CHAPTER 206: PERUBAHAN STATUS EKONOMI WARGA PERUMAHAN

 sumber foto: image.freepik.com 

sumber foto: image.freepik.com

Tidak terasa sudah tujuh tahun kami tinggal di sini, dan telah begitu banyak perubahan. Saat pertama  kali berdomisili di wilayah ini, bunda acap kali berujar perumahan yang jumlahnya hanya kisaran 150 unit mengingatkan pada barak militer atau kepolisian.

Kini pemandangan itu telah berubah, sangat. Subuh ini selesai shalat di masjid perumahan, Keanu si bungsu bersama ayah berjalan pagi. Terlihat bagaimana kondisi ekonomi banyak warganya yang berkembang lebih baik. Paling gampang mengukurnya dari semakin banyak model perumahan standar yang berubah atau direnovasi.

Beberapa rumah berubah total dan bertingkat dua, atapnya pun sudah banyak yang berubah menggunakan baja ringan bahkan ada yang menggunakan genteng keramik. Beberapa orang warga ada juga yang telah membeli rumah lain, masih dalam lingkungan perumahan. Sebagian lagi pun sudah bermobil, bukan mobil bekas namun baru. Satu orang warga yang suaminya bekerja di bidang IT memiliki Toyota Rush keluaran 2015 dan istrinya dibelikan Mazda2 keluaran 2016.

Di blok lain, ada satu warga yang mengaku merenovasi rumahnya dengan menggunakan jasa arsitek senilai Rp 25 juta. Rumah itu memang nampak paling modern dengan sentuhan arsitektur yang cukup rumit dibanding rumah-rumah lainnya.

Tidak semua memang menjulang ke permukaan, namun mayoritas kondisi ekonominya membaik. Selain membeli mobil baru, acap kali mobil pikap, boks atau truk ukuran kecil melintasi depan rumah kami untuk mengantar produk motor baru ataupun perabotan rumah tangga dari Ace Hardware atau Informa.

Ada juga beberapa tetangga yang memang masih berjuang pada kondisi standar, tapi mereka tidak pernah nampak menyerah. Buktinya saat fajar menyingsing dan ayak mulai berkokok, kehidupan warga di perumahan pun mulai menggeliat. Ibu-ibu melintasi depan rumah kita untuk berbelanja bahan pokok makanan di depan perumahan.

Masjid perumahan juga menjadi pertanda lain dari berkembangnya status sosial ekonomi warga. Masjid hasil swadaya warga telah beberapa kali direnovasi dan kini terlihat semakin baik. Sebagian besar badan jalan juga sudah di cor beton.

Itu pertanda warga perumahan ini adalah potret orang-orang yang ulet. Mereka dapat menunjukkan perubahan strata sosial ekonomi mereka di tengah kabar menurunnya daya beli masyarakat negeri. Ayah kerap bersenda gurau ke bunda, “Mungkin ini potret negeri pabuaran, bukan potret rata-rata masyarakat negeri ini.”

Warganya pun cukup guyub, rajin berolah raga bersama di lapangan voli yang dibangun secara kolektif di bagian belakang perumahan. Di akhir pekan, cukup sering bapak-bapaknya melakukan kerja bakti. Sementara ibu-ibunya pun kerap arisan atau masak-masak bersama. Kami sendiri lebih suka berada di rumah, sesekali keluar juga bercakap-cakap dengan beberapa warga.

Warga perumahan ini datang dari berbagai profesi. Beberapa bekerja di PT KAI Commuter Jabodetabek, serta banyak juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri.  Intinya, warga perumahan heterogen baik dari kelompok suku, usia, maupun religi. Beruntung, sejauh ini patut disyukuri tetap akur dan komunikatif.

Dulu, harga tanah di perumahan ini masih Rp 500 ribu per meter. Bahkan di wilayah perkampungan masih ada yang Rp 350 ribu per meter, bahkan kurang dari itu. Kini, harganya sudah melonjak di kisaran Rp 2 juta – Rp 2,5 juta per meter. Mungkin karena aksesnya yang cukup dekat dari jalan utama pemda cibinong, pusat perbelanjaan megah dan akses jalan tol.

Buat ayah dan bunda, perumahan ini adalah potret penting perjalanan dalam membesarkan anak-anak kami. Termasuk buat kakak Oka yang setiap Senin hingga Jumat mulai pukul empat sore bergegas ke masjid untuk belajar mengaji, atau untuk abang Rasy dan Keanu bermain sepeda menuju areal taman kecil di bagian tengah perumahan. This is where are our happiness being unity.

Dan waktu pun terus berjalan, siap merekam warna perubahan yang ditandai para warganya ke depan…

Bogor, 1 April 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!