CHAPTER 332: MEMETIK PELAJARAN HIDUP DARI NAIK SEPEDA DI KAWASAN PERBUKITAN

 

jbkderry.com - Minggu 3 November 2019, sebenarnya ada beberapa bahan artikel untuk mengisi media kelas secangkir kopi kali ini, tapi akhirnya dari sekian tema yang berkelebat di isi kepala dipilihlah yang satu ini sesuai judul artikelnya.

Silakan simak juga artikel NAIK SEPEDA SABTU PAGI YANG BERBEDA DI DESA HAMBALANG.

Masih dari momen kembali menyapa Desa Hambalang, Sabtu 2 November 2019, setelah absen sekitar tiga bulanan, akhirnya di pagi hari itu Derry Journey kembali melaksanakan salah satu momen membahagiakan hati, tanpa perlu merogoh isi kocek yang dalam buat sampai sana.

 
Kumendan Mul yang suka usul buka rute baru.[/caption]

Di kantong celana buat naik sepeda, "hanya" ada duit Rp 55 ribu itupun pulangnya masih kembali Rp 10 ribu. Lumayanlah liburan yang terhitung murah meriah, sehat pula lagi.

Sesuai judul artikel, naik sepeda di kawasan perbukitan kayak ke Desa Hambalang itu senantiasa menyenangkan, hubungan emosional perkawanan pun terasa lebih nyaman dan hangat di sana. Mungkin karena semesta lebih mendukung.

Itu pelajaran hidup pertama yang Derry Journey bisa share, yaitu interaksi antar manusia jadi lebih intim saat berada di kawasan alam yang sejuk, penuh pemandangan hijau, serta kualitas udara yang lebih bersih untuk dihirup.

 
Om Supri yang paling kuat gowes di komunitas Kopi Ireng.[/caption]

Pelajaran kedua, adalah bersepeda di kawasan tanjakan seperti ke arah Desa Hambalang itu seperti proses umum menjalani hidup, khususnya di saat di dera cobaan. Bayangkan saja, untuk sampai ke pos 1 (warung pertama) selepas gerbang Desa Hambalang, itu jaraknya sekitar 3,5 km dari jembatan menuju kawasan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Sentul, dan itu mayoritas harus melalui jalan menanjak dan kelokan khas perbukitan atau pegunungan.

Untuk bisa sampai ke sana (pos 1), ada beberapa strategi. Pertama, bisa gowes dengan penuh semangat dan tenaga, tapi resikonya bisa kehabisan napas tidak berapa lama kemudian. Ada juga sih yang memang sudah terbiasa, bisa tetap penuh tenaga dan semangat, tapi menurut pengamatan Derry Journey sejauh ini, jarang.

Kalau sudah kehabisan napas, biasanya pegowes alias pesepeda biasanya selonjoran di trotoar, atau cukup menghentikan laju sepeda sebelum dapat napas lagi buat melanjutkan upaya gowes.

 
Om Naryo yang piawai menjaga ritme pas gowes di tanjakan.[/caption]

Cara kedua yang biasanya Derry Journey pakai saat ini adalah membuat ritme terpadan strategi genjot pedal yang konsisten. Tidak perlu cepet-cepetan, tapi yang penting konsisten, karena ini bisa menjaga momentum tenaga lebih panjang hingga ke atas atau tujuan yang diharapkan.

Makanya kalau banyak pandangan yang mengatakan saat ini, harus bisa berubah jika ingin tetap bertahan dengan zaman yang dihadapi, menurut Derry Journey tidak mesti sepenuhnya benar. Ada kalanya kita hanya perlu konsisten dengan ritme dan jalan kita, tanpa harus berpatokan pada pandangan orang lain.

Sebagai contoh, kerap kali sepeda Derry Journey kalah spesifikasi dan bisa dilalui oleh pesepeda yang kualifikasinya jauh lebih bagus pas melibas tanjakan menuju Desa Hambalang, ataupun kadang ketemu dengan pesepeda yang selain spek sepedanya lebih mantap, usia pesepedanya juga lebih mudah dan lebih bertenaga.

 
Om Kis yang bisa disebut sebagai dedengkot komunitas Kopi Ireng, sekaligus yang selalu menghidupkan suasana. Pokoknya kalau gak ada doi gak rame.[/caption]

Kalau menghadapi hal seperti itu dan terpengaruh, resikonya bisa merusak ritme dan fokus kita ke tujuan. Sederhananya, gowes di tanjakan ke Desa Hambalang ataupun di rute sejenis misalnya ke titik 0 KM Bojong Koneng via Bukit Pelangi, setiap pesepeda yang baik (menurut Derry Journey) hanya perlu fokus pada ritme yang ada pada dirinya sendiri masing-masing.

Pelajaran ketiga, naik sepeda di kawasan perbukitan dan pegunungan seperti ke Desa Hambalang ini juga acap kali disertai dengan godaan untuk menempuh rute baru, seperti yang Derry Journey lakukan bersama empat kawannya di hari Sabtu itu.

"Coba jalan terabas menuju kantor Desa Hambalang, yuk," kata Derry Journey kepada empat kawannya.

Setelah menimbang-nimbang, meski di tengah kondisi terik matahari yang lebih panas di musim kemarau seperti saat itu, akhirnya diputuskan untuk melalui jalan terabas itu. Melewati jalanan kecil dan pemukiman yang ternyata cukup padat penduduk di beberapa titik, sebelum ketemu kembali dengan kawasan alam dan perkebunan, plus yang paling menantang adalah jalan tanjakan dengan level kemiringan yang cukup menggetarkan nyali.

Sudah begitu jalannya selain menanjak dengan level kemiringan menantang, juga trek tanjakannya cukup panjang, dan di beberapa titik berbelok-belok. Meski cukup berat, dan memaksa kami beberapa kali mendorong buat tetap melaju ke atas, hikmah yang terbayar adalah pemandangannya di atas ketinggian itu indah nian.

Naik sepeda di medan tanjakan panjang dan berkelok seperti ini mengajarkan kita pribadi yang lebih tangguh dan gak boleh cengeng jalanin hidup.[/caption]

Rasanya bersyukur banget bisa jadi orang Indonesia, dengan kualitas pemandangan alam yang indah mudah ditemui seperti di kawasan Desa Hambalang.

Nah, itu pelajaran hidup ketiga yang Derry Journey bisa petik dari perjalanan kali ini. Terkadang hidup itu harus melalui tanjakan panjang dan berbelok-belok, tapi saat setelah berhasil dilalui meski dengan susah payah sekalipun, itu rasanya juara, seperti ekspresi kami menjelang ketemu jalan raya lagi menuju kantor Desa Hambalang.

Kami pun berlima meminta beberapa kali pada pelajar SMA yang tengah berjalan kaki di jalan itu, untuk memotret kami dengan latar belakang menara yang di puncaknya ada bendera Merah Putih yang tengah berkibar.

Terima kasih, Indonesia, untuk alam dan segala keindahannya. Yuk, sama-sama jaga keindahan alam negeri kita.

Hidup, Indonesia.

https://www.youtube.com/watch?v=F9b0AICC0h4&feature=youtu.be

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!