CHAPTER 43: HARGA AYAM KAMPUNG & DILEMA DAPUR BU YON


Semenjak om Kencleng, tetangga di kawasan perumahan yang punya kandang ayam kampung gak bisa pasok kebutuhan ayam kampung buat Dapur Bu Yon.
Mau gak mau, kami, saya dan bini terpaksa putar otak cari harga termurah, tapi belum dapat pemasok yang langsung dari kandang seperti om Kencleng.
Itulah kami tidak bisa lagi menjual seperti harga awal. Sempat patok harga Rp 70 ribu per ekor ternyata kata bini, marginnya buat beli cabek doang, ayah.
"Capek kalau harga segitu."
Ya, sebagai orang yang mesti belajar berbisnis kuliner, kami lupa memperhitungkan penggelembungan bahan baku bumbunya yang masih fluktuatif dan bahkan mesti muter ke beberapa penjual baru dapet, misalnya air kelapa untuk Ayam Bakar Solo, terkadang kami taktisi dengan menyimpan duit di warung Ucok, agar air kelapa yang dibeli orang gak dibuang, biar kami beli, itu bisa menimalisir biaya bumbu, daripada harus beli kelapanya sekalian yang bisa 2x lipat lebih mahal.
Idealnya di waktu dipasok Om Kencleng pun, banderolnya di harga minimal Rp 80 ribu per ekor, amannya sih di Rp 85 ribu per ekor, baru ada lebihan yang lumayan kata bini.
Parahnya sejak om Kencleng gak bisa pasok, spare harga dengan langganan baru bini selisihnya bisa sampai Rp 10 ribu - Rp 15 ribu per ekor, bahkan bisa tembus perbedaan harga sampai Rp 25 ribu dari harga di Om Kencleng.
Kata penjualanya, untuk yang spare Rp 25 ribu memang ukurannya lebih besar. Otomatis untuk menjaga potensi margin yang lumayan sehat, kami pun dengan berat hati menaikkan harga sesuai banderol ayam kampung yang dikasih bapak penjualnya itu.
Tadi pagi, salah satu ayam yang kami beli buat pesanan besok pun jadi ruang tekor kami yang pertama, setelah diolah lebih dari biasanya, dagingnya tetap terasa agak keras.
"Jangan, mending kita beli baru saja, beresiko kalau kita mengecewakan pelanggan," kataku pada bini.
"Setuju, ayah, yang itu buat di rumah saja," timpalnya.
Maka berangkatlah aku ke bapak pelanggan itu guna membeli satu ekor lagi.
Alhamdulillah Jumat besok, 24 Juli 2020, saya akan berjibaku sebagai kurir Dapur Bu Yon buat ngantar ke tiga tempat; 3 lusin Korean Garlic Cream Cheese Bread, 3 lusin Roti Jabrig Lumer, 1 ekor ayam bakar solo berukuran sedang, dan 1 ekor ayam bakar taliwang berukuran sedang."
Kembali ke soal perburuan ayam kampung selepas Dzuhur tadi ke bapak itu, dia ternyata bisa kasih harga seperti om Kencleng asal pembelian minimal 4 ekor.
Nah, persoalan besar ayamnya sih saya tidak tahu apakah sama ukuran besar dan bobotnya dengan tempat om Kencleng, tapi ukuran ayam yang setara harga di Om Kencleng itu memang terhitung rada kecilan dari yang biasa kami beli di situ (tempat itu).
Soalnya kalau beli di bapak itu disembelih ayamnya depan kita, jadi lihat ukuran aslinya, sementara kalau di Om Kencleng sudah diplastikin dan dicabutin bulunya.
Saya pun belum bisa sampaikan hal ini ke bini, karena dia masih super sibuk buat melayani kebutuhan pesanan besok.
Hari ini pun untuk pertama kalinya, Dapur Bu Yon mengirim pesanan via Paxel, meski nyampenya sih paling cepat jam 6 sore sampai pukul 10 malam estimasinya, tapi karena kawan baik yang memesannya mintanya demikian, saya pun turutin.
Nanti kalau bini sudah agak senggang, saya akan coba ajak ngomong soal harga ayam dari bapak itu.
Kalau dia setuju, mungkin ke depan Dapur Bu Yon bisa jualan ayam bakar di harga Rp 80 ribu - Rp 85 ribuan, tapi untuk itu saya mesti minta pesetujuan bini dulu.
Hmm, sementara itu dulu, nanti simpan2 tenaga buat nulis hal yang lain.
Bogor, 23 Juli 2020
17:30 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!