CHAPTER 138: KEMBALI GAGAL JADI PEMENANG & KEMBALI BANGKIT SETELAHNYA



Huff, mohon jangan tanya lagi tentang soal napas yang tersengal-sengal setelah narasi enam bulan terakhir yang menyesakkan.

Saatnya melanjutkan hidup, kembali coba berakselerasi setelah jatuh di kesendirian. Kubilang, betapa teganya prank dari Tuhan yang terakhir ini...

Tapi kata biniku tercinta, "Semoga setelah ini Tuhan memberikan hadiah yang sesungguhnya."

Aku beberapa kali memang bilang sama bini di waktu-waktu yang lalu, "Perbaiki sikap dan cara pandang, bisa jadi kita bisa naik kelas."

Dan memang iya, kejadian yang lalu itu aku pikir titian menuju jalan menjadi miliuner adalah nyata. Beberapa titian anak tangga pun telah kupijak, aku sempat berpikir aku akan menang, tapi turbulensinya memang lebih dahsyat. 

Aku memang tidak dan belum terhempas, justru aku memilih mundur di saat yang aku pikir tepat. 

Apakah aku kalah sebelum waktu yang sebenarnya? Hmm, begini, kalau aku teruskan, situasinya makin keruh dan turbulensinya makin gak karuan. Itu memang saat yang tepat untuk pergi.

Maka kututup pintu itu dan kubuang jauh-jauh kuncinya, agar tidak ada lagi celah jalan untuk kembali. Kalau tidak salah The Cranberries yang pernah bilang, "Bumikanlah masa lalu."

Mungkin lho yah, namanya juga interpretasi bebas...

Nah, karena pintu sudah tertutup dan aku itu berarti aku sudah keluar dari ruangan itu, kini aku kembali di pertarungan hidup yang nyata lagi di saat disrupsi dan pandemi justru berjalan semakin ruwet. Dunia berjalan makin tidak baik-baik saja. 

Beberapa hari lalu, aku sempat baca sebuah judul artikel yang menyebut jika Menteri Keuangan di negeri ini bilang, ini adalah kondisi perekonomian terburuk dalam 150 tahun terakhir. 

Ya Allah, bagaimana aku bisa melanjutkan perjalanan ini? Bagaimana cara memulainya lagi, dan dari mana?

Tentu tidak akan ada jawaban sementara, suasana hening, dan hidup akan berakhir jika larut dalam suasana ketidakpastian ini, tapi tidak demikian semestinya hidup harus bejalan.

Aku hanya perlu menyapu kembali kabut-kabut yang ada di kepalaku dan hatiku, agar bisa melihat dan memutuskan segala sesuatunya lebih jernih. 

Bukankah aku kerap kali bilang, ini hanyalah ujian. Bukankah Tuhan tidak akan menguji kita melebihi batas kemampuan kita...

Ya, ini adalah sesi jeda setelah berlari panjang, pelan-pelan di waktu ke depan, harus ketemukan lagi titian-titian untuk kembali ke medan pertarungan, agar sesegera mungkin aku dapat bertarung lagi. 

Lalu apa yang kubutuhkan sekarang? Hmm, intuisi dan pertanda datanglah, izinkanlah aku kembali bisa membaca maknamu, ya, aku tidak akan menyerah.

Itu bukanlah alur yang ada di jalan pedang, bertafakkur dalam keheningan, pertajam intuisi untuk dapat menangkap dan membaca pertanda.

Bismillah, mari mulai lagi sampai memang titik penghujung waktu untukku benar-benar habis...

Bogor, 9 April 2021
14:53 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!