CHAPTER 185: BELAJAR BERDAMAI DENGAN HIDUP A LA DANI ADITYA (KOMIKA DISABILITAS PERTAMA DI INDONESIA)



Jakarta – Belajar dari pengalaman nonton vlog di kanal YouTube Raditya Dika yang ngobrol bareng komika Dani Aditya, ada beberapa hal penting yang jbkderry.com tangkap sebagai motivasi hidup untuk terus berjalan dan berkembang, sekaligus bisa berdamai diri sendiri.

Vlog berdurasi 34:37 menit yang diunggah pada tanggal 14 Februari 2019 ini, kita diajak mentertawai hidup dalam keadaan yang nampak dan terasa pahit sekalipun.

Dani Aditya adalah seorang penderita celebral palsy. Ya, namanya memang susah disebut, seperti kata Dani Aditya sendiri di vlog tersebut. Celebral palsy adalah bentuk penyakit berupa gangguan pada perkembangan gerak dan otot. Karena penyakit ini pula, Dani Aditya di usianya yang kini sudah menginjak 27 tahun (kelahiran 19 November 1991) harus menjalankan aktivitas dari kursi roda.

Ironi? Jangan keburu menyimpulkan, karena belum tentu kehidupan Anda lebih bahagia dibanding dirinya. Dari kursi rodanya, Dani mampu menghasilkan rezeki sebagai komika. Ya, dari akun Twitternya @daniaaditya terungkap jika dirinya merupakan stand-up comedy disabilitas pertama di Indonesia.

Meski mungkin bayarannya belum segede Dodit Mulyadi, atau Mongol Stres yang sekali manggung kabarnya dibayar Rp 40 juta, tapi tentu tidak terlalu jauh banget perbedaannya. Bahkan jika Anda membuka akun resmi Majelis Lucu Indonesia di bawah ini, sudah ada show tersendiri yang digelar khusus untuk Dani Aditya dan tiketnya langsung ludes, guys.

Dalam menjalani hidup, Dani tidak ingin dianggap beda. Hal itu pula yang memotivasinya ikutan audisi kompetisi SUCI (Stand-Up Comedy Indonesia) season 4 di Surabaya, dimana salah satu jurinya adalah Raditya Dika. Sayangnya atas dasar pertimbangan rasa iba para juri, meski mendapatkan Golden Ticket, Dani tidak jadi dipanggil ke Jakarta.

“Kami khawatir kondisinya akan menyulitkan dirinya pada saat melakukan stand-up comedy,” kata Raditya Dika.

Setahun kemudian, Dani Aditya tidak patah arang, dia coba maju lagi ikutan audisi SUCI 5 dan berhasil lolos, bahkan melaju hingga ke posisi empat besar. “Meski menyadari saya secara fisik beda, tapi yang tidak ingin dianggap beda. Saya ingin punya track record untuk berkompetisi dengan orang normal dan mengalahkannya,” kata Dani Aditya.

Ketertarikannya pada dunia stad-up comedy dimulai pada tahun 2011, setelah melihat tour komika Ernest Prakasa. “Saya terperangah lihat aksinya. Dia berani mengaku Cina, sipit, ngata-ngatain diri sendiri, dan diketawai banyak orang,” kata Dani lagi.

Sejak itu, ia seperti menemukan jalan untuk lebih berdamai dengan diri sendiri. Ia pun lantas mencari tahu tentang komunitas stand-up comedy yang ada di kota Malang, dimana salah satunya ia ketemu Arie Kriting. Meski mengaku termotivasi, Dani baru memberanikan diri untuk “open mic” dua tahun kemudian di tahun 2013.

Menurutnya menjadi komika adalah cara yang baik untuk berdamai dengan diri sendiri, karena stand-up comedy bebas ngomongin keresahan dengan lepas. Selain produktif sebagai Komika, Dani juga kini beraktivitas sebagai motivator dan penulis buku. Bukunya yang ditulisnya berdasarkan pengalaman hidup berjudul “Cacat Setengah Matang.”

Dari yang jbkderry.com tangkap, salah satu pesan utama di buku itu adalah pandangan dirinya yang mengganggap cacatnya yang dialaminya baru setengah matang, setidaknya jika mengacu pada mendiang Stephen Hawking.

Perjalanan hidup Dani sendiri tidak mulus, dan bahkan acap kali dibully, karena kekurangan fisik dan kemampuan ngomongnya yang susah. Waktu SD,  ia bahkan dimasukkan ke SLB oleh orang tuanya, tapi pas di sana kepala sekolahnya bilang, jika Dani adalah anak normal dan sebaiknya disekolahkan di sekolah normal.

Polemik pun dimulai di sekolah normal, karena ia malah acap kali dibully, di antaranya pernah diludahi dan didorong. Ia pun sering pulang nangis. Ia pun mengaku sempat mengalami depresi dan mau bunuh diri.

Beruntung Dani punya Mama yang unik sekaligus menguatkan. “Kamu gak bisa menghindari orang katai kamu dan kamu harus biasa,” kata Mamanya.

Dan saat Dani mengalami depresi, Mamanya malah nemenin dirinya ke pinggir jalan dan menyuruhnya menabrakkan diri, namun tidak ada yang berani menabraknya kala itu. Sentakan dari Mamanya ini pun menyadarkannya untuk mulai membiasakan diri dan kebal, karena menyadari kehidupan di masyarakat bisa lebih kejam.

Kini dengan menjadi seorang Stand-Up komedian, Dani pun bisa lepas menceritakannya keresahannya. “Saya jadi bisa curhat, bisa diketawain banyak orang di depan aku. Ini lebih baik dibanding ketawain aku dari belakang.”

Prestasi Dani pun kabarnya telah menginspirasi para penyandang disabilitas yang lain memberanikan diri menjadi komika. Kabarnya di luar negeri sendiri banyak stand-up disabilitas seperti dirinya.

Membuka jalan menjadi komika juga yang mempertemukannya dengan istrinya. Di tahun 2017, Dani melaksanakan pernikahan dengan Dian Desty Wijaya di Masjidil Haram di Mekkah, dan saat ini telah dikaruniai anak dalam kondisi normal.

“Saat ini salah satu kendala waktu saya open mic adalah masih ada penonton yang gak tega ngetawain, padahal aku dapat duit dari buat orang ketawa. Jadi sebenarnya kalau mau ketawa yah ketawa saja,” pungkasnya.

Ia pun sukses mengubah kelemahan dirinya menjadi kekuatan dan modal menjalani hidup. Saat artikel ini dibuat, show Dani Aditya bertema “Dark Side” pada tanggal 24 Februari 2019 habis ludes tiketnya, padahal harganya tiketnya lumayan yaitu Rp 250 ribu dan termurah Rp 150 ribu.

Masih suka ngeluh dan menyerah memperjuangkan kualitas hidup? Yuk, follow Instagram dan Twitter Dani Aditya dengan nama akun yang sama @daniaaditya, dan semoga bisa menginspirasimu untuk terus bergerak.

Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir, semoga artikel ini bermanfaat…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!