CHAPTER 112: SEMESTA PENEMBUS BATAS ARTI PERSAHABATAN



Barusan gw senang banget, sahabat baik dari etnis Cina Singkawang hubungin gw, setelah kita putus kontak kayaknya lebih dari 10 tahun.

Bini gw saja sampai selalu ingat kebaikannya, baik banget lebih dari sodara sedarah. 

Dan uniknya dulu gw dan dia selalu ketawa2 main biliard bareng, tanpa pernah merisaukan soal warna kulit dan agama kita. Kalau sudah waktu Adzan, malah dia yang suka ingatin untuk Sholat. 

Begitupun dia kalau habis sembayang dupa di kamarnya suka keluarin pier hijau yang bau dupa, dia tanya, "elu mau makan gak, Der? Tapi sudah gw pakai sembahyang."

Gw selalu dengan senang hati memakannya, karena gw percaya sekali kawan baik tidak kenal agama, suku, warna kulit, dan golongan.

Beberapa tahun lalu, gw hanya tahu dia menghilang setelah bisnisnya jatuh, dan hari ini alhamdulillah, kawan baikku itu menghubungiku, "Der, elu masih ingat gw gak? Gw Asang."

"Anjay, tentulah gw ingat elu, sob. Elu kan sahabat baik gw, sodara gw."

Dan pembicaraan pun berlanjut, soal itu nantilah aku ceritakan, termasuk permintaannya untuk bantu usaha2 online...

Yah, bersenang-senanglah sepanjang tidak merugikan orang lain, mungkin toh besok kita sudah tidak ada lagi. Lagipula pagebluk dan disrupsi resesi ini mengajarkan kita hal yang sangat penting sekaligus mengerikan, "Mati kelaparan karena bisnis yang hancur, atau mati mengenaskan dihantam virus mematikan."

Apapun yang akan datang, bersiaplah tetap untuk tertawa, karena seperti yang beberapa kali kubilang, "Tidak ada bedanya mati kekenyangan karena terlampau kaya, dengan mati kelaparan karena terlalu miskin, kecuali soal nyali, keikhlasan, dan kebahagiaan menerimanya."

Itu saja.

Mau lanjut main game Marvel: Contest of Champions dulu, baru bobok... hehehe😅☕

Bogor, 8 Januari 2021

22:13 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!