CHAPTER 194: NUMPANG FOTO DI PINISI RESTO CIWIDEY

 

Ke sini lebih tepat untuk berfoto dan menikmati pemandangan.[/caption]

Jawa Barat - Waktu menunjukkan sekitar pukul 10 pagi di tanggal 2 Januari 2018, saat kendaraan berdesain compact SUV ini memasuki pintu gerbang tol Cileunyi.

Sekali lagi, pedoman kami adalah aplikasi Google Map. Estimasi tiba di tujuan sekitar dua jam, artinya pas di jam makan siang. Sayangnya egoku lebih mengemuka, info di aplikasi Google Map menganjurkan satu pintu tol lagi untuk keluar yaitu melintasi tol Soreang - Pasir Koja. Alih-alih patuh, aku malah keluar di tol Kopo.

Sebuah keputusan tolol sekaligus menunjukkan usia yang menua semakin surut dengan keputusan spekulatif, padahal ini info dari Google Map - lho...

Tidak banyak perubahan situasi menuju lokasi yang dituju dibanding saat melintasinya sekitar enam tahun silam. Ruas jalanan yang sempit, lalu lalang kendaraan yang kurang disiplin sekenanya, serta suasana rada gersang sebelum memasuki rute jalanan yang menanjak menuju titik destinasi di atas sana.

Compact SUV ini pun menunjukkan kehandalannya dalam hal kenyamanan dan kekedapan kabin, handling yang presisi, tenaga mesin yang dibutuhkan, hingga kinerja kaki-kaki yang diharapkan.

Semakin ke atas semakin segar udaranya, dan pemandangannya sangat nikmat nian dipandang mata. Sawah, gunung, perkebunan strawberry, perkebunan teh, deretan pohon tinggi, perkebunan teh, hingga seabrek restoran dan kawasan wisata yang menawarkan kearifan lokal menanti kunjungan para wisatawan.

Kami pun sempat memarkir mobil di pinggir jalan guna berfoto di antara kawasan perkebunan teh. Alhasil agak sedikit telat dari estimasi mengejar jam makan siang.

Saat informasi di Google Map menunjukkan jika kami telah tiba di lokasi yang dituju, sekali lagi gaya keraguan orang yang mulai menua menghinggapi. "Hmm, bener nih sudah tiba di lokasi?" kataku, lebih ke diri sendiri, tapi kemudian ditimpali sama bini, "Bener, tuh ada tulisannya."

Setir kemudi pun di arahkan ke pintu gerbang untuk masuk. Seorang perempuan menawarkan lembaran seperti menu di restoran, "Ini ada paket, pak. Cuma lima puluh ribu per orang," katanya.

Di list yang dia pegang ada beberapa item menu dan harga, dan saya hanya menjawab, "Saya hanya ingin ke Pinisi Resto."

"Kalau begitu biayanya 20 puluh ribu per orang, boleh kaca belakang biar saya bantu hitungkan biayanya, pak?" kata cewek penjaga gerbang itu.

"Anak kecil juga dihitung?" tanyaku.

Sesaat dia melihat ke kabin belakang, lantas berucap, "Kalau begitu bayar empat orang saja, Pak. Jadi semuanya 85 ribu rupiah. Mobil kena lima ribu," katanya.

Ternyata kawasan Pinisi Resto dan Glamping Lakeside Rancabali Bandung begitu luas. Perlu masuk cukup dalam untuk tiba di Pinisi Resto.

Wow, keren gila pemandangannya, guys... Udaranya pun sejuk khas alam pegunungan.

Sebelum naik ke Pinisi Resto, kami serempak ke kamar kecil terlebih dahulu. Tarifnya tidak dipatok, seiklasnya dan kami cuma kasih Rp 5 ribu.

Untuk naik ke Pinisi Resto harus melintasi jembatan kecil dan tidak bisa langsung beramai-ramai. Menu makanannya menurut kami tidak luar biasa, satu paha ayam bakar kampung dibanderol Rp 28 ribu.

Saat kami datang, bagian belakang Pinisi Resto tengah mengalami perbaikan atau bisa jadi renovasi. Secara keseluruhan ada dua lantai yang ada di Pinisi Resto, dan sesuai pengamatan awal yang kami bayar di sini adalah pemandangannya ketimbang menu makanannya. Yah, untuk foto-foto keren banget.

Ada juga fasilitas penginapan yang menurut bini, cocok beud untuk pasangan muda yang tengah berbulan madu.

Tombol layar sentuh fitur kamera di smartphone kami beberapa kali diaktifkan untuk mengabadikan momen. Pun demikian dengan action kamera. Sesaat setelah merasa puas berfoto, hujan pun mulai turun. Kami bergegas menuju mobil, dan ternyata untuk keluar dari Pinisi Resto harus memutar ke belakang melalui jalan turunan dan menanjak.

Sambil membopong Keanu dan berlari menuju mobil, agak terasa juga napas agak tersengal. Hujan pun semakin turun, saat mobil mulai meninggalkan lokasi. Kali ini saya lebih memilih percaya pada Google Map, dan benar saja tol Pasir Koja yang baru diresmikan awal Desember 2017 oleh Presiden RI Joko Widodo ternyata tidak hanya mempercepat akses menuju tol, tapi juga indah.

Pantesa menelan biaya hingga Rp 1,5 triliun. Indah dan majulah terus negerikoe...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!