CHAPTER 182: BAD AS BAD AS I WANNA BE



Sosok Dennis Rodman, adalah sosok pahlawan idolaku waktu masa muda. Role model yang keren. 

As bad as I wanna be..., pameo darinya yang mengiringi masa pertumbuhanku, transisi yang keren banget buat diikuti. 

Menjadi jahat adalah oase yang melegakan, seperti Joker di dunia yang nyata. 

Tapi itu dulu, kini aku lebih suka membayangkan menjadi sosok Benjamin Martin di The Patriot, menepi menjadi orang biasa di pinggiran. Namun, aku tidak ingin menyentuh sisi Benjamin Martin ketika harus bergabung di New England melawan pasukan Red Coat. 

Saya hanya berhenti berharap menjadi Benjamin Martin yang abadi dan damai di pinggiran, hingga tutup usia jauh dari hingar bingar dan keinginan menjulang setinggi-tingginya, coba memukau dunia. Tidak lagi, keinginan itu sudah terkubur cukup lama di beberapa waktu yang lalu...

Seorang kawan di dekat rumah bertanya kepadaku, "Kenapa kau ceritakan semua masa lalu burukmu pada anak-anakmu, Der. Bukankah itu bisa jadi motivasi dan contoh buruk bagi perkembangan kehidupan mereka kelak?"

Kujawab, "Setidaknya selalu ada dua sisi dari setiap langkah dan sikap. Sengaja kuceritakan semua kisah burukku di masa silam pada anak-anakku, agar mereka tidak mengulanginya. Karena kalau mereka mengulangi jejak langkah ayahnya di masa silam, sangat besar kemungkinan mereka tidak akan lebih baik dari aku di pencapaian hidup di fase dewasa. Alhamdulillah, sampai sejauh ini, anak-anak di rumah cukup mengerti dan termotivasi, jika hal yang perlu mereka lewati dan capai di masa depan adalah mengalahkan pencapaian ayahnya dulu."

Kata Keanu di pagi ini, "Aku gak mau lagi jadi bad boy, aku ingin jadi good boy. Aku gak ingin tidur di hotel bintang 5 (sepekan dalam jeruji Sekta V Makassar) seperti ayah dulu. Aku mau sukses."

Kakak Oka juga sudah menempel stiker di kamarnya. Bunyinya, "Aku mau sukses."

Ya, setidaknya anak-anak di rumah hanya perlu mengalahkan satu orang saja dalam hidup mereka. Ya, cukup mengalahkan ayahnya saja...

Kupikir itu, cukup fair. Standar paling normal dalam kehidupan manusia adalah menjadi pribadi yang lebih baik dibanding orang tuanya. 

Senang melihat anak-anak punya motivasi dan mental bertarung untuk mengalahkanku, seorang ayah kelas semenjana...

Tapi meski semenjana, aku selalu menjaga suluh pertarungan dalam diriku. Meski kini lelah lebih mudah mendera, tulang-tulangku mulai ada terasa linu, tapi masih bisalah aku berlari dan sepedaan di usia 'jelita' ini... ☕️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CHAPTER 345: BADAI TRAUMATIS DI BULAN MARET - APRIL 2024

CHAPTER 349: CUKUP, SAYA BERHENTI!

CHAPTER 48: BANGSAT!