CHAPTER 173: KAWAN-KAWAN YANG PULANG DI USIA 40AN TAHUN



Dalam 2 tahun terakhir tercatat begitu banyak kawanku yang "pulang" duluan di usia 40an tahun. Coba kuingat-ingat nama-namanya...

Ada Kiki di Jakarta, Reza di Jakarta, Sunan di Surabaya, Rischi di Jakarta, Resa di Jakarta, Nyong di Ternate, Ucup di Jakarta. 

Nama-nama itu adalah lingkaran dekat permainanku. Ada kawan kuliah, ada kawan seprofesi, ada kawan nongkrong yang sudah kayak sodara. 

Sungguh cepat waktu berputar, satu-persatu sudah pindah ke dimensi kehidupan berikutnya. 

Aku sendiri, meski tengah tertatih-tatih, berusaha tetap optimis dan melanjutkan sisa hidup. Semoga masih agak panjang, mengingat anak-anakku banyak dan masih kecil-kecil. Mereka butuh biaya dan panutan hidup. Meski hanya sekelas secangkir kopi, aku sudah berusaha sebaiknya menjadi ayah yang cukup lumayan buat mereka. 

Kemarin lihat vlog Vindes yang bintang tamunya Fiersa Besari. Ada penggalan yang menurutku cukup menggelitik, yaitu evolusi manusia itu kini berkembang makin cepat dan cenderung merusak bumi. 

Ya, kata Fiersa Besari dari literasi bukunya "Sapiens" (kalau tidak salah itu judulnya), disebutkan jika manusia itu adalah seyogyanya mahluk perusak bumi. Itu pasti, pertanyaannya seberapa cepat atau lambat manusia merusaknya. Jika lambat, maka ekosistem bumi masih punya waktu untuk berkonservasi. Namun jika cepat, maka kerusakan lebih parah adalah keniscayaan yang sulit dihambat. 

Saya sendiri percaya, kemampuan manusia merusak bumi sebanding dengan dampak kerapuhan yang mereka akan terima. Tidak perlu sulit mengukurnya, dampak pembangunan pemukiman misalnya, umumnya akan berdampak pada potensi bencana alam yang lebih besar, karena daerah resapan jadi berkurang. 

Atau kalau mau bicara teknologi misalnya, seberapa banyak serapan Internet of Things (IoT) dibanding dampaknya, baik untuk perbandingan jumlah manusia yang dirangkul atau dihempaskan, atau dampak psikologisnya misalnya berkurangnya interaksi langsung, hingga munculnya generasi mager alias males gerak. 

Hal-hal yang bersifat fakta yang berseliweran itu cukup mengantarkanku pada satu bentuk kesadaran sederhana, pada akhirnya masa kesendirian itu akan datang tanpa bertanya kita siap atau tidak. 

Hiruk-pikuk ini akan berakhir, keangkuhan, kepongahan, popularitas, singgana, dan kejayaan akan berujung pada kenangan semata, mau berjaya dengan kenangan nama buruk, atau biasa saja tanpa meninggalkan kesan sama sekali. 

Itu saja. 

Bogor Coret, 16 Februari 2022

17:06 WIB (hujan lebat di sekitar rumah) 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!