CHAPTER 133: TURBULENSI PEMECAH ISI KEPALA



Beberapa bulan terakhir, aku merasa berada di turbulensi pemikiran terhebat sepanjang sejarah hidupku. Iklim di dalamnya yang membuatku demikian...

Parahnya, suasana di dalam alurnya penuh hiraerki, suasana plot-twist yang memporak-porandakan tatanan sebelumnya. 

Sebenarnya, aku suka dekonstruksi dan post-strukturalis, serta mengasah kemampuan membaca pertanda (semiotika), namun yang aku rasa outputnya sejauh ini hanya terkungkung di dunia hampa, urgensi perkembangannya buatku terasa kabur dan semakin kabur, banyak ketidakjelasan.

Implikasinya sering menyesakkan, membuat kepala pening, aku tiba-tiba ngeri kena stroke pada sesuatu perjuangan yang absurd. Ya, ada memang iming-iming akan langit bisa membumi di sini, namun kegilaan seperti itu setidaknya memenuhi 3 (tiga) prasyarat utama, yaitu ide/gagasan, pembuatan rencana, dan realisasi atau aksi nyata.

Jika tidak sampai ke tahap ketiga, maka itu akan terhenti di awang-awang di langit-langit. Kalaupun kelak terjadi, ternyata normal-normal saja ternyata. Tidak segila ide dan rencana awalnya.  

Sebenarnya ada satu orang yang cukup gila dalam lingkaran pergerakan ini, namun kami tidak memiliki jalur koordinasi dan komunikasi. Kalaupun kami berinteraksi, hanya di tataran suplemen bukan di meja utama. 

Tapi aku tidak menyalahkan situasi itu, ini memang bukan ranah keahlianku selama ini. Lagian aku pun cuma diajak. 

Perjalanan dalam ruangan yang penuh enigma dan suasana feodal, serta komunikasi top-down dengan nuansa hiraerki. 

Aku jadi seperti bocah yang baru belajar merangkak di sini namun harus segera berdiri bahkan berlari cepat, demikianlah satu rasa di satu sisi. Sementara di sisi lain, di saat aku diminta mengeluarkan energi kemampuan terhebat yang bikin gereget, terlalu banyak rambu garis lurus yang membuatku sering terbentur dengan aksi yang salah saat aku menjadi diriku sendiri. 

Lama-lama bisa gila beneran jika berada di dalamnya, secara terus menerus. Bagaimana mungkin berlari kencang di jalan lurus, sementara aku begitu lama berjalan di alur yang bengkok dan kotor terkadang melintasi kubangan pula.   

Sudah sepekan terakhir kondisi kepalaku rasanya tidak seperti baik-baik saja. Mungkin aku sudah memaksanya berpikir dan bekerja keras, padahalnya kalau bicara hasil sama sekali belum ada di depan mata, yang ada malah utang malah sejauh ini. 

Dua hari terakhir, aku merenung, "Apakah aku sedang baik-baik saja? Apakah aku tengah membesar-besarkan masalah yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan?"

Lalu aku lihat satu-satu profil orang-orang yang aku tengah berinteraksi dalam sebulan terakhir, harus aku tengah berinteraksi dengan sejumlah orang yang punya masalah dasar di kehidupannya. Mulai dari yang basic bermasalah dengan pasangan hidup, malah ada yang sudah berpisah. Ada yang dikabarkan sudah punya "pos 2".

Ada yang sempat nyaris punya "pos 2" karena interaksi di media sosial dan punya saluran komunikasi yang sangat bermasalah dengan putra sulungnya. Ada juga yang punya rekanan mantan-mantan pejabat teras level kabupaten yang tengah mendiami lapas karena kasus korupsi dan gratifikasi. 

Ya, ada iming-iming, alur hidupku akan sangat berubah dari sektor ekonomi jika aku terus di dalam, namun sudah 5 bulan aku di dalam, belum ada tanda-tanda ganjaran bakal terjadi. 

Pekan ini hingga awal pekan kedua April 2021 hingga tanggal 10 April 2021, saya harus bertahan sebentar lagi. Jika tidak, saatnya memang mengubur mimpi yang setinggi langit-langit tertinggi ini, dan kembali melanjutkan hidup di ranah semenjana dengan segala sesuatunya, segala kondisinya, segala resikonya. 

Ya, di dunia ini memang aku tidak perlu penyesuaian lagi, tidak kikuk dan meraba-raba saat menjalaninya, meski secara finansial sering kali kekurangan. 

Ya sudahlah, terserah Tuhan, mana-mana saja yang terbaik. Toh, sejauh ini aku masih melangkah, semoga hidup dan nasib tidak sedang tengah mempermainkan, memperdayaku, dan berakhir pada sebuah kelambu yang berisi ZONK. 

Atas dasar pertimbangan kesehatan fisik dan akal pikiran, serta kemerdekaan diri, rasanya 10 April 2021 adalah batas akhir di perjalanan ini, apakah akan tetap lanjut atau tidak. Namun di 11 April 2021 jika situasi masih belum berubah, saatnya mengubur mimpi menjual Aerox kesayanganku untuk melanjutkan hidup, yang entah untuk berapa lama lagi. 

Terserahlah, yang terjadi dan akan terjadilah, sudah aku pasrahkan dan ikhlaskan sejak lama situasi terburuk sekalipun bisa tetap menyenangkan jika aku bisa menerimanya dengan IKHLAS. 

Ya, itu saja kuncinya, IKHLAS. 

6 April 2021

10:24 WIB 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!