CHAPTER 68: NGOBROLIN DUNIA KERJA DALAM SECANGKIR KOPI



Narasi ini hanyalah narasi kelas secangkir kopi seperti biasa, karena buka informasi pagi ini justru adanya kekisruhan di beberapa tempat terkait kebijakan yang baru disahkan di rumah parlemen negeri ini.
Saya tidak ingin ikut campur ke sana, karena bukan bidang saya, makanya sejak kemarin saya menahan diri untuk tidak ikut-ikutan sok tahu dan ikut campur pada hal yang saya sendiri sadar jauh dari wawasan untuk mengerti.
Saya juga tidak tertarik membaca ulasan pasal-pasalnya, karena hidup sudah terlanjur pelik tanpa hal-hal tersebut pula.
Tapi saya ingin berbagi wawasan kelas secangkir kopi yang saya pahami...
Dunia kerja di negeri ini kalau mau jujur sebelumnya pun tidak pernah terang benderang, khususnya terkait kebijakan perusahaan dan ataupun buruh yang dipekerjakan.
Pernah tidak buruh yang membandingkan klausul poin di kontrak kerja dengan aturan yang berlaku sesuai undang-undang negara? Rasanya kalaupun ada, pasti tidak banyak jumlahnya.
Bahkan, kalau dipecat dan di-PHK, seberapa banyak buruh yang paham haknya sesuai ketentuan yang dimuat dalam undang-undang negara? Rasanya pun kalau ada, pasti tidak banyak jumlahnya.
Setiap perusahaan pasti punya SOP dan kapasitas kemampuan yang berbeda, serta orientasi dan visi yang berbeda pula. Alhasil standar keinginan pencapaian yang dicapai pun pasti berbeda-beda, sehingga nilai apresiasi, ganjaran, dan katakanlah hukuman yang berlaku pasti berbeda-beda.
Yang saya lihat, baik di kalangan buruh, aktivis, dan akademisi (usang) di negeri ini masih banyak yang terpaku pada pandangan jika perusahaan adalah pohon rimbun tempat bernaung dan memetik mangga yang lebih aman.
Padahal dunia bergerak pada tataran yang tidak lagi vertikal, lanskap usaha sungguh berbeda di era digital dan potensi disrupsinya.
Dalam contoh kecil kelas secangkir kopi, Anda bisa mengunjungi kanal YouTube Neo Japan dan The Sinathrya.
Satunya milik masyarakat biasa bernama Dian yang menikah dengan wanita Jepang dan tinggal di Negeri Matahari Terbit. Dian yang asli Nusa Tenggara adalah potret orang biasa yang mencari nafkah dan mengejar cintanya hingga ke luar negeri.
Tidak punya motor, apalagi mobil, tapi semangat kerjanya sangat luar biasa. Sehari-hari hanya mengendarai sepeda, tapi coba simak jumlah penonton rata-rata videonya masih bisa dikatakan jauh lebih tinggi dan stabil ketimbang rata-rata video yang ada di kanal The Sinathrya yang dikelola pasangan artis Darius Sinathrya dan Donna Agnesia.
Pelajaran kelas secangkir kopi yang bisa dipetik adalah, kebesaran di masa lalu tidak bisa lagi dijadikan tolak ukur kesuksesan di hari ini dan ke depan.
Kita harus masing-masing bergerak menemukan formula baru untuk melanjutkan hidup ke jenjang lebih tinggi, sederhananya buat naik kelas atau naik ke level kehidupan yang lebih baik. Bahkan untuk mempertahankan apa yang ada, rumusnya kira-kira sama, harus ada formula baru.
Yang saya mau katakan, kita tidak bisa lagi memandang dan menempatkan perusahaan sebagai perusahaan besar tempat bernaung dan memetik mangga, karena ancaman disrupsi atau sederhananya bankrut itu sangat terbuka.
Sudah berulang kali saya kemukakan contoh nyata mengenai ancaman disrupsi yang memukul institusi-institusi yang katakanlah atau bisa disebut besar, seperti Blackberry, Friendster, Path, Nokia, Google Plus, Lehman Brothers, General Motors, Airy, Kodak, Pizza Hut, dan masih banyak lagi serta mudah Anda temui dengan hanya memasukkan kata kunci "perusahaan bangkrut" di Google.
Nah, jika Anda masih ingin menjadi buruh, memang seyogyanya bisa mengubah mimpi seperti pada generasi terdahulu, seperti posisi karyawan tetap, kalau dapat sih syukur alhamdulillah, tapi kalau gak bisa sampai ke situ pun mesti paham juga jika lanskap kompetisi yang dihadapi pihak garda depan perusahaan sebagai lokomotif utama pun tidak semakin mudah.
Kita memang tidak sempat lagi menghelas napas panjang, jika ingin tetap maju atau minimal bertahan dalam sistem, kecuali kalau kita ingin ikutin saran serangga, eh, maksud saya Rangga untuk berlari ke hutan seperti di AADC, TAPI kalau Anda masih ingin di sini berada dalam sistem yah apa boleh buat, harus bisa berani mengubah paradigma berpikir, bertutur, sikap, dan tingkah laku.
Kita tengah berada di lanskap atau medan pertarungan yang tidak mudah dengan empat tantangan super berat; ancaman badai disrupsi, ancaman resesi, pagebluk yang semakin meninggi grafiknya, serta industri agitasi yang semakin marak memproduksi informasi-informasi palsu untuk menyesatkan dan membakar emosi massa yang lugu nan awam.
Yah, bergeraklah tetap positif dan penuh semangat, karena hari ini dan seterusnya kita mungkin tidak lagi bisa beristirahat banyak, meski pun kita tidak hebat dan dibekali karunia kemampuan berlebih oleh Semesta, tapi saya percaya gerak positif dan antusiasme yang terjaga masih dapat menjadi bekal kuat menghadapi pertarungan, hari ini dan ke depan.
Klasik seperti biasa, kita bisa jadi kalah, terpukul, terjengkang dan terjerembab ke belakang, dan jika itu terjadi tidak perlu menangis, menyesal, dan mengeluh, itu bukan lagi urusan kita, biar Semesta yang menentukan takdir setelahnya.
Kita hanya perlu melawan sekuat-kuatnya melalui karya dan antusiasme, memikirkan dan menemukan pola-pola mekanisme perlawanan baru (seperti yang saya pelajari selama 2 - 3 tahun terakhir main game di Marvel; Contest of Champions😅☕️) , dan kalaupun kalah, saya hanya berpikir, belajar, dan memetik makna...
"Saya sudah bertarung dengan strategi terbaik yang saya tahu, kalah mah urusan nanti, this is war, truly wars seperti habis-habisannya pasukan The Avengers di Endgame."
Setiap lembar yang ada dan tersisa sekarang dan ke depan adalah momen pertarungan kita masing-masing, bertarunglah dengan amunisi terbaik.
Andalkanlah kemampuan dirimu sendiri dari Semesta, sekecil apapun amunisi itu, karena Iron Man sudah mati, dan Batman juga kabarnya lagi berjibaku untuk sembuh dari Covid-19.
Itu sajalah meracau pagi ini. Terima kasih telah mampir.
Bogor, 7 Oktober 2020 (07:33 WIB) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!