CHAPTER 115: RAFFI AHMAD & POLEMIK VAKSIN (ANALISA KELAS SECANGKIR KOPI)



Iseng nunggu Adzan Dzuhur...

Waktu polemik Raffi Ahmad soal promosi soal saham2an, saya sepakat dia sepenuhnya keleru. 

Tapi ketika soal polemik foto setelah vaksin sih, menurutku masih abu-abu dan bisa jadi dia tidak salah. 

Kasus itu juga sekaligus menunjukkan orang pintar seperti Sherina Munaf dan Deddy Corbuzier belum tentu bijak dan belum tentu jadi kawan yang baik tidak menikam dari belakang. 

Mari mulai dari analisis pertama...

Kalau memang dilarang ngumpul2, mestinya dari pihak Istana sudah menyiapkan prokoler "do and don't" setelah prosesi vaksin dilakukan, jadi setiap orang yang bisa dapat kesempatan suntik vaksin pertama bisa tahu protapnya. 

Jika tidak ada, sebaiknya jangan serta merta salahkah Raffi Ahmad yang memang kelasnya sebagai influencer papan atas yang bakalan kumpul2 sama kawan2 baiknya seperti malam itu. 

Lagipula, foto itu di rumahnya Big Bossnya bisnis kuliner ayam2an asal Amrik, jadi soal protokoler preventif pencegahan penyebaran pagebluk mestinya jauh lebih tinggi ketimbang kebijakan pake toak tarik ulur rem darurat, cmiiaw...

Ya, memang sih bukan jaminan keamanan, orang virus ini saja masih bisa menjangkau Pangeran Charles. 

Jadi salahnya Raffi dimana? Ya, sebatas dia influencer paling terkenal di negeri ini bisa jadi contoh para penggemarnya untuk kumpul2 dengan temannya juga dan tidak mengindahkan protokoler dasar pencegahan pagebluk. 

Di situ sih kusut, karena tingkat intelegensi audiens lagi-lagi jadi polemik kemampuan memfilter informasi, apalagi sekarang kecenderungan media bukan lagi isi yang disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan...

Kasarnya, kalau Raffi Ahmad lakukan itu para penggemarnya akan melakukan meniru hal yang sama, tanpa lagi membedakan jika dunia yang dia tampilkan itu hanya kosmetik atau kalau pun dunia yang sebenarnya belum tentu cocok dan pas dipakai oleh penggemarnya. 

Tapi yang juga saya pengen soroti adalah sikap Sherina dan Master Corbuzier, mestinya kalau mereka kawan baik Raffi, tinggal japri saja, jangan malah ikutan menambah polemik potensi perdebatan lebih dalam di masyarakat.

Kalau mereka mau bijak, kenapa tidak menyorot yang punya hajat di rumahnya? Sekali lagi pintar sekali itu belum tentu bijak dan setia kawan, bisa jadi dengan kualitas integensinya malah semakin mempermalukanmu. 

Again, tapi itulah mungkin konsekuensi main di ranah atas, polemik dan potensi diserangnya keras, banyak orang yang ingin membuatnya jatuh termasuk kawan yang selama ini mengaku kawan baik sendiri, cmiiaw...

Di cluster semenjana dengan karakter bad boy abadi memang sih kusut juga berjibaku buat bertahan hidup, tapi persoalan terbesarnya cuma mengejar basis kebutuhan ekonomi, tapi potensi konflik dengan orang lain lebih kecil dan lebih minim...

Jadi semenjana dengan karakter bad boy yah memang harus siap main di jalan sunyi, sama seperti seorang tetangga kemarin ngomong ke gw, "Apa sih enaknya, Der, sepeda jauh2 sendiri?"

Dalam hati, gw bilang, jangankan naik sepeda, dalam banyak hal cluster dan karakter seperti itu sudah terbiasa melakukannya, mulai jadi "dokter" buat diri sendiri, ngantri tiket bioskop sendiri, jalan melenggang di antara teman2 sekolah yang coret2an lulusan sekolah, bisa ngobrol bertiga sama sepasang suami istri penjual soto gerobakan di sebuah jalan di Surakarta, nongkrong sama beberapa pemuda di sebuah jalan di Semarang selepas jam 12 malam padahal baru kenalan, sampai molor sendiri di SPBU di Plaosan karena capek motoran sendiri di kawasan Sarangan.

Ya, itulah enaknya, coba elu jadi Raffi Ahmad, kaya raya tapi tanggal 27 Januari 2021 kabarnya bakal masuk sidang pertama soal polemik foto bareng pasca vaksin itu... 

Kalau kata Kang Pidi Baiq, jadi anak bandel itu enak, karena dunia akan memakluminya kalau bandel, tapi akan mengapresiasinya ketika dia berbuat baik.

Hahahaha, yoi, jadi anak bandel abadi di cluster semenjana itu jadi salah satu ruang terbaik yang lebih bebas nilai. Jadi kalau orang banyak bilang, "Sultan mah bebas!", ternyata elu keliru, guys, jadi Sultan itu banyak juga yang pengen jatuhin dan ketawain elu...

Enggak percaya? Yasudahlah, namanya juga analisa kelas secangkir kopi, dan entar lagi Adzan Dzuhur nampaknya bakal datang, siap2 dulu menghadap sama "Idola" terbaik gw di sepanjang jalan, Sang Semesta 😉☕

Minggu, 17 Januari 2021

11:47 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!