti kerja. Pun demikian dengan dengan sekolah kedua.

Alhasil Oka diputuskan sekolah di TK terdekat dari rumah. Sebuah sekolah yang cenderung sederhana dan bayarannya cukup murah. Namun uniknya di sekolah ini, Oka justru sangat berubah. Di sekolah sederhana ini, Oka tidak lagi menganggap fasilitas bermain sebagai prioritas utama.

Di sekolah barunya, Oka selalu jalan lurus masuk ke dalam sekolah, meski beberapa temannya masih sibuk dengan ayunan, luncuran dan berbagai permainan standar TK pada umumnya. Pemandangan itu senantiasa membuatku terharu, kala mengantarkan Oka ke sekolah. Di sekolah sederhana ini pula, Oka bisa disebut mengalami perkembangan pesat dalam hal fokus belajar.

Sepulang sekolah, Oka jarang dibiarkan bermain  di luar rumah. Selain ngeri dengan kendaraan – kendaraan yang berseliweran di depan rumah, aku dan bundanya juga mulai mengkhawatirkan kehadiran kereta api listrik yang semakin sering melewati rel di belakang pemukiman. Ya, selama beberapa bulan terakhir, rel kereta api yang dulu dibiarkan terbengkalai, kini nampak mulai dipersiapkan untuk diaktifkan kembali.

Dalam keseharian, Oka lebih banyak bermain dengan dua adik laki – lakinya, Rasy dan Keanu di rumah. Atau terkadang ia terpaku melihat parade kartun di kanal tv Disney Junior. Selebihnya, Oka hanya keluar rumah jika ke sekolah, les, jajan ke warung, nginap di rumah neneknya, atau ketika berjalan – jalan bersama orang tuanya dan kedua adiknya. Untuk itu, terkadang aku merasa kurang adil pada Oka, karena saat kecil aku dulu lebih banyak dilepas seperti anak kebanyakan.

Awal Prestasi Oka

Oka dan Nenek pose di Taman Matahari, Puncak. 
Oka dan Nenek pose di Taman Matahari, Puncak.

Hari Rabu, 18 Desember 2013, Oka bersama neneknya (ibuku) sedianya berangkat ke acaranya sekolahnya yang dilangsungkan di Taman Matahari, Puncak – Jawa Barat.

Hari itu telah dimulai dari pukul 03.30 WIB. Oka bergegas dibangunkan oleh bundanya untuk mandi. Aku sendiri menjemput ibuku dulu di rumahnya yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah kami. Sekitar 15 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor.

Pukul lima subuh, Oka dan neneknya tiba di wilayah Pemda Cibinong. Di sana telah menunggu bus yang akan membawanya berkompetisi dengan para siswa TK lain se-kecamatan Bojong Gede, kabupaten Bogor.

Sekitar pukul enam, bus yang membawa Oka, nenek dan rombongan sekolahnya pun berangkat. Seiring bus berjalan, komunikasi aku dan Oka pun berhenti, hingga di tengah hari rentetan pesan BBM dari neneknya masuk ke telpon genggamku. “Oka juara, oka juara, ini fotonya Mama kirim,” demikian pesan dari neneknya yang nampak sangat antusias.

Oka dan senyuman khasnya di depan kamera. 
Oka dan senyuman khasnya di depan kamera.

Pada salah satu cabang yang diperlombakan di tingkat kecamatan itu, Oka berhasil menjadi juara pertama. Sebuah kabar yang menggembirakan kami tentunya. Seketika seluruh display picture perangkat telponku, bundanya, neneknya dan tanta – tantenya (kedua adik perempuanku) memasang foto Oka dengan piala kebanggaannya.

Sebuah pesan susulan pun sangat menginspirasi dari neneknya, “Ini adalah awal prestasi Oka.”

Sebuah pesan yang tentu sangat aku amini sebagai ayahnya.

Pelajaran yang Bisa Dipetik

Teruslah berlari, Nak. Bersama bundaku, kami berdoa Allah SWT senantiasa bersamamu, Aamiin.  
Teruslah berlari, Nak. Bersama bundamu, ayah berdoa agar Allah SWT senantiasa bersamamu di sepanjang jalan, Aamiin.

Ungkapan dari filsuf tersohor asal Jerman di atas (menurutku) dapat menjadi refleksi perjalanan manusia – manusia petarung seperti Oka. Dalam kehidupan kesehariannya, memang tidak banyak pasang mata yang menyorot pada Oka dalam hal prestasi, sehingga minim potensi untuk mengundang banyak decak kagum ataupun tepuk tangan yang riuh.

Di usianya yang kelima, Oka sudah cukup banyak teruji dalam hal daya juang. Ia kerap gusar jika tertekan atau diuji, namun ia tidak pernah memilih untuk terpuruk. Dan pada tanggal 18 Desember 2013, Oka pun membuktikan, jika Tuhan pun menitipkan karunia tidak terduga pada dirinya.

Tetaplah berlari Oka, karena ayah dan bunda senantiasa bertepuk tangan untukmu, Nak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!