CHAPTER 166: TITIK KESEIMBANGAN BARU



Tiga hari terakhir, Jumat (17/12) sampai Minggu (19/12), aku jalan keluar rumah mengukur jalan kembali. 

Seorang kawan baik mengajakku menjadi tenaga helper di event-nya selama dua hari. 

Senang, karena ini jadi pengalaman baru. Suasananya mengingatkanku kalau gak salah pada alur film "Office Space" (1999).

Sayangnya aku lupa nama aktris cewek yang jadi sepupunya Jennifer Aniston di film itu, tapi yang aku ingat sepupunya Joanna (nama lakon yang diperankan Jennifer) itu punya kemerdekaan untuk memilih profesi kerja. 

Ya, meski kategori profesi kerjaannya bukan level manager ke atas yang tingkat intelektualitasnya bujubune banyak bokisnya kayak si aboet di ibukota.

Nah, kelas profesi sepupu Joanna itu yang mengingatkan pada peran pekerjaan dua hari menjadi helper tersebut. Apalagi di hari kedua, bersama seorang sekuriti ICE asal Ngawi dan seorang anak muda bertinggi 181cm usia 20 tahun, tugasku adalah mensortir mobil peserta event dan yang bukan. 

"Hanya mobil peserta yang boleh masuk," sesederhana itu tugasku. Meski di perjalanan ada dua orang yang ngambek. Satu bapak yang aku minta maaf karena hanya harus menjalankan tugas, tapi dia tetap lempeng sombong melangkah maju gak sudi melihat ke aku. 

Satu lagi marah-marah kayak jagoan cari lawan. 

Tapi intinya kan aku hanya berusaha menjalankan tugas, dan senang rasanya bisa mendukung kesuksesan acara kawan baik ini. Semoga nanti diajak lagi, lumayan buat nambah-nambah kebutuhan di rumah. 

Fee-nya lumayan, walaupun hari ini langsung ludes termasuk untuk biaya perbaiki instalasi listrik di rumah. 

Ya, peran-peran profesi sesederhana ini tentu bukan impian banyak orang, apalagi yang levelnya pinter berpendidikan tinggi. 

Buatku sih, ini justru menyenangkan di tengah literasi kelas secangkir kopi tentang efek disrupsi dan penyebaran virus yang masih menggarang hingga kini. 

Ya, bahagia itu sederhana. 

Pagi ini juga aku berkesempatan mengantar pesanan seorang senior di Dapur Bu Yon yang telah menjadi malaikat penyelamat tak bersayap kami di musim awal-awal pandemi. 

Terima kasih, Mas. Masih kuingat sepenggal kalimat beliau tadi, "Hidup akan kaget di awal karena pandemi ini, tapi setelahnya akan ada titik keseimbangan baru yang mesti kita terima dan jalani."

Kurang lebih demikian kalimatnya. Senanglah, dengan akhir pekan kali ini (Jumat - Minggu). 

Sekarang kembali berjibaku ke rutinitas utama buat minggu depan, sembari berharap peluang baru di minggu mudah-mudahan jadi. 

Ya, segitu saja dulu catatan meracau Minggu malam, 19 Desember 2021, 19:40 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!