CHAPTER 153: SEKALI LAGI SOAL PERJALANAN HIDUP (CATATAN DI PENGHUJUNG MEI 2021)



Beberapa hari lalu, saya menyimak sebuah narasi di linimasa seorang senior yang jadi seorang pembesar di sebuah ormas pemuda keagamaan di negeri ini. 

Kata di narasi itu intinya, "Jangan berteriak agar didengar, jangan mencari uluran tangan. Bersabarlah dalam kesendirian, karena kita akan kembali padaNya dalam kesendirian."

Makjleb pesan tersebut buat daku. 

Beberapa kali mengalami momen "Save by the bell", saya tentu harus bisa bersyukur padaNya, setelah bisa tiba hingga di titik sini. Hal yang sulit adalah ketika menjalani titik ini dalam kondisi masih ada hal yang dikhawatirkan, yaitu masalah keterbatasan dana dalam melanjutkan perjalanan hidup. 

Tapi takdir memang kuasaNya penuh, seberapa keras pun manusia terkuat berupaya, bekerja keras, dan berdoa. 

Saat momen yang ada seperti ingin menggerusku lebih dalam, aku coba mengingat banyak hal yang sudah lalu. Ada seorang sahabat baik yang tidak sempat bertemu anak pertamanya, meninggal dalam kecelakaan. Ada seorang kawan yang sukses di perbankan dan istrinya yang seorang dokter, namun meninggal di usia muda mereka dan meninggalkan beberapa anak yang masih kecil. 

Ada seorang kawan kuliah yang pernah sekantor "pulan" duluan tahun lalu di usia 44 tahun, dan meninggalkan dua puterinya. 

Aku untuk itu masih harus bersyukur, masih dikasih sehat olehNya dan bisa berkumpul dengan bini serta empat buah hati kami. 

Ya, intinya memang harus bisa menggali momen-momen yang pernah ada, atau sudah ada, atau yang mungkin nampak di sekeliling sebagai literasi atau referensi untuk merangsang pikiran dan hati tetap bahagia meski dalam kondisi yang terasa terbatas. 

KataNya kan tidak akan diberi kita ujian, jika kita tidak sanggup menghadapinya. Maka yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk terus berkomunikasi dengan diri sendiri, menciptakan hal-hal baik di pikiran dan hati, agar bahagia dan pikiran jernih masih bisa mengemuka. 

Masih tergiang di 30 April 2021 lalu, hampir saja maut membahayakan istriku tercinta. Alhamdulillah, dia masih diberi umur lebih panjang dan bisa berkumpul dengan kami di rumah. 

Aku pun jadi lebih rajin sekarang. Rumah kuupayakan jadi lebih bersih ketimbang waktu dirawat olehnya. Biar biniku lebih tenang, masih ada lakinya yang bisa dipercaya menjaga urusan kebersihan rumah. 

Oh iya di tanggal 30 April 2021 itu juga jadi pelajaran banget buatku, ketika bertemu seorang ibu yang harus kehilangan bayinya di usia kelahiran. Katanya, penyebabnya karena puasa yang terus dipaksakan, jadi bayinya kekurangan nutrisi di dalam kandungan. 

Sempat geram daku, tapi bisa jadi itu instingnya agar ketiga anak lelakinya bisa tetap makan. Katanya pada biniku, bisa punya uang buat makan tahu selama tiga hari ke depan sudah bersyukur. Terenyuh juga waktu ia harus menjalani sendirian di rumah sakit dalam kesedihan, karena suaminya katanya kebingungan mencari pinjaman buat mengeluarkannya dari rumah sakit. 

Masih bersyukur memang mestinya aku, Bu Yon masih bisa keluar dari rumah sakit dengan uang pinjaman dari neneknya di kampung. Bayi kami anak kelima juga lahir dengan selamat, dan Ramadhan lalu pun bisa kami lalui dengan cukup baik dari segi kebutuhan pangan di rumah. 

Tanggal 7 Mei 2021, aku posting soal ibu itu di linimasa FBku, dan ada tiga kenalan baik yang berkenan membantu ibu itu melalui rekening bank suaminya yang aku tanyakan sebelumnya melalui pesan WA. 

Bahkan di tanggal 12 Mei 2021 pas di malam takbiran, sebuah pesan amanat dari seorang senior baik hati yang kusebut berhati malaikat (tak bersayap) kuantarkan ke kontrakan ibu itu. Disambut oleh suaminya, ibu itu, dan dua anak lelakinya. Satu anak laki-laki lainnya tidak aku lihat. Kuantar naik Bumblebee bersama Keanu, meski tergolong cukup banyak bawaan, namun alhamdulillah sampai dengan selamat seusia amanat dan diterima dengan gembira oleh mereka. 

Alhamdulillah, ya cukup kata itu mewakili segalanya di perasaanku kala itu. 

Kini Mei 2021 segera berakhir, belum ada juga nampak momen paceklik keuangan segera berlalu. Semoga sih sebentar lagi, semoga. 

Mencoba terus berpikir dan bersikap baik di sisa waktuku.

Ya, ada banyak cerita sedih di muka bumi saat ini untuk banyak manusia. Kulikanku soal imbas disrupsi yang banyak mengubah tatatan sistem ekonomi dan pendapatan banyak manusia, ditambah tekanan pagebluk membuat situasi jadi lebih pelik. 

Satu di antara kiat terbaik memang harus tetap tenang, dan berbaik sangka serta percaya jika keputusanNya tentulah yang terbaik buat kita.

-

Bogor Coret, 29 Mei 2021
18:05 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!