CHAPTER 340: SEPEDA KUNING DAN HUJAN YANG MEMBAHAGIAKAN

 Sepeda kuning sudah bersih kembali. 

Sepeda kuning sudah bersih kembali.[/caption]

Pernahkah Anda berbahagia karena hujan dan kehujanan? Saya pernah, setidaknya di hari Sabtu 7 September 2013.

Waktu di rumah menunjukkan pukul 4 sore, dan setelah melaksanakan ibadah shalat Ashar, sepeda kuning MTB kuning yang lama tergeletak di gudang aku keluarkan. Cukup lama sepeda ini tidak difungsikan, sehingga kedua bannya kekurangan udara alias kempes.

Setelah memompanya di bengkel motor di depan perumahan, mulailah sepeda aku kayuh. Di bawah langit yang tengah bersiap menumpahkan limpahan air melalui awan hitamnya, ada sebuah ambisi yang ingin aku toreh sore ini, bersepeda hingga kawasan Pemda Cibinong. Sejak membelinya sekitar bulan Februari 2013 lalu, butuh nyaris tujuh bulan hingga sepeda kuning diajak sejauh ini.

Sepatu multi fungsi; lari dan bersepeda, kehujanan.  
Sepatu multi fungsi; lari dan bersepeda, kehujanan.[/caption]

Seperti pendapat yang teramat sering diperdengarkan, olahraga itu penting, karena sehat itu mahal kalau tidak dijaga. Dengan semangat itulah, pedal sepeda terus aku kayuh. Meski kemudian hujan turun dan semakin deras, pedal sepeda terus berayun naik turun tanpa surut. Banyak pemandangan cukup menghibur sepanjang jalan dengan empat lajur yang lebar di kawasan pemda kabupaten Bogor.

Mulai dari melihat persiapan pemilukada bupati di kawasan sentral pemerintahan kabupaten Bogor yang sedianya dilaksanakan hari Minggu (8/9). Pemandangan lainnya, menyimak pembangunan sebuah mall megah yang nampak siap rampung sebelum tahun 2013 berakhir. Di sini nanti, rutinitas belanja kebutuhan bulanan dan mengajak anak - anak berakhir pekan sedianya dilakukan. Tidak perlu lagi begitu jauh. 

Hujan turun semakin deras, dan sepeda kuning pertama kali ini diguyur hujan sedemikian deras. Benakku mengiangkan sebuah pesan, kini semua kendaraan di rumah dalam keadaan kotor karena hujan dan belum dibersihkan. Hmm, sebuah tugas yang harus segera dilakukan. Menurut pakar otomotif, kandungan asam pada air hujan bisa menjadi pencetus karat pada kendaraan. Hal yang tentu sebaiknya dihindari bagi individu yang sayang dengan kendaraannya, dan tetap sehat selama dikendarai.

Kembali ke sepeda kuning dan hujan deras. Saat sepeda kuning menuju arah pulang, air hujan menjelma bak soal ujian yang semakin sulit. Uniknya benakku justru menggumamkan sebuah pesan jawaban. Guyuran air hujan lebat itu ternyata seperti menjadi penghapus sebuah ketakutan dan trauma yang cukup lama mengendap selama beberapa tahun terakhir.

Ya, sejak Oka pertama kali sakit sekitar tiga tahun lalu, begitu banyak pantangan yang rasanya mengikatku untuk bergerak. Ada sederet mitos dan pantangan yang membuatku keluh dan makin kaku. Untunglah badai satu ini malah mencetuskan sebuah jawaban melegakan, jika semua kejadian adalah bagian dari proses kehidupan dengan makna. Ya, seiring putriku yang kembali pulih pada 1,5 tahun terakhir, semangat dan kepercayaan diriku perlahan kembali sumringah.

Senangnya hatiku akan hujan yang membahagiakan hari ini, membuat pedal sepeda mengayun lebih kencang di beberapa tanjakan jalan yang cukup terjal. Hingga sebuah tanjakan paling menantang menanti sepanjang sekitar 50 meter, jelang jalan pulang. Pedal sepeda mengayun lebih kencang pada posisi gigi paling enteng. Beberapa meter sebelum tanjakan berakhir, kedua otot paha pengayuhnya terasa menyerah. Alhasil sepeda kuning itu melanjutkan perjalanan dengan dituntun. 

"Lumayanlah untuk kali pertama. Semoga masih ada kali lain, semoga."

Sesampainya di rumah, Bunda berujar saat membukakan pintu, "Sudah tahu, mau hujan masih nekad main sepeda."

Hmm, istriku tidak tahu jika hujan kali ini justru sebuah berkah yang mengajarkan aku sebuah jawaban, jika ada banyak alasan untuk berbahagia di kehidupan ini. Terima kasih, Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 273: KISAH PERCINTAAN PETER PARKER PALING KEREN ADA DI SINI

CHAPTER 272: BAHAS AKTOR NOMOR 7 TERKAYA DI DUNIA TAHUN 2019 ADAM SANDLER