CHAPTER 45: PENGEN NULIS TENTANG HIDUP SEKALI LAGI


Cepat atau lambat hidup ini pasti berakhir, cuma saya lantas terpikirkan saat ini, ingin menjadi apa di sisa waktu ke depan...
Sepekan terakhir, saya setidaknya dua kali menyimak dua pernyataan yang kira-kira senada, "Jadilah maksimal!"
Entah kenapa, saya malah kurang sependapat. Saya berpikir, kalau kita mengambil terlalu banyak dalam hidup, hidup pun pasti minta keseimbangan yang sama, Anda harus memberi lebih banyak.
Itu hukum keseimbangan yang saya percaya.
Saya melihat dua orang kenalan yang begitu gencar mengejar titik maksimal, seorang tetangga di kawasan perumahan dan seorang kawan baik yang sudah cukup lama kami tidak bersua, nampak semesta pun menyerap kesegaran energinya.
Keduanya tambah mapan, tapi nampak jelas lelah dan menua, lebih dari masa-masa mereka ketika keduanya masih berjuang dalam taraf yang bisa disebut biasa-biasa saja seperti masyarakat kebanyakan pada umumnya di negeri ini.
Saya? Di tengah kejatuhan ini, saya justru seperti bisa mengambil hikmah untuk lebih rileks menjalani sisa hidup.
Saya jelas belum berhenti, tapi rasanya belum ada mimpi-mimpi besar yang mencuat, selain berusaha sebisa mungkin membesarkan Dapur Bu Yon, bini semata wayangku tercinta.
Saya berharap, ikhtiar biniku ini bisa mengantarkan dirinya pada mimpi2 besarnya secara personal, Aamiin.
Termasuk mungkin di antaranya bisa ketemu Oppa2 langsung di negerinya.
Saya sendiri? Hmm, setelah badai disrupsi, ditambah badai pandemi, saya jadi berpikir dan memutuskan menurunkan level ambisi.
Saya lebih ingin menikmati hidup setidaknya untuk diri sendiri dulu. Bukan berarti egois, buat saya, anak-anak tetap prioritas utama juga, tapi saya jujur tidak lagi menyimpan ambisi besar yang ingin dititipkan ke mereka.
Saya cuma bilang khususnya ke abang Rasy dan Keanu, sebisa mungkin jangan jadi pegawai, jadilah pengusaha dan boss biar kalian yang gaji orang. Jangan juga orang yang menyusahkan orang lain, dan terpenting jangan pernah tinggalkan Shalat, sebisa mungkin di awal waktu.
Hanya itu.
Ya, badai disrupsi dan ditambah badai pandemi ini telah menyingkap banyak rahasia di dunia, jika sekaliber Amerika Serikat dan Inggris pun tetap manusia biasa yang punya banyak kelemahan.
Mereka boleh lebih berpendidikan dan lebih maju peradabannya, serta lagi teknologinya, tapi dua badai tersebut di atas, juga menunjukkan jika nikmati hidup bukan sekadar uang, teknologi, kemajuan peradaban, dan teknologi semata.
Ternyata menikmati hidup pun bisa kita nikmati di sini, di negeri tercinta yang acap kali dipikir terbelakang ini.
Bisa tetap sehat, bisa makan dan minum, serta tidak kalah pentingnya rasa bahagia dan senang yang ada di dalam diri belum tentu dimiliki oleh orang-orang yang peradaban teknologinya lebih maju.
Gak percaya? Intinya, nikmati sajalah hidup kita di ruang masing-masing sekarang, karena tidak ada hidup yang sepenuhnya sempurna, pasti ada kelemahan dan ada pula yang dikorbankan untuk sebuah ambisi besar.
Itu sajalah, saya mesti bergegas mengantar pesanan seorang kawan baik. Ada dua toples, masing-masing satu toples kue kacang almond dan puteri salju yang mesti diantar sore ini.
Bogor, 28 Juli 2020
16:02 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!