CHAPTER 120: RUANG SUNYI



Kemarin bini bilang, mungkin kami terus bertahan dengan rezeki2 yang tidak terduga, karena aku tambah religius.

Sebenarnya, tidak! Alhamdulillah, bisa bangun Tahajjud dan ngaji barang selembar dua lembar selama beberapa bulan terakhir bukan untuk meminta harapan sebagai prioritas utama, tapi lebih kepada berterimakasih atas segala nikmatNya sejauh ini, sekaligus menguatkan hati meneguhkan pikiran atas setiap cobaanNya.

Ya, cukuplah Tuhanku sebaik2nya pelindung dan tempat mengadu bersandar atas segala sesuatunya yang terjadi.

Itulah, mengapa mungkin aku membuat ritual dan caraku beribadah standar mentok diliterasi zaman masa SD-koe.

Buatku, agama adalah ruang sunyi, ruang hening, bukan ruang megah, pentas panggung utama dengan kilatan cahaya dan kerumunan orang.

Karena aku percaya, Tuhan hadir di keheningan yang syahdu, di Subuh yang dingin, dan memayungimu kala terik datang menghujam, memelukmu hangat kala hujan badai datang, dan menuntunmu senantiasa kala jatuh.

Ya, kualitas agama standar saja, bukan panggung gemerlap sejuta harapan, hanya lebih pada tempat berterimakasih dan meneguhkan hati, itu saja.

Catatan dari perwakilan cluster semenjana.

Bogor di waktu pagi, 26 Januari 2021, dan saatnya lanjut olahraga jempol main bola di PS anak2 sebelum yang punya pada bangun 😂😅☕👌

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!