CHAPTER 330: PELAJARAN KESUNGGUHAN HARI DARI BAPAK TUA

the_little_boy_and_the_old_man_by_crispy_gypsy 

sumber image: http://orig11.deviantart.net/06c8/f/2009/063/5/8/the_little_boy_and_the_old_man_by_crispy_gypsy.jpg[/caption]

Digendong anak sulungnya berusia delapan tahun, pria usia 60an tahun berpostur kecil itu. Ia seolah mendobrak pandangan "kasih ibu sepanjang jaman."

Sudah setahun lebih ia mengantar putra sulungnya terapi yang dari tempat tinggalnya di dekat Masjid berjarak sekitar dua kilometer.

Jangan bicara soal kesungguhan hati, ketabahan dan kesabaran. Meski terpaut jauh dari usia ketiga anaknya, bapak tua itu sudah sampai ke Tanah Suci. Bukan umroh tapi HAJI.

"Saya kerja ikut di yayasan, ada pesantren dan masjid. Saya bantu bersih-bersih di sana sejak lama, sudah cukup lama adalah puluhan tahun. Di sana saya kerja bantu-bantu saja, sampai suatu ketika ada orang yang menawarkan saya untuk berangkat haji," katanya pada Zaki, sambil menunggu anaknya diterapi.

Bayaran per pertemuan terapi anaknya juga tidak murah, sekitar Rp 75 ribu sampai Rp 85 ribu per pertemuan, hanya sejam pula.

Zaki jadi ingat pandangan salah seorang kritikus pendidikan asal Brasil Paulo Freire, jika sekolah adalah kapitalisme yang licik. Dipelonconya para orang tua murid, bukan untuk mencerahkan utamanya, tapi buat biaya pelesiran saat musim libur tiba.

Keteguhan hati bapak tua itu seolah meluruskan pandangan yang lain, jika jalan Tuhan melebihi kemampuanmu meski kamu kaya raya sekalipun dengan harta hasil kongkalikong mencari celah hukum dan undang-undang yang super karet.

Jadi jangan pernah meyakinkan kuasamu di atas KuasaNya, jangan pernah.

"Anak saya yang bungsu ini baru keluar dari rumah sakit dua hari lalu. Kasihan, lima hari dirawat karena kena demam berdarah," katanya seminggu kemudian, sembari membopong putri bungsunya yang berusia dua tiga bulan.

Putri kecil yang putih, bersih dan cantik. Pakaiannya pun bersih. "Anak saya kedua lagi sekolah TK," kata pria tua itu lagi pada Zaki.

Pakaian kedua anaknya pun rapi dan bersih.

Zaki yang tengah sarapan pagi soto ayam madura di kompleks perumahan, seksama mendengarkan.

Ia memang kerap bertemu bapak tua itu seminggu sekali di pedagang gerobak soto ayam madura di kompleks perumahan di depan perkampungan tempat kosnya.

Bapak itu masih sabar bercerita, hingga tidak terasa sejam telah berlalu dan putranya sudah menunggu di depan rumah terapi itu. Pria tua itu segera pamitan.

Sejurus kemudian, Zaki hanya menatap pungung bapak tua itu. Ia pulang menggunakan ojek kali ini, mungkin karena dia harus membawa dua anaknya di tengah kapasitas energi yang sudah tidak lagi utuh.

Bogor, 28 April 2016

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!