CHAPTER 123: SEBUAH PERTANDA (MUDAH-MUDAHAN)





Petang bergegas untuk datang di kawasan kota Semarang di tahun 2006 kala itu, saatnya untuk menyudahi perjalanan ratusan kilometer di hari itu.

Saatnya untuk jeda, mencari penginapan beristirahat dan ketemulah sebuah penginapan murah meriah. Hanya Rp 80 ribu (kalau tidak salah) dengan fasilitas dua single dipan dan kamar mandi dalam, serta sebuah kipas angin yang kaki tunggal jenjang panjang. 

Sebuah kamar yang bersahaja sederhana dan syahdu, namun selepas bersih-bersih mata nampaknya tidak ingin terpejam dini. Ada sebuah hasrat untuk keluar menyapa keheningan kota Semarang selepas hujan, meski tidak lantas di pusat kota. Lokasinya masih berada di pinggiran sebelum pusat kota. 

Jajanan angkringan khas buat para penyinggah klaster semenjana pun akhirnya dipilih untuk mengisi perut, sebelum kembali balik ke penginapan. 

Tepat di dekat penginapan dalam perjalanan balik, nampak sekelompok pemuda tengah nongkrong ditemani malam yang mendekati puncaknya pukul 12. Kusimpan dulu motor di parkiran dalam penginapan, lalu bergegas keluar lagi memberanikan diri menyapa mereka sekadar buat menghapus rasa kangen pernah ada di posisi itu di zaman putih abu-abu dan masa pengangguran sebelum momen Tamalanrea dulu. 

Alhamdulillah, anak-anak muda itu cukup ramah buat sekadar berbincang sejenak, sebelum sekitar pukul setengah dua dinihari kembali ke penginapan buat molor ngumpulin tenaga buat gas lagi menuju Bromo. 

Tidak butuh waktu lama untuk memejamkan mata pulas mengistirahatkan fisik dan atma, sebelum beberapa jam ke depan kumandang Adzan Subuh menggugah untuk bergegas bersiap lagi melanjutkan perjalanan. Dinginnya air di bak kamar mandi memang cukup untuk membuat badan menggigil, namun antusiasme untuk melanjutkan perjalanan menjadi penyemangat yang hangat sebagai penyeimbang. 

Ya, penyakit lama sinus memang tetap datang disertai bersin-bersin khas, namun tidak lama. Selepas Subuh menghadap, kupanaskan mesin motor kesayangan 200cc itu buat kembali membelah jalan menuju Solo, Surakarta. 

Langit di atas sana belum juga terang, cahaya masih malu-malu menyapa pagi, gelap masih mendominasi, dan bisa jadi harapan pun masih ikutan terlelap sesaat lagi. Handel gas motorku sudah menyalak menyentak mengeluarkan deru yang gahar di knalpot. Raungan mesin 200cc yang masih bisa kuingat sampai kini, yang meski kepingannya tidak lagi utuh. 

-

Momen kenangan tentang penginapan di Semarang itulah yang kembali menguak di memori saat terjaga pukul setengah tiga pagi di tanggal 28 Januari 2021, sehari sebelum peringatan hari ulang tahun bini tercinta semata wayang tersayang. 

Seorang kenalan baik yang semoga akan menjadi mentor ikhtiar baru ke depan mengirimkan beberapa dokumentasi foto dan video di smartphone jadulku yang semestinya sudah masuk era pensiun tapi dipertahankan sampai rezeki baru datang kembali untuk bisa mensubtitusinya. 

Ya, bangunan kamar-kamar berderet di sebuah bangunan di Subang, lengkap dengan gambaran dua single dipan dan kamar mandi dalam, serta kualitas bangunan yang nampak mulai tua butuh sentuhan renovasi mengingatkanku pada momen 15 tahun silam di Semarang itu. 

Sebuah kamar yang menyiratkan pesan yang sama seperti masa lalu, jika pagi baru akan datang beberapa saat lagi. Saatnya untuk bergegas bangun dari pembaringan, memulai hari, memulai ikhtiar dari sebuah lembaran baru. 

Ya, semoga bukan sekadar asa yang terhenti di shelter lamunan, semoga menjadi mimpi dan angan yang bisa terbumikan. 

Mudah-mudahan, sehingga aku bisa kembali ke trek aksi yang lebih banyak, melupakan interaksi yang banyak dengan sosial media, lebih banyak terpaku dalam diam dan bekerja berpikir bertindak, berupaya lebih sembunyi dari sorot dunia, kembali ke jalan-jalan usaha yang lebih hening meski penuh tantangan-tantangan besar yang butuh untuk ditaklukkan. 

Ya, semoga bukan sekadar asa yang terhenti di shelter lamunan, semoga menjadi mimpi dan angan yang bisa terbumikan. 

Itu saja dulu...

Bogor, 28 Januari 2021

07:17 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!