CHAPTER 145: NGOBROLIN PANDANGAN ADE ARMANDO DALAM SECANGKIR KOPI



Beberapa hari sebelum narasi ini dibuat, seorang akademisi dari Universitas Indonesia bernama Ade Armando mengeluarkan narasi dalam bentuk video yang intinya mengkritisi gaya hidup sekaligus publikasi kegiatan para influencer papan atas negeri ini seperti Atta Halilintar dan istrinya Aurel, Andre Taulani, serta Raffi Ahmad dan istrinya Nagita Slavina. 

Menurut Ade Armando, publikasi gaya hidup para influencer papan atas itu kurang etis dan berempati pada kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di lapisan kelas bawah yang hidup di bawah garis kemiskinan. 

Saat narasi ini dibuat Senin pagi 19 April 2021, video pandangan Ade Armando di kanal YouTube Cokro TV itu sudah ditonton lebih dari 1,6 juta kali dalam waktu 10 hari sejak tanggal penayangannya 10 April 2021 (screenshot di atas yang jadi lead image narasi ini diambil pada Senin 19 April 2021 pukul 08:51 WIB).

Bagaimana kita menyikapi pandangan seorang akademisi kritis seperti Ade Armando kali ini? Jujur, pandangannya langsung mengingatkan daku pada pandangan akademisi lainnya dari Universitas Indonesia, namanya Prof. Rhenald Kasali.

Coba masuk ke kanal YouTube Deddy Cahyadi, eh, nama kerennya Deddy Corbuzier, deng. Lalu ketik nama "Rhenald Kasali" di menu pencarian. Di situ, Prof. Rhenald yang juga dikenal sebagai satu di antara pakar pemerhati disrupsi di Indonesia mengatakan dunia akademisi hanya sekitar 2% yang bisa mengikuti kebutuhan perkembangan zaman. 

Saya lupa, apakah maksud Prof. Rhenald di situ berlaku di Indonesia saja, atau bisa jadi di seluruh dunia juga. 

Tapi ya, saya sepakat dengan pandangan Prof. Rhenald Kasali kali ini kalau mau membedah pandangan Ade Armando. Jika Ade Armando mengatakan aksi-aksi pamer gaya hidup super mewah seperti yang dilakukan oleh Atta, Raffi, dan Andre adalah sebuah hal yang keliru, maka harus diakui di sisi lain jika landasan berpikir Ade Armando terlalu bersemayam di ruang angkuh dinding dunia akademisi negeri ini. 

Sederhana kok mengukurnya, masyarakat kita memang suka kok dengan tontonan kemewahan, makanya vlog-vlog seperti di kanal YouTube Atta, Raffi, dan Andre justru dibanjiri penonton, pelanggan (baca: subscribers), dan pengiklan, bahkan tawaran kerjasama yang bejibun. 

Tidak hanya di saluran digital YouTube, masyarakat Indonesia secara umum suka dengan gaya hidup mewah dan narasi drama yang secara garis besar berulang. Salah satu acuannya adalah booming-nya sinetron Ikatan Cinta yang dibintangi Arya Saloka dan Amanda Manopo juga menunjukkan jika masyarakat Indonesia sejak era sinetron Tersanjung yang dibintangi Lulu Tobing di era 1990an memang belum beranjak dari rasa ingin tahu yang tinggi pada gaya hidup di kalangan ekonomi atas. 

Jika mengacu pada KBBI, ada satu diksi yang pas menggambarkan karakter audiens atau pemirsa Indonesia di arus utama, yaitu senang dan punya rasa ingin tahu yang tinggi pada kehidupan artifisial (yang artinya kira-kira tidak alami dan buatan). 

Para influencer papan atas seperti Atta, Raffi, dan Andre, dan pihak yang membidangi lahirnya dan kelanjutan sinetron Ikatan Cinta sangat memahami kebutuhan pasar ini, mereka sangat mengerti keinginan dan kebutuhan para pemirsa di potongan kue terbesar ini. 

Miris memang melihat perilaku pemirsa seperti ini, karena referensi yang mereka dapatkan nampaknya cukup pada sekadar rasa ingin tahu saja, bukan menjadi stimulan atau faktor pendorong atau motivasi agar bisa mencapai taraf hidup para idolanya tersebut. 

Kalaupun iya, mereka umumnya termotivasi pada sebatas membeli barang-barang tiruan seperti yang dipakai idolanya tersebut, karena memang belum atau tidak memiliki kemampuan membeli barang-barang asli seperti para idolanya itu. 

Polemik baru pun timbul, karena yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka pada barang-barang imitasi adalah barang-barang impor yang kabarnya dari Cina yang berharga murah dan mudah didapatkan di marketplace seperti Shopee. 

Di sisi lain, hal ini tentu berdampak kurang baik kepada perkembangan sektor UMKM di negeri ini, yang notabene kalah harga jual dibanding produk-produk sejenis buatan Cina yang bisa didapatkan dari marketplace seperti Shopee. 

Alhasil diferensi produk dibutuhkan, dan salah satu sektor yang paling bisa dipakai untuk bertahan dari serangan ekspansi produk asing adalah panganan. Dan itulah juga yang menjadi muara harapan banyak masyarakat Indonesia saat ini, yaitu berjibaku menjual panganan di tengah tekanan disrupsi dan pagebluk yang masih atau bahkan makin merajalela. 

Ya, pada akhirnya dengan alasan kebebasan mengemukakan pendapat, Ade Armando bisa saja bebas bersuara, demikian pula influencer kondang seperti Atta, Raffi, dan Andre, semuanya punya kategori pemirsanya masing-masing. 

Nah, sambil terus mengikuti perkembangan dialektika para akademisi, influencer, dan artis sinetron papan atas di negeri ini, tidak ada salahnya juga mampir-mampir ke Instagram @dapur_bu_yon, berikut di bawah ini link-nya:

https://www.instagram.com/dapur_bu_yon/   


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!