CHAPTER 59: 2 SEPTEMBER 2020 & DUA GARIS BIRU



Pagi ini, selepas Subuh, bini buru-buru masuk kamar mandi dan tidak lama kemudian berujar dengan intonasi suara cukup kencang, "Positiffff, ayah."

Aku yang tengah duduk di kursi makan bersiap menyapa tanjakan Bojong Koneng dengan sepeda, tiba-tiba terasa terserap oleh tenaga magnet dan enggan beranjak dari posisi itu. Sementara benakku seketika melayang sejauh mungkin di udara, meski mungkin tidak terlalu tinggi pada kenyataannya. 

Akhirnya, hal yang tidak pernah kubayangkan dan kuharapkan terjadi; punya anak laki di usia semestinya mulai berpikir jadi kakek. 

Mungkin aku memang terlalu bandel, jadinya Tuhan dengan senang dan murah hati mengujiku dengan hal-hal yang mungkin terasa unik dan lucu. 

Wow, punya anak di usia setelah 40 tahun, "Tidaaaaakkkkkkkkkkkkkk!"

Tapi weitz, tunggu dulu, ini tetap saja berkah juga, setiap nyawa semestinya sangat berharga, bukan?!

Toh, ini adalah anakku sendiri, darah dagingku.

Kakak Oka langsung bersungut, "Aku gak suka punya adik lagi, mana lagi gak punya duit lagi. Semoga adiknya mati saja."

Aku ingin marah, tapi sedetik kemudian kutahan, "Tidak boleh begitu, nak. Ini adalah berkah mahluk dari Tuhan, harus kita hargai dan sambut biar bagaimana pun."

Sejujurnya, waktu mengutarakan hal itu, aku pun tidaklah dalam kondisi seteguh itu. Ada perasaan gamang tentu, bagaimana menjalani proses kehidupan berikutnya. 

Sudah sekitar 2 - 3 tahun terakhir, dunia bisnis kecil-kecilan yang aku tekuni sejak 14 tahun silam mulai terhantam badai disrupsi. Mana di tahun 2020 ini, datang pula badai pagebluk yang semakin memporak-porandakan upaya logis melanjutkan perjalanan dan pertarungan hidup. 

Reaksi abang Rasy pun tidak nampak bergembira, mengetahui akan punya adik lagi. Hanya Keanu yang awalnya resisten, pagi ini justru nampak cukup gembira dirinya bakalan jadi abang, kalau kandungan dan persalinan Bundanya nanti lancar. 

Aku tiba-tiba kangen dan sekaligus agak merasa kehilangan, mengetahui si lucu yang lincah, cerdas, dan cekatan Keanu dalam waktu tidak berapa lama lagi tidak lagi menjadi anak bungsuku. Meski demikian, insya Allah, aku akan selalu mencintai dan menyayangi anak-anakku sebaik-baiknya yang aku bisa. 

Kutenangkan jiwaku kemudian, dan bukanlah hal yang sulit. Beberapa waktu terakhir, rentetan badai dalam 2 - 3 tahun terakhir, membuat jiwaku lebih tenang menghadapi hidup. 

Sudah beberapa waktu terakhir memang aku lebih relaks menatap dan menjalani hidup, yang semestinya tidak semakin mudah tantangannya ini. 

Aku coba menalar, betapa cukup jauh rentang usiaku dengan anak yang bakal lahir ini nantinya. Meski mungkin terdengar agak aneh awalnya nanti barangkali, jika dia memanggilku "Ayah" di posisi rentang usia yang selayaknya dia sudah pantas memanggilku "Kakek" atau "Opa". 

Teringat dua hari lalu seorang kawan SMA yang keanggunannya mirip cerita Dewi Kwan Im bilang, "Anakku sudah dua yang sarjana, Der."

Bah, sementara anak sulungku sendiri baru usia menjelang 13 tahun.

Sejenak waktu terasa berhenti pagi ini, hanya sesaat, dan selanjutnya ingin melanjutkan niatan berlari menyapa pagi atau sekalian menyapa kawasan alam di dataran tinggi Bojong Koneng, namun urung. 

Aku harus menemani Bu Yon yang tengah mengandung anak kelima kami ke dua tempat untuk belanja bahan baku, di kawasan Bambu Kuning dan Perdep, pasalnya ada pesanan yang harus diantar di hari Kamis besok. 

Niatan mengejar durasi olahraga minimal 90 menit per minggu pun nampaknya akan bolong lagi di pekan ini, setelah Selasa kemarin rasa malas juga membuatku urung berlari. 

Mengendarai si Bendera, nama Mio seken keluaran 2011, benakku menutup catatan pagi ini, "Ini adalah berkah biar bagaimana pun juga, tanpa kuasa Tuhan segala sesuatu bisa jadi terjadi dan atas kuasa Tuhan pulalah setiap persoalan akan terselesaikan."

Hati pun damai kembali, dan narasi kehidupan semenjana ini pun kembali berlanjut, terselip sebuah doa, semoga kelak dalam waktu tidak lama lagi semuanya dapat berjalan lebih mulia dan bahagia buat kami, Amin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!